Lanjutan dari Kiat Jitu dari Buya Yahya Agar Cinta dan Dicintai Rasulullah
Shalawat Tiga Ratus Kali
Sebagai sebuah bentuk amalan, laki-laki berwajah teduh dengan nama asli Yahya Zainul Maarif ini menganjurkan jamaahnya untuk membiasakan diri membaca shalawat kepada Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam. Sebab, Allah Ta’ala dan para malaikat pun bershalawat kepada Baginda Nabi.
“Dalam sehari,” ajar Buya, “bacalah shalawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, minimal sebanyak tiga ratus kali.” Beliau membebaskan jamaah untuk membaca jenis shalawat mana saja, yang panjang ataupun pendek.
“Jumlah tiga ratus ini enteng. Gak ada satu jam.” ujar Buya. Sarannya sampaikan kiat, “Jika belum mampu satu kali duduk, bagi menjadi tiga kali. Pagi hari, seratus kali. Siang hari, seratus kali. Sore hari, seratus kali.”
“Jika sangat sibuk dan benar-benar tidak bisa, bacalah sebanyak mungkin sebelum tidur, hingga Anda tertidur dalam keadaan bersahalawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam.” pungkas Buya menerangkan kiat kedua.
Dakwah dengan Kasih Sayang
Islam adalah kasih sayang bagi alam semesta. Dakwah yang menyeru kepada Islam juga harus disampaikan dengan penuh kasih sayang, seraya berharap kebaikan dari Allah Ta’ala. Tidaklah Islam mengajarkan kekerasan, apalagi teror.
Islam itu selamat dan menyelamatkan. Dai adalah sosok pembawa cahaya yang mampu menyentuh hati objek dakwahnya dengan hikmah dan nasihat baik yang menyejukkan jiwa, dengan teladan dan perangai yang penuh pesona.
Dakwah dengan kasih sayang inilah, menurut Buya, yang kini mulai hilang dari sebagian besar kaum Muslimin, utamanya para dai. Nihilnya kasih sayang ini pula yang menjadi sebab bercerai-berainya kaum Muslimin.
Dalam kajian yang dimulai bakda Isya’ dan diprakarsai oleh DKM Masjid Raya al-A’zham dengan Majlis al-Bahjah Kota Tangerang yang beralamat di Jl Kiyai Haji Hasyim Asyhari Gang Jambu Buaran Indah ini, Buya banyak memberikan perenungan-perenungan terkait makna cinta sejati kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
“Kita semua,” tutur Buya, “pasti mencintai Nabi. Tapi, apakah kita layak mendapatkan cinta dari beliau?”
“Mari lihat rumah kita, apakah Nabi berkenan masuk ke dalam rumah kita dengan keadaan yang sekarang ini? Siapkah kita jika beliau masuk ke dalam rumah, beranjak ke ruang tamu, lalu meminta izin untuk membuka lemari baju putri kita? Adakah kita telah layak mendapatkan kehormatan itu? Adakah Nabi bangga atau murka dengan keseharian dan semua yang ada di rumah kita?”
Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala ali Sayyidina Muhammad.
Wallahu a’lam. [Pirman/BersamaDakwah]