Beranda Suplemen Harakah Menikmati Lelah Fi Sabilillah

Menikmati Lelah Fi Sabilillah

2
lelah fi sabilillah
ilustrasi perjuangan

Abdullah bin Mas’ud babak belur. Ia dikeroyok orang-orang kafir Quraisy lantaran membaca Al Qur’an di Masjidil Haram, dekat kerumunan mereka yang berkumpul di sana.

“Inilah yang kami khawatirkan,” kata sejumlah sahabat yang menolong Ibnu Mas’ud setelah orang-orang kafir Quraisy meninggalkannya. Sebelumnya para sahabat telah mengingatkan Ibnu Mas’ud, jangan dirinya yang membacakan Al Qur’an. Tak ada keluarga besar yang akan membelanya.

Namun luka dan rasa sakit fi sabilillah itu tidak pernah membuat Ibnu Mas’ud jera. “Tak ada musuh Allah yang lebih rendah dari mereka. Jika kalian mau, besok aku bisa melakukannya lagi.”  

***

Di hari yang lain, Utsman bin Mazh’un mendengar seorang penyair membacakan syair di tengah-tengah perkumpulan kafir Quraisy. Utsman membantah syair yang isinya penuh kemungkaran itu.

Si penyair geram lalu mengajak orang-orang kafir Quraisy untuk menghajar Utsman hingga matanya terluka. Sebagai paman, Al Walid bin Mughirah kasihan melihat Utsman.

“Keponakanku, jika saja engkau tetap dalam jaminanku, matamu tidak akan bengkak seperti itu,” kata Al Walid.

“Tidak! Bahkan mataku yang sebelah iri dengan luka yang dialami mata ini,” demikian jawaban tegas Utsman. Tak ada penyesalan meskipun orang-orang kafir Quraisy mentertawakan lukanya.

***

Luka fi sabilillah biasa dialami oleh para sahabat sewaktu di Makkah, saat kondisi kaum muslimin masih lemah. Namun luka fi sabilillah juga dialami oleh para sahabat di Madinah. Di medan jihad, bukan hanya luka fi sabilillah tapi juga tidak sedikit yang syahid fi sabilillah.

Baca juga: Besar Bersama Umat

Luka fi sabilillah adalah keniscayaan. Kalaupun tidak luka, minimal lelah. Lelah fi sabilillah. Dalam medan perjuangan apa pun; baik medan jihad maupun medan dakwah. Yang perlu kita teladani dari para sahabat adalah bagaimana mereka menikmati luka dan lelah fi sabilillah. Sehingga Ibnu Mas’ud ingin kembali membacakan Al Quran di depan kafir Quraisy meskipun resikonya dipukuli hingga babak belur. Sehingga Utsman bin Mazh’un ingin matanya yang selamat juga merasakan luka yang sama.

Seluruh medan perjuangan pasti ada lukanya. Minimal ada lelahnya. Dakwah keummatan ada lelahnya. Dakwah di segmen pemuda hijrah ada lelahnya. Pun jihad siyasi juga ada lelahnya.

Kita patut bergembira kini gelombang keislaman semakin kuat. Arus hijrah para pemuda hingga artis juga menguat. Maka yang berada di medan jihad siyasi perlu lebih semangat agar gerakan dakwah kultural yang membesar ini mendapatkan saluran siyasi hingga umat memiliki kekuatan tak hanya di masjid, jalan dan lapangan tapi juga di mimbar parlemen dan pemerintahan. Dengan demikian aspirasi umat tersalurkan dan dengan mudah direalisasikan.

Baca juga: Ayat Kursi

Seluruh medan perjuangan pasti ada lelahnya. Jihad siyasi -yang puncaknya dua bulan lagi- sudah pasti melelahkan. Sebanding dengan efektifitasnya yang kata Ustadz Abdul Somad, “ada orang yang tak pernah ceramah, tak pernah disuruhnya orang membayar zakat, dia langsung membuat Perda, selesai (masalah).”

Karenanya setiap dai dan politisi muslim perlu senantiasa meluruskan niatnya dan memahami betul tujuan besar dakwah serta jihad siyasinya. Jika sudah lillah, insya Allah ia bisa menikmati lelah fi sabilillah. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

2 KOMENTAR

Komentar ditutup.