Kala Uthbah mendengar bacaan Rasulullah SAW sampai pada ayat, :
“Jika mereka berpaling maka katakanlah, “Aku telah memperingatkan kamu akan bencana petir seperti petir yang menimpa kaum ‘Aad dan kaum Tsamud.”
Uthbah menutup mulut Rasulullah dengan tangannya sembari memohon supaya berhenti membaca karena takut ancaman yang terkandung di dalam ayat tersebut.
Uthbah kemudian kembali kepada kaumnya yang sudah menantinya. Mereka bertanya, “Bagaimana hasilnya, wahai Abul Wahid?”
Uthbah menjawab, “Aku mendengar suatu pekerjaan yang belum pernah aku dengar sama sekali. Demi Allah, perkataan itu bukan syair, bukan sihir dan bukan pula mantera dukun. Wahai kaum Quraisy, taatilah aku dan biarkanlah Muhammad dengan urusannya. Biarkanlah dia! Demi Allah, sungguh perkataan yang aku dengar darinya itu bukan menjadi berita yang menggemparkan.
Jika yang dikemukakan Muhammad terjadi pada bangsa Arab, hanya dia yang bisa membebaskan kamu. Jika Muhammad berkuasa bangsa Arab, kekuasaannya adalah kekuasaanmu, kemuliaannya adalah kemuliaanmu juga.”
Kaum Quraisy menjawab, “Demi Allah, Muhammad telah menyihirmu, wahai Abul Walid, dengan perkataannya. “
Uthbah berkata, “Demikianlah pendapatku tentang Muhammad. Kamu bebas berbuat sesukamu.”
Di dalam riwayat Ibnu Hisyam dari ibnu Ishaq disebutkan bahwa Uthbah bin Rabiah, seorang tokoh cendekia di antara kaumnya, berkata di majelis pertemuan Quraisy, “Wahai kaum Quraisy, izinkalah aku bertemu dan berdialog dengan Muhammad dan menawarkan beberapa tawaran kepaanya. Barangkali dia bersedia menerima salah satunya. Kita berikan kepadanya apa yang disukainya dan dia berhenti menyusahkan kita.”
Kaum Quraisy menjawab, “Kami setuju, wahai Abul Walid. Pergi dan berdialoglah dengan Muhammad.”
Wallahua’lam.
[Paramuda/ BersamaDakwah]