Beranda Kisah-Sejarah Inilah Puisi yang Membuat Erdogan Dipenjara

Inilah Puisi yang Membuat Erdogan Dipenjara

ulamnet

Ada yang terperanjat melihat apa yang telah diperoleh Erdogan. Para tokoh kuat sekuler yang terperanjat dengan simpati rakyat Istanbul terhadap Erdogan, saat Erdogan menjabat sebagai walikota. Juga karena kesuksesan tinggi Erdogan dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat kota, pengaturan kehidupan kota, kesuksesan mengatasi kerusakan di pasar-pasar dan pemberian bantian kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan.

Namun pada akhirnya mengantarkan suami Emine ke pengadilan dan penjara, sebagai konsekuensi atas pelanggaran UU pidana, dimana UU itu diberlakukan untuk orang yang melakukan pembangkitan diskriminasi agama di Turki.

Pimpinan politik mendukung bahwa tidak ada jalan keluar bagi Erdogan kecuali penjara agar ia sadar dan menerima ketentuan hukum secara terhormat dan mulia.

Keputusan itu berdasarkan pengadilan intelijen Negara di Diyarbakir tahun 1998, dimana pengadilan mengambil keputusan untuk membuikan Erdogan selama 10 bulan dan melarangnya untuk melakukan aktivitas politik. Pada saat itu, Erdogan mengucapkan sebuah perkataan layaknya kebenaran yang tersampaikan, “Ini bukanlah akhir tapi ini adalah permulaan.”

Tuduhan terhadap Erdogan itu karena kutipan bait-bait puisi penyair Ziya Gokalp yang disampaikan dengan penuh kegembiraan atas segala anugerah yang ekstravaganza. Bait syair itu dibacakan dengan lantang di sela Konferensi Umum Partai Refah di kota Sard, Anotilia bagian tenggara.

Adapun bait-bait puisi dari penyair Ziya Gokalp sebagai berikut:

Masjid adalah barak kami

Kubah adalah penutup kepala kami

Menara adalah bayonet kami

Orang-orang beriman adalah tentara kami

Tentara ini yang menjaga agama kami

Sekalipun bait itu disebutkan dalam buku-buku sekolah dan diajarkan di sekolah negeri, tapi bila bait puisi itu keluar dari seorang politisi tentu akan menjadi ancaman bagi Negara. Bisa menjadi sumber perpecahan kelompok dan agama, sebagaimana tertuang dalam tuduhan yang diarahkan Erdogan pada tahun 1998.

Bait puisi itu dianggap pengadilan sebagai bentuk provokasi terhadap rakyat untuk membangkitkan rasa keberagamaan keyakinan tertentu. Ini yang telah ditekankan oleh pemerintah Turki berturut-turut dengan penekanan keras.

Erdogan menyelesaikan masa tahanan selama beberapa bulan. Hal ini malah menjadikan dirinya sebagai hero dalam pandangan masyarakat Turki. Dimana ketika itu, rakyat Turki bersemangat melakukan pembenahan yang dipimpin oleh Erbakan. [Paramuda/ BersamaDakwah]