Abu Muslim Al Khaulani adalah seorang tabiin yang doanya tak pernah tertolak. Ia beriman sejak masa Rasulullah namun tak sempat berjumpa dengan beliau.
Abu Muslim Al Khaulani hampir saja dihukum mati oleh nabi palsu dari Yaman, Aswad al Ansi. Namun karena takut doa Abu Muslim, Aswad al Ansi melepaskannya.
Lepasa dari penguasa yang mengaku nabi itu, Abu Muslim segera berangkat ke Madinah untuk menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun sesampainya di Madinah, Rasulullah telah wafat.
Umar yang menemui Abu Muslim pertama kali langsung menyambutnya. Sahabat bergelar Al Faruq itu bisa menebak dengan tepat bahwa orang yang dihadapinya adalah orang yang hendak dibakar hidup-hidup oleh Aswad al Ansi namun Allah menyelamatkannya.
Al Faruq pun mengajak Abu Muslim menemuni Abu Bakar dan membaiatnya sebagai khalifah Rasulullah. Abu Muslim pun dengan cepat belajar kepada Abu Bakar, Umar dan sejumlah sahabat lainnya.
Sejak saat itu, nama Abu Muslim semakin berkibar. Ia menjadi seorang ulama yang disegani dari masa ke masa hingga masa Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan. Dan kisah ini, terjadi di masa kekhalifahan Muawiyah.
Abu Muslim Al Khaulani selalu mengucap salam ketika masuk rumah. Begitu sampai di ruang tengah, ia bertakbir dan istrinya pun menyahut bertakbir.
Suatu malam, sesampainya di rumah ia bertakbir seperti biasanya. Namun tak ada yang menyahut takbirnya. Biasanya sang istri juga menyambutnya dan membawakan makanan. Namun kali ini tidak.
Baca juga: Julaibib
Apa yang terjadi? Abu Muslim Al Khaulani melihat istrinya sedang termenung sambil memegang kayu untuk mencungkil tanah.
“Ada apa denganmu?” tanya Abu Muslim kepada istrinya.
“Orang-orang hidup kaya dan punya pembantu. Sedangkan engkau? Padahal engkau dekat dengan Muawiyah. Datanglah kepadanya agar ia bisa memberikan bantuan kepada kita.”
Abu Muslim terkejut mendengar perkataan istrinya itu. Tidak biasanya sang istri mengeluh. Tapi malam ini ia justru menginginkan uang lebih dengan menyuruh suaminya mendatangi penguasa. Satu hal yang tidak mungkin bagi seorang ulama yang menjaga izzahnya sekaligus telah mengalamkan zuhud sepanjang hidupnya.
“Ya Allah, siapapun yang telah merusak istriku, butakanlah matanya,” tiba-tiba doa itu keluar dari lisan Abu Muslim.
Saat itu, di sebuah rumah sedang duduk seorang wanita. Tiba-tiba seluruh ruangan menjadi gelap.
“Mengapa kalian memadamkan lampu?” tanya wanita tersebut kepada anggota keluarganya.
“Tidak ada yang memadamkan lampu. Lampunya kan masih menyala.”
“Lalu, mengapa semua gelap? Ya Allah… apakah aku buta…” Betapa terkejutnya ia menyadari bahwa matanya tiba-tiba tak bisa melihat.
Ia mengingat-ingat apa yang membuatnya tiba-tiba buta. Adakah dosa besar yang dilakukannya pada waktu dekat. Akhirnya ia tersadar. Bukankah ia yang memprovokasi istri Abu Muslim Al Khaulani, “Suamimu itu punya kedudukan penting di sisi Muawiyah. Kalau ia meminta bantuan kepadanya pasti akan dibantu. Bujuklah ia agar meminta bantuan kepada Muawiyah.”
Dengan menangis, wanita itu datang kepada Abu Muslim. Ia minta didoakan agar matanya disembuhkan Allah. Abu Muslim pun mendoakannya. Cukup lama. Dan dengan izin Allah, mata wanita itu pun sembuh seperti sedia kala. Ia kembali bisa melihat indahnya dunia. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]