Tidak sedikit musuh-musuh Islam bergosip dan melemparkan fitnah bahwa dakwah Rasulullah SAW dan para sahabat berdakwah demi sepotong kue bernama kekuasaan.
Dahulu, kaum musyrikin menawarkan kekuasaan dan harta melimpah asalkan Muhammad berhenti berdakwah. akan tetapi mengapa Rasulullah menolak semua tawaran itu? Jika benar berdakwah disebabkan kelaparan yang diderita, mengapa para sahabat tidak mendesak beliau untuk menerima tawaran menggiurkan tersebut? Mungkinkah para sahabat ingin mengobarkan ‘revolusi kiri’ untuk meraih sesuatu yang lebih besar dari sekadar kekuasaan dan harta?
Kala itu, Muhammad SAW dan para sahabat benar-benar telah dihalangi dari segala sumber perekonomian. “Krisis” ekonomi. Tak satu pun barang dagangan yang sampai ke tangan mereka. Tidak sepotong pun makanan yang masuk ke tempat pengasingan mereka. Tidak heran jika mereka terpaksa memakan sesuatu yang “tak layak” dimakan. Mereka makan dedaunan. Di tengah kondisi seperti itu, mereka tetap sabar bersama Rasulullah SAW. Mungkinkah sikap seperti itu dilakukan oleh orang-orang yang dalam benaknya tersimpan niat untuk mengobarkan sebuah pemberontakan hanya demi mendapatkan sekerat daging?
Tuduhan yang mengatakan bahwa dakwah Rasulullah agar umat Islam mendapatkan sumber kekayaan dan menguasai singgasana para raja dengan “bukti” bahwa kaum muslimin berhasil mendapatkan semua itu, sama mustahilnya menyatukan barat dengan timur. Menyatukan air dan minyak.
Meski Islam berhasil menaklukkan Romawi dan Persia beberapa tahun setelah agama Allah diserukan, apakah ini bisa dijadikan bukti bahwa mereka memeluk Islam hanya mengharapkan tahta Romawi dan Persia?
Kalau lah benar demikian, dengan memeluk Islam, mereka memendam hasrat dan hawa nafsu untuk mengeruk keuntungan duniawi, pasti penaklukan yang luar biasa menakjubkan itu tidak pernah terjadi.
Kalau lah benar, ketika Umar ra. menyiapkan pasukan untuk berangkat ke Qadisiyyah dengan menujuk Sa’d ibn Abi Waqqash sebagai panglima disebabkan sahabat Rasulullah ini mengharapkan tahta Kisra dan singgasana penguasa Persia itu, pasti panglima Sa’d akan kembali ke Umar dengan membawa kekalahan.
Namun, mereka berjihad dilandasi keyakinan untuk menegakkan kalamullah. Keyakinan itulah yang memulaikan mereka dengan kekuasaan dan kekayaan yang belum pernah mereka miliki. Karena yang taat tidak akan tergiur oleh “kursi” atau sepotong kue.
Wallahua’lam.
[Paramuda/ BersamaDakwah]