Kita akan segera memasuki bulan Dzuhijjah tahun 1437 Hijriyah. Ialah salah satu bulan mulia dan termasuk bulan haram dalam agama Islam. Ada begitu banyak amalan sunnah di bulan ini. Bahkan semua amal shalih di sepuluh hari pertama (siang dan malam) diganjari setara dengan pahala jihad di jalan Allah Ta’ala.
Salah satu ibadah yang paling utama setelah berhaji di Baitullah bagi yang mampu ialah berqurban sesuai dengan syariat Islam. Ibadah qurban merupakan ibadah langka yang limit waktunya hanya empat hari dalam satu tahun. Yaitu sejak tanggal 10 Dzulhijjah (setelah shalat ‘Idul Adha), 11, 12, dan 13 atau yang dikenal dengan hari Tasyrik.
Di dalam al-Qur’an al-Karim, perintah berqurban diletakkan tepat setelah shalat. Shalat dan qurban merupakan dua perintah yang diawali dengan sebuah pernyataan bahwa Allah Ta’ala telah memberikan nikmat yang amat banyak kepada hamba-hamba-Nya. Sehingga, shalat dan qurban merupakan wujud syukur kepada Allah Ta’ala.
Banyak sekali kisah haru dan inspiratif terkait pelaksanaan ibadah nan langka dan utama ini. Tak jarang, kisah-kisah itu menerbitkan air mata dan semangat untuk meneladani. Selain itu, sebagaimana terjadi pada sebagian besar pelaksana qurban, ada keajaiban yang bisa dibilang pasti mereka rasakan.
Adalah Kiyai Haji Abu Arif sebagaimana dikisahkan oleh Ustadz Rakhmad Zailani Kiki dalam Dialog Jum’at Republika, 30 Dzulqo’dah 1437 Hijriyah. Menjelang pelaksanaan qurban yang pertama kali bagi kiyai yang menetap di Cileungsi Bogor ini, ada ujian berupa ketiadaan uang.
Sang kiyai sempat merasa bingung, tapi beliau meyakinkan diri. Memohon kepada Allah Ta’ala dan menggenapkan ikhtiar. Qadarullah, ada rezeki bagi sang kiyai hingga beliau benar-benar melakukan ibadah qurban untuk pertama kalinya kala itu.
Setelah itu, aku sang kiyai, ada begitu banyak kemudahan, kelancaran, dan keberkahan terkait rezeki secara khusus dan kehidupan secara umum yang dirasakan oleh sang kiyai.
Keajaiban inilah yang kemudian menjadi kepastian. Orang-orang yang melaksanakan qurban dengan keikhlasan sepenuh jiwa akan dikaruniai berbagai kemudahan dan kelancaran serta keberkahan dalam hidupnya.
Pasalnya, yang diqurbankan bukanlah kambing, sapi, kerbau, atau unta, tapi nafsu yang bersemayam di dalam diri setiap hamba.
Bismillah… Semoga yang membaca tulisan ini bisa berqurban tahun ini dan tahun-tahun selanjutnya. Aamiin.
Wallahu a’lam. [Pirman/Bersamadakwah]