Beranda Kisah-Sejarah Kisah Sahabat Kisah Pembaiatan Abu Bakar di Saqifah Bani Sa’idah (2)

Kisah Pembaiatan Abu Bakar di Saqifah Bani Sa’idah (2)

0
Saqifah Bani Sa'idah (flickr)

Lanjutan dari Kisah Pembaiatan Abu Bakar di Saqifah Bani Sa’idah

Kemudian Abu Bakar mengatakan,

“Kebaikan yang kalian sebut-sebutkan memang kalian penyandangnya dan sesungguhnya masalah kekhilafahan ini tidak diperuntukkan selain untuk penduduk Quraisy ini yang mereka adalah pertengahan di kalangan bangsa arab dari segi nasab dan keluarganya, dan saya telah meridhai salah satu dari dua orang ini untuk kalian, maka baiatlah salah seorang di antara keduanya yang kalian kehendaki.”

Setelah itu, Abu Bakar menggandeng tanganku dan tangan Abu Ubaidah bin Jarrah, dan dia duduk ditengah-tengah kami.

Tidak ada yang saya benci dari perkataannya selain yang terakhir ini.

Demi Allah, kalaulah saya digiring kemudian leherku dipenggal dan itu tidak mendekatkan diriku kepada dosa, itu lebih saya sukai daripada saya memimpin suatu kaum padahal di sana masih ada Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Ya Allah, kalaulah bukan karena jiwaku membujukku terhadap sesuatu pada saat kematian yang tidak saya dapatkan sekarang.

Rupanya ada seorang dari kaum Anshar berujar,

“Aku adalah kepercayaan Anshar, berpengalaman, cerdas dan tetua yang dihormati, dari kami seorang pemimpin dan dari kalian seorang pemimpin, wahai kaum Quraisy!”

Spontan terjadi kegaduhan, suara-suara meninggi, hingga saya memisahkan diri dari perselisihan dan aku katakan, “Julurkan tanganmu wahai Abu Bakar!”

Lantas Abu Bakar menjulurkan tangannya, saya langsung berbaiat kepadanya, orang-orang muhajirin pun secara bergilir berbaiat kepadanya, kemudian orang Anshar juga berbaiat kepadanya.

Aku pun bangkit dan mengingatkan mereka tentang sebuah peristiwa yang terjadi menjelang wafatnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Aku katakan, “Bukankah kalian tahu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah menyuruh Abu Bakar untuk menjadi imam shalat?! Maka siapa di antara kalian yang ingin mendahului Abu Bakar?”

Mereka serempak menjawab, “Kami berlindung kepada Allah dari sikap mendahului Abu Bakar.”

Zaid bin Tsabit lantas berdiri dan berkata, “Tahukah kalian bahwa sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam itu termasuk salah satu dari golongan muhajirin dan penggantinya pun dari kalangan muhajirin.

Sementara kita sebelumnya merupakan para penolong Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, maka sekarang kita menjadi penolong pengganti beliau sebagaimana sebelumnya kita menjadi penolong beliau.”

Kemudian Zaid meraih tangan Abu Bakar dan berkata, “Ini adalah sahabat kalian!”

Maka aku pun membaiat Abu Bakar, diikuti oleh kaum muhajirin dan kaum Anshar.

Sedangkan Ali bin Abi Thalib berpendapat, “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sempat sakit beberapa hari. Dalam jangka waktu itu beliau menyuruh Abu Bakar untuk menjadi imam shalat.

Ketika beliau wafat, saya mencermati bahwa ternyata shalat itu merupakan lambang Islam dan tiang agama. Maka kami ridha jika urusan dunia kami diserahkan kepada orang yang diridhai Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam urusan agama kami. Kami pun membaiat Abu Bakar.”

Dengan kisah ini, jelaslah bahwa semua shahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dari kalangan Muhajirin dan Anshar berbaiat kepada Abu Bakar. Tidak ada satu pun dari mereka yang menolak Abu Bakar sebagai khalifah pertama dalam Islam.

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]