Khutbah Idul Adha ini mengambil tema Meneladani Keluarga Nabi Ibrahim di Tengah Pandemi Corona. Seperti kita tahu, Idul Adha 10 Dzulhijjah 1441 H yang jatuh pada hari Jumat, 31 Juli 2020, ini masih berada dalam suasana pandemi virus corona.
Ada yang berbeda, khususnya haji yang sangat terbatas jamaahnya. Juga pelaksanaan sholat idul adha dan qurban di banyak wilayah yang harus memperhatikan protokol kesehatan. Namun demikian, keteladanan keluarga Nabi Ibrahim justru semakin relevan untuk kita amalkan.
Daftar Isi
Khutbah Pertama dari Khutbah Idul Adha
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَاتَ وَ أَحْيَى. اَلْحَمْدُ للهِ الًّذِيْ أَمَرَنَا بِالتَّقْوَى وَ نَهَانَا عَنِ اتِّبَاعِ الْهَوَى. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ لَنَا عِيْدَ الْفِطْرِ وَ اْلأَضْحَى . أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَه. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dialah yang terus menerus dan senantiasa melimpahkan nikmat kepada kita. Dipanjangkan usia kita, dijaga iman kita hingga hari ini kita bisa mendirikan sholat idul adha.
Sungguh Dialah yang terus menerus melimpahkan nikmat-Nya. Bahkan saat terjadinya pandemi covid-19 seperti saat ini pun, tiada detik berlalu tanpa nikmat-Nya. Maka selayaknya kita mewujudkan syukur dengan berusaha meningkatkan taqwa.
Jamaah sholat idul adha yang dirahmati Allah,
Bulan Dzulhijjah identik dengan dua ibadah besar. Yakni haji dan idul adha. Kedua ibadah ini sarat dengan nilai-nilai tarbiyah yang kita dapatkan dari keteladanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ‘alaihimas salam.
Saat ini suasananya memang agak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pandemi corona membuat ibadah haji tahun ini dibatasi. Kota suci Makkah yang biasanya dipenuhi dengan jutaan jamaah haji, tahun ini hanya kaum muslimin yang mukim di Arab Saudi yang bisa berhaji. Tentu ini membuat kita sedih. Terlebih bagi calon jamaah haji yang mestinya berangkat tahun ini.
Namun takdir Allah ini pasti ada hikmahnya. Dan bagi orang-orang yang bersabar, Allah akan membersamai dan menganugerahkan pahala tanpa batas.
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS. Az Zumar: 10)
Allaahu akbar.. Allaahu akbar.. Allaahu akbar walillaahilhamd
Jamaah sholat idul adha hafidhakumullah,
Meskipun saat ini ada keterbatasan akibat pandemi virus corona, tak menghalangi kita untuk mengambil keteladanan dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ‘alaihimas salam. Bahkan nilai-nilai tarbiyah dari keduanya semakin relevan di tengah pandemi corona.
1. Menguatkan dan Memperbanyak Doa
Keteladanan pertama dari Nabi Ibrahim ‘alaihis salam adalah senantiasa menguatkan doa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Awal mula idul adha yang merupakan napak tilas pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail adalah sejarah doa. Yakni doa Nabi Ibrahim yang selalu meminta kepada Allah agar dikaruniai anak yang shalih.
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang sholih. (QS. Ash Shaffat: 100)
Ketika usia Nabi Ibrahim semakin tua, beliau semakin memperkuat doa. Dan kemudian Allah mengabulkan doa itu.
فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ
Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. (QS. Ash Shaffat: 101)
Maka dalam menghadapi masalah apa pun, kita harus memperbanyak doa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam menghadapi persoalan apa pun, kita harus memperkuat doa kepada-Nya.
Saat ini ketika kita dihadapkan pada pandemi virus corona, seharusnya kita semakin memperbanyak doa dan memperkuatnya. Karena hanya Allah Yang Kuasa melindungi kita. Karena hanya Allah Yang Kuasa menjaga iman dan kesabaran kita.
Terlebih jika ada keluarga yang sakit di masa seperti ini. Atau himpitan ekonomi akibat pandemi. Sungguh selayaknya kita memperbanyak doa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Termasuk mendoakan saudara-saudara kita dan mendoakan bangsa kita agar bisa melewati pandemi ini dengan sebaik-baiknya.
Allaahu akbar.. Allaahu akbar.. Allaahu akbar walillaahilhamd
2. Senantiasa Tawakkal dan Mengoptimalkan Ikhtiar
Jamaah sholat idul adha yang dimuliakan Allah,
Setelah Nabi Ismail lahir, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim membawa Bunda Hajar dan Ismail ke lembah tandus bernama Bakkah yang kemudian lebih dikenal dengan nama Makkah. Setelah tiba di sana, Nabi Ibrahim kemudian meninggalkan mereka untuk kembali ke Palestina.
Bunda Hajar tidak mengerti mengapa ditinggal hanya berdua dengan bayinya. Ia bertanya kepada Nabi Ibrahim namun tidak dijawab. Akhirnya Bunda Hajar mengubah pertanyaannya, “apakah ini peritah Allah?” Nabi Ibrahim pun menjawab singkat, “Ya.”
Mendengar jawaban itu, Bunda Hajar mengatakan: “Kalau ini perintah Allah, Dia sekali-kali takkan pernah menyia-nyiakan kami.”
Inilah tawakkal yang diteladankan Nabi Ibrahim dan Bunda Hajar. Nabi Ibrahim bertawakkal kepada Allah saat meninggalkan Bunda Hajar. Dan Bunda Hajar pun tawakkalnya luar biasa setelah tahu bahwa itu adalah perintah dari Allah.
Namun tawakkal bukanlah sikap statis dan menyerah tanpa ikhtiar. Justru saat tawakkal menghunjam di hati, anggota badan mengoptimalkan ikhtiar. Dan itulah yang dilakukan Bunda Hajar saat Ismail lapar dan kehausan. Bunda Hajar berlari-lari kecil dari bukit Shafa ke Marwa dalam rangka mencari air. Memandangi lembah sejauh-jauhnya, barang kali terlihat sumber air atau datangnya musafir.
Yang kemudian terjadi adalah keajaiban. Dari bawah kaki Nabi Ismail yang menghentakkan kakinya ke tanah, memancar sumber mata air yang hingga kini tak pernah kering. Zamzam.
Allaahu akbar.. Allaahu akbar.. Allaahu akbar walillaahilhamd
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Perjalanan Bunda Hajar dari bukit Shafa ke bukit Marwa itulah yang kemudian diabadikan menjadi sa’i dalam ibadah haji. Semangatnya adalah semangat ikhtiar. Dan inilah yang harus kita miliki, terutama di masa pandemi ini.
Kita senantiasa bertawakkal kepada Allah sebab virus yang kita hadapi ini tak terlihat. Dan hanya Allah yang Kuasa menjadikan kita tetap sehat. Namun kita juga mengoptimalkan ikhtiar dengan menggunakan masker saat keluar rumah, menjaga jarak (physical distancing), sering mencuci tangan dengan sabun, menjaga kesehatan dan meningkatkan imun.
Demikian pula dalam hal ekonomi. Kita mengoptimalkan ikhtiar dengan lebih kreatif mencari nafkah halal di tengah keterbatasan. Sedangkan jiwa kita senantiasa bertawakkal karena Allah-lah yang Maha Pemberi rezeki.
3. Mendidik Anak dengan Tarbiyah Islamiyah
Jamaah sholat idul adha yang dirahmati Allah,
Keteladanan berikutnya dari keluarga Nabi Ibrahim adalah mendidik anak dengan pendidikan Islam yang baik. Tarbiyah islamiyah. Nabi Ibrahim memiliki visi parenting yang berorientasi akhirat dan sejak awal telah ditanamkannya kepada Bunda Hajar.Meskipun terpisah jarak, Nabi Ibrahim senantiasa mendoakan keluarga dan buah hatinya agar senantiasa fokus dengan orientasi itu.
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS. Ibrahim: 37)
Parenting Nabi Ibrahim adalah parenting yang menjadikan aqidah sebagai pondasi. Pondasi karakter anak, pondasi keyakinannya, pondasi pola pikirnya, pondasi segalanya. Jika anak memiliki aqidah yang lurus (salimul aqidah), orangtua boleh lebih tenang. Separuh tugasnya telah selesai. Sebab imanlah yang menjadi kunci utama masuk surga.
وَوَصَّىٰ بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَىٰ لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.” (QS. Al-Baqarah: 132)
Bunda Hajar sendiri benar-benar fokus mendidik putranya dengan tarbiyah Islamiyah. Menguatkan keimanan, mencintai ibadah, meneladankan akhlakul karimah serta menceritakan kebaikan-kebaikan sang ayah. Maka tumbuhlah Nabi Ismail menjadi anak shalih sebagaimana doa Nabi Ibrahim. Sekaligus alim dan halim sebagaimana yang dijanjikan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kita sebagai orang tua, semestinya meneladani bagaimana Nabi Ibrahim dan Bunda Hajar dalam mendidik buah hati. Masa pandemi yang kemudian membuat anak-anak lebih banyak di rumah, belajar dari rumah, semestinya menjadi kesempatan berharga bagi para orangtua untuk lebih dekat kepada buah hati. Semestinya menjadi kesempatan istimewa untuk mendidik dan mentarbiyah anak-anak kita.
4. Taat Tanpa Tapi
Jamaah sholat idul adha yang dirahmati Allah,
Keteladanan keempat dari keluarga Nabi Ibrahim adalah taat tanpa tapi. Ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tanpa reserve.
Ketika mendapat perintah melalui mimpi untuk menyembelih Ismail, putra yang sangat dicintainya, Nabi Ibrahim tidak menolak perintah itu. Nabi Ibrahim tidak mencari-cari alasan untuk melalaikan perintah itu. Tidak juga menundanya. Perintah yang sangat berat bagi manusia. Bayangkan, anak pertama dan satu-satunya. Anak yang kelahirannya ditunggu puluhan tahun.
Maka Nabi Ibrahim pun menyampaikan perintah itu kepada putranya.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” (QS. Ash Shaffat: 102)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, Nabi Ibrahim menyampaikan perintah ini agar putranya tidak terkejut sekaligus untuk menguji kesabaran dan keteguhan serta keyakinannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Juga baktinya kepada orang tua.
Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar menambahkan, Nabi Ibrahim menyampaikannya agar Nabi Ismail bisa memikirkan perintah itu dan mengatakan pendapatnya. Nabi Ibrahim mengajak putranya bermusyawarah.
Jawaban Nabi Ismail sungguh mengagumkan. Ia sama sekali tidak menolak perintah itu. Ia sama sekali tidak ragu untuk taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apa pun perintah-Nya. Allah mengabadikan jawaban Ismail dalam lanjutan ayat yang sama.
قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Ia (Ismail) menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS. Ash Shaffat: 102)
Inilah yang harus kita teladani. Ketaatan kepada Allah dengan taat tanpa tapi. Dan ketaatan itu selalu berbuah manis. Ismail tidak jadi disembelih karena Allah menggantinya dengan domba sebagai sembelihan, yang dari peristiwa ini kemudian Allah turunkan syariat qurban. Demikian pula ketika kita selalu taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, niscaya ketaatan itu akan menuntun kita ke surga-Nya.
Ketaatan kepada Allah harus selalu menjadi jiwa kita. Baik di masa normal maupun di masa pandemi. Baik saat bersama orang lain maupun tatkala sendiri.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An Nisa: 59)
5. Semangat Pengorbanan
Allaahu akbar.. Allaahu akbar.. Allaahu akbar walillaahilhamd
Jamaah sholat idul adha yang dimuliakan Allah,
Keteladanan kelima dari keluarga Nabi Ibrahim adalah ruh at tadhiyah, semangat pengorbanan. Menjalankan perintah untuk menyembelih putranya adalah pengorbanan luar biasa bagi Nabi Ibrahim. Menyerahkan diri untuk disembelih adalah pengorbanan yang tak kalah luar biasa bagi Nabi Ismail.
Jiwa pengorbanan inilah yang harus senantiasa ada dalam diri kita. Secara khusus, berqurban dengan menyembelih hewan qurban. Sebagaimana Allah perintahkan dalam Surat Al Kautsar:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ . فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. (QS. Al Kaustar: 1-2)
Ketika kita mampu, tak boleh ada alasan untuk tidak berqurban. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan:
مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا
“Barangsiapa yang memiliki kelapangan untuk berqurban namun dia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami” (HR Ibnu Majah, Ahmad dan Al Hakim)
Semangat pengorbanan yang lebih luas juga selayaknya kita teladani dari keluarga Nabi Ibrahim. Dengan semangat pengorbanan ini, kita saling membantu sesama terutama untuk mereka yang terdampak pandemi virus corona. Jika punya keluasan rezeki berupa materi, bantu dengan pengorbanan materi. Jika punya ilmu, bantu dengan pengorbanan berupa edukasi. Jika punya otoritas, bantu dengan kebijakan yang meringankan beban.
Semoga dengan semangat pengorbanan itu Allah menurunkan rahmat-Nya serta mengangkat pandemi ini dari bumi Indonesia dan seluruh dunia. Serta menjaga kita dalam keislaman dan keimanan hingga nanti dikumpulkan bersama dalam surga-Nya.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah Kedua dari Khutbah Idul Adha
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ . أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
< Khutbah Lainnya | Download versi PDF > |
Khutbah Jumat 2024 | Telegram BersamaDakwah |
[Khutbah Idul Adha 10 Dzulhijjah 1441 H bertepatan 31 Juli 2020; Muchlisin BK/BersamaDakwah]