Kartun Nussa dan Rara adalah nafas segar dunia animasi di Indonesia. Ia menjadi buah bibir para orangtua, anak kecil dan penggemar tayangan lucu dan mendidik. Di balik itu, ada kisah hijrah dari kreatornya, Aditya Triantoro.
Umumnya orang memanggil Adit dengan Adittoro. Dari Adit-Trian-Toro. Sejak kecil hingga umur 4 tahun, ia tinggal di Indonesia. Setelah itu, pada tahun 1989 dirinya pindah bersama keluarga ke Amerika. Tahun 2014 ia kembali ke Indonesia setelah sebelumnya kerja dan tinggal di Singapura.
Proses hijrah yang dialaminya tidak datang begitu saja. Suatu kali sahabat di kantornya ada yang mau pergi umroh. Sahabatnya menawarkan apakah ada yang mau nitip doa atau tidak.
“Mas Yudha, dalam kita berusaha, saya pengin banget usaha ini bisa bermanfaatlah gimana caranya. Saya juga pengin nih, sholatnya masih bolong-bolong. Tolong dong Yud, hati ini pengin balik ke jalanNya. Cuma kok nggak bisa-bisa ya? Berat, ada aja, males.”
“Ok, Bro. Ntar ane doain ya.”
Sebagai orang visual dan kreatif, ia melihat sesuatu harus dari wujud. Kalau visual yang dilihat nggak bagus, ia menilai itu jelek atau palsu. Pun untuk “melihat” Allah.
Suatu malam pria berkacamata itu qiyamul lail. Ia bangun untuk sholat tahajud pukul 03.00 WIB. Dalam doanya ia memohon kepada Allah.
“Ya Allah, lingkunganku sudah mendekatkan diri padaMu tapi aku belum berhasil juga. Ya Allah tolong buktikan sebagai orang visual, bukti kehadiranMu, bukti kebesaranMu mana? Where are You? I’m looking for You. Saya butuh bukti bahwa Engkau itu ada.
Kasih bukti kecil saja. Tolong, Ya Allah!”
Sebagai orang visual, ia nggak bisa baca langsung mengena. Karena cara otak menerima itu beda.
Usai tahajud, ia hanya duduk saja. Menunggu jawaban dari Allah SWT. Ada suara cicak, ia mengira itu buktinya. Tapi tidak nyatanya. Ada suara air conditioner, ia mengira itu bukti. Nyatanya bukan.
Waktu antara tahajud dan subuh biasanya di tempatnya ada kajian keislaman. Tapi ia tak ke sana karena merasa itu bukan bukti dari doanya. Lama-lama ia merasa gila.
Azan Subuh pun berkumandang. Selesai sholat Subuh ia berdoa lagi.
“Ya Allah,” ia mengatakan jujur kecewa dengan Allah karen tidak mengabulkan pintanya. “You’re the Greatest. Engkau Maha Segalanya. Saya cuma butuh bukti kecil bahwa Engkau ada dan Engkau ada di segala sisi ruang lingkup alam semesta ini. Cuma bukti kecil saja.”
Ia menunggu lagi. Lagi dan lagi sampai jam setengah lima pagi.
Ia kecewa.
Ia ingin sholat menjadi pelengkap hidup dan ingin lebih baik. Ia hanya minta satu bukti kecil saja.
“All I need is a proof,” tuturnya. “Aku hanya butuh bukti Engkau itu ada.”
Baru mau berdiri dari duduknya, hapenya mengeluarkan bunyi. Muncul notifikasi di sana. Awalnya ia mengira itu notifikasi dari tempat kerja. Ternyata notifikasi dari aplikasi Alquran. Di dana muncul QS Ar-Ra’d ayat 1,2 dan 3.
Setelah membaca itu, badannya langsung gemetaran. Benar-benar gemetar. Di antara ribuan ayat mengapa ayat itu yang muncul. Ar-Ra’d artinya petir. Dan ia seakan dihantam oleh petir itu. Ayat surat tersebut adalah tentang langit dan bumi dan bukti kekuasaan-kekuasaan Allah. Ia merinding.
QS Ar-Ra’d ayat 2 berbunyi: “Allah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menundukkan matahari dan bulan; masing-masing beredar sampai waktu yang telah ditentukan. Dia mengatur urusan (makhluk-Nya), dan menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan-Nya), agar kamu yakin akan pertemuan dengan Tuhanmu.”
Kalimat terakhir di ayat itu, “..agar kamu yakin akan pertemuan dengan Tuhanmu.” membuat ia terkejut.
Setelah membaca itu, ia membaca ayat selanjutnya membuat dia seperti udang di sajadah. Ia belum pernah mengalami hal seperti itu sebelumnya. Mengkerut dan bercucuran air mata selama setengah jam.
“Ada sesuatu yang mengawasi saya,” tuturnya.
“Bukankah Aku menciptakan langit dan bumi sebagai bukti…” katanya lagi, menambahkan. Mengulang kandungan ayat Ar-Ra’d.
Sejak saat itu kehidupannya pelan-pelan berubah. Setiap kali ke mal, kata dia, awal yang dicari adalah mushola. Bahkan ia tahu mal mana yang musholanya bagus. Kehidupannya kini untuk dakwah, satu di antaranya melalui kartun edukasi “Nussa dan Rara”. Nussa adalah a symbol of hope. [@paramuda/BersamaDakwah]
assalamualaikum, afwan ijin share, boleh ? 🙏🏽
Komentar ditutup.