Beranda Suplemen Renungan Jika Penguasa Berkata dan Bertindak Tanpa Ilmu, Ini Nasehat Rasulullah

Jika Penguasa Berkata dan Bertindak Tanpa Ilmu, Ini Nasehat Rasulullah

2
ilustrasi. Mr Bean (dailymail.co.uk)

Tak satupun peristiwa di masa depan yang dikabarkan oleh Rasulullah melainkan pasti terjadi. Ada yang terjadinya tak lama setelah Rasulullah wafat, ada pula yang baru terjadi setelah beberapa abad.

Itulah nubuwat. Sebuah prediksi tentang masa depan yang ditunjukkan Allah kepada NabiNya. Karena dari Allah, pastilah benar adanya. Sebab Allah Maha Mengetahui segala hal yang akan terjadi.

Lalu Rasulullah mensabdakan peristiwa demi peristiwa masa depan itu kepada para sahabat, yang kini bisa kita simak melalui hadits-hadits beliau. Tak jarang, melalui nubuwat tersebut Rasulullah bukan hanya mengabarkan apa yang akan terjadi, namun juga disertai nasehat; baik yang berupa anjuran maupun yang berupa larangan.

Tentang kepemimpinan, misalnya. Rasulullah mengabarkan bahwa suatu saat, akan muncul penguasa-penguasa yang bodoh. Penguasa itu berkata tanpa ilmu, bertindak juga tanpa ilmu. Bicara tanpa ilmu, berbuat juga tanpa ilmu. Membuat pernyataan tanpa ilmu, membuat kebijakan juga tanpa ilmu.

Jika telah hadir penguasa yang demikian, Rasulullah memberikan nasehat kepada umatnya.

يليكم عمال من بعدهم ؛ يقولون ما لا يعلمون ويعملون ما لا يعرفون فمن ناصحهم ووازرهم وشد على أعضادهم ؛ فاولئك قد

“Setelah itu kalian akan dipimpin oleh para penguasa yang berkata bukan berdasarkan ilmu dan bertindak bukan berdasarkan ilmu. Barangsiapa menjadi penasehat mereka, pembantu mereka dan pendukung mereka, berarti mereka telah binasa” (HR. Thabrani dan Baihaqi; shahih)

Demikian bebalnya tipe penguasa itu hingga Rasulullah melarang umatnya menjadi penasehat, pembantu dan pendukung mereka. Siapa yang menjadi penasehat, pembantu dan pendukungnya, mereka membawa diri kepada kebinasaan.

Mengapa menjadi penasehat penguasa di saat itu juga dilarang? Jika pembantu dan pendukung mungkin jelas karena mereka melanggengkan kekuasaan yang menzalimi umat karena tanpa ilmu. Namun menjadi penasehat?

Maksudnya adalah penasehat yang tidak bisa mengubah kebijakan penguasa dan tidak bisa meminimalisir kemudharatan yang ditimbulkan oleh penguasa tersebut. Sebabnya bisa jadi penguasa tersebut sudah tidak bisa dinasehati atau penasehatnya yang tak lagi punya peran menasehati kepada kebaikan dan mencegahnya dari kemungkaran.

Semoga kita tidak menemui masa tersebut. Dan jikapun menemuinya, kita diselamatkan Allah dari fitnah-fitnah tersebut.

Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Bersamadakwah]

2 KOMENTAR

Komentar ditutup.