Jin jahat atau setan dari kalangan jin takut dengan ayat kursi. Surat Al Baqarah ayat 255 ini merupakan kelemahan mereka. Bangsa jin sendiri yang mengungkapkan rahasia itu kepada beberapa sahabat Nabi.

Jin Pertama

Saat itu, Ka’ab memiliki sebuah wadah besar yang berisi kurma. Anehnya, kurma di situ jumlahnya berkurang. Ka’ab berpikir, pasti ada yang mencurinya.

Malam hari, Ka’ab berjaga. Ia tak mau lagi kehilangan kurma seperti sebelumnya. Dan benar, ada sosok yang menghampiri wadah kurma itu. Yang mengejutkan, sosok itu seperti seekor hewan yang bentuknya mirip dengan anak laki-laki berusia baligh.

“Siapa kamu, jin atau manusia?” tanya Kaab.
“Aku jin” jawabnya.
“Apakah bentuk jin memang seperti ini?” Ka’ab melihat tangan jin itu seperti kaki anjing. Demikian pula bulunya, mirip bulu anjing. Jin itu membenarkan. Sembari menambahkan bahwa ia adalah jin terkuat saat itu. Ia mengambil kurma Ka’ab karena mendengar sahabat Nabi itu suka bersedekah.

Lantas Ka’ab bertanya kepada jin tersebut, apakah yang dapat melindungi manusia dari gangguan jin? “Ayat kursi,” jawab jin tersebut.

Ketika Ka’ab menceritakan hal itu kepada Rasulullah, beliau membenarkannya. Ibnu Hibban mengabadikan hadits ini dalam Shahih-nya.

Baca juga: Doa Iftitah

Jin Kedua

Abu Ayyub mengadu kepada Rasulullah. Sebab, jin sering mengganggu dalam tidurnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lantas memberikan solusi, “Apabila kamu melihatnya maka ucapkanlah:

بسم الله اجيبي رسول الله

Bismillah, tunduklah kepada Rasulullah

Ketika jin itu datang, Abu Ayyub membaca kalimat tersebut hingga dapat menangkapnya. Jin itu mengiba, minta dilepaskan. “Sesungguhnya aku tidak akan kembali lagi.”

Ketika Abu Ayyub menghadap Rasulullah, beliau bertanya seakan-akan sudah mengetahui peristiwa itu. “Apa yang telah dilakukan oleh tawananmu?”

Abu Ayyub pun menceritakan bahwa ia berhasil menangkap jin tersebut tetapi kemudian melepaskannya. “Sesungguhnya dia akan datang lagi,” sabda Nabi.

Besoknya, Abu Ayyub kembali berhasil menangkap jin tersebut. Tapi lagi-lagi, ia melepaskannya setelah jin itu mengiba. “Sesungguhnya dia akan datang lagi,” sabda Nabi.

Ketiga kalinya, Abu Ayyub bertekad tidak akan melepaskan jin tersebut.

“Lepaskanlah aku dan aku akan mengajarkan kepadamu satu kalimat yang jika kamu ucapkan niscaya tidak ada sesuatu yang berani mengganggumu yaitu ayat kursi.” Kalimat berisi rahasia kelemahan jin ini membuat Abu Ayyub kembali melepaskannya.

Ketika Abu Ayyub menceritakannya kepada Rasulullah, beliau membenarkan keutamaan ayat kursi tersebut meskipun jin itu banyak berdusta. Ibnu Katsir mencantumkan hadits riwayat Tirmidzi dan Ahmad ini saat menjelaskan tafsir Surat Al Baqarah ayat 255.

Baca juga: Surat Ali Imran Ayat 190-191

Jin Ketiga

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah memerintahkannya untuk menjaga zakat Ramadhan. Tiba-tiba datang seseorang mengambil sebagian dari zakat tersebut. Dengan gesit, Abu Hurairah berhasil menangkapnya.

Abu Hurairah hendak membawanya menghadap Rasulullah. Namun, orang itu mengiba, “Lepaskanlah aku, sesungguhnya aku orang yang miskin dan banyak anak serta aku dalam keadaan sangat memerlukan makanan.”

Kasihan mendengar kondisinya, Abu Hurairah pun melepaskannya.

Paginya, Rasulullah bertanya, “Abu Hurairah, apa yang telah dilakukan oleh tawananmu tadi malam?”

“Wahai Rasulullah, dia mengatakan tentang kemiskinan yang sangat dan banyak anak hingga aku kasihan kepadanya maka kulepaskan dia.”

“Ingatlah sesungguhnya dia akan telah berdusta kepadamu dan dia pasti akan kembali lagi.”

Abu Hurairah yakin pencuri itu akan kembali sebagaimana sabda Nabi. Maka ia mengintai pencuri itu dan kembali menangkapnya. Yang terjadi kemudian persis sama. Ia mengiba, Abu Hurairah melepaskannya. Rasulullah juga memberitahukan bahwa pencuri itu akan kembali lagi.

Malam ketiga, Abu Hurairah kembali menangkapnya. “Sungguh aku akan menghadapkan dirimu kepada Rasulullah kali ini. Untuk yang ketiga kalinya kamu katakan bahwa dirimu tidak akan kembali lagi tetapi ternyata kamu kembali lagi.”

“Lepaskanlah aku. Aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat yang akan membuatmu mendapat manfaat dari Allah karenanya,” kali ini pencuri tersebut tidak membicarakan kemiskinannya.

“Kalimat-kalimat apakah itu?”

“Apabila kamu hendak pergi ke peraduan, maka bacalah ayat kursi. Sesungguhnya engkau akan terus menerus mendapat penjagaan dari Allah dan tiada setan yang berani mendekatimu hingga pagi hari.”

Abu Hurairah lantas melepaskannya. Ketika Abu Hurairah menceritakan hal itu, Rasulullah bersabda, “Ingatlah sesungguhnya dia percaya kepadamu tetapi dia sendiri banyak berdusta. Hai Abu Hurairah, tahukah kamu siapa yang kamu ajak bicara selama tiga malam itu?” Abu Hurairah menjawab, “Tidak.” Nabi bersabda, “dia adalah setan.”

Baca juga: Kalimat Thayyibah

Mengapa Jin Takut Ayat Kursi?

Jin sendiri yang mengakui bahwa mereka takut dengan ayat kursi. Tidak bisa mengganggu orang yang mengamalkannya. Pengakuan ini benar karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membenarkannya.

Mengapa setan dari kalangan jin takut ayat kursi? Dalam ayat ini, terdapat 17 kata yang menunjuk kepada Allah. Baik berupa asma (nama) maupun dhamir (kata ganti) untuk-Nya. Maka siapa yang mengamalkannya, insya Allah jin tidak berani mengganggunya.

“Sifat-sifat Allah yang dikemukakan dalam ayat ini disusun sedemikian rupa sehingga menampik setiap bisikan negatif yang dapat menghasilkan keraguan tentang pemeliharaan dan perlindungan Allah,” tulis Quraish Shihab dalam Tafsir Al Misbah.

Sebagian mufassir menjelaskan bahwa jin tidak berani mengganggu orang yang membaca ayat kursi karena ayat kursi menanamkan ke dalam hati pembacanya, kebesaran dan kekuasaan Allah serta pertolongan dan perlindungan-Nya.

Penjelasan Tafsir Al Misbah

Orang yang membaca ayat kursi, ia menyerahkan jiwa raganya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang tiada tuhan kecuali Dia. Dan kepada-Nya pula ia memohon perlindungan.

Bisa jadi saat itu bisikan iblis terlintas. “Yang kamu mintai pertolongan itu dulu pernah ada, tapi kini telah mati.” Ayat ini menjawab tegas bahwa Dia al hayyu (الْحَيُّ) yang Maha Hidup dengan kehidupan yang kekal.

Bisa jadi iblis datang lagi dengan membawa keraguan berbeda. “Memang Dia hidup. Tetapi Dia tidak ambil pusing dengan hidupmu.” Maka penggalan ayat berikutnya menjawab kebohongan itu. Bahwa Dia al qayyum (الْقَيُّومُ) yakni terus menerus mengurus makhluk-Nya. Bahkan Dia tidak mengantuk dan tidak tidur.

Dengan jawaban itu, sirna sudah bisikan dan keraguan dari iblis. Namun bisa jadi ia datang lagi dengan menghembuskan, “Dia tidak dapat menjangkau tempatmu. Ada tempat-tempat yang hanya bisa dilindungi oleh kekuatan iblis.”

Maka penggalan ayat berikutnya menjawab dengan gamblang: Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? 

Bisa jadi iblis belum putus asa lalu datang dengan syubhat yang lain. “Musuhmu punya rencana yang sangat rahasia sehingga Tuhanmu tidak mengetahuinya.” Lanjutan ayat kursi menampik syubhat ini: Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.

Allah mengetahui segalanya, di mana saja dan kapan saja baik di masa lalu maupun di masa depan. Bahkan seluruh alam semesta ini adalah kepunyaan Allah. Hingga langit dan arsy.

وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ

Kursi Allah meliputi langit dan bumi.

Mungkin iblis masih datang lagi berusaha menghembuskan bisikan. “Kalau begitu, Dia akan kelelahan menjaga kekuasaan-Nya yang sangat luas.” Maka jawaban tegas ada di penggalan ayat berikutnya:

وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.

“Maka sangat wajar dan logis penjelasan yang menyatakan bahwa siapa yang membaca ayat kursi, maka ia akan memperoleh perlindungan Allah dan tidak akan diganggu syetan,” demikian Tafsir Al Misbah.

Penjelasan Tafsir Al Azhar

Setelah mengemukakan tafsir Ayat Kursi dengan panjang lebar, Buya Hamka menjelaskan bahwa kekuatan perlindungan dengan wasilah ayat ini karena pemaknaan kandungan tauhid dan kekhusyu’an di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan sekadar membaca. Karena toh ada orang yang membaca ayat kursi tetapi masih tetap merasakan gangguan jin. Bahkan ada yang masih kesurupan.

“Anjuran membaca ayat kursi maksudnya adalah menambah khusyu’ kita kepada Allah dan untuk menambah kita berusaha beribadah dengan langsung menghadapkan jiwa raga kepada-Nya. Dengan tidak memakai syafaat dan perantaraan. Memang berpahala siapa yang membacanya dan memahami maksudnya sebab di dalamnya tersimpul tauhid yang sedalam-dalamnya. Ada pun kalau hanya dibaca saja untuk obat sakit kepala atau azimat penangkal bahaya, samalah dengan pepatah ‘asing biduk kalang diletak,” terang Buya Hamka.

Demikian penjelasan mengapa setan dari kalangan jin takut ayat kursi. Mengapa Surat Al Baqarah ayat 255 ini menjadi kelemahan jin hingga tukang sihir. Penjelasan lengkap mulai dari tafsir hingga 10 keutamaannya, bisa dibaca di artikel Ayat Kursi. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]