Suami istri adalah pasangan yang sejatinya hadir untuk saling memuliakan. Sebab menikah berarti menyempurnakan separuh agama.
إذا تزوج العبد فقد كمل نصف الدين ، فليتق الله في النصف الباقي
“Ketika seorang hamba menikah, berarti ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Maka bertaqwalah kepada Allah pada separuh sisanya” (HR. Baihaqi; hasan lighairihi)
Namun, ada satu perbuatan yang membuat suami istri menjadi “manusia paling buruk.” Di zaman sahabat, setelah Rasulullah mensabdakannya, perbuatan itu segera dijauhi. Namun di zaman ini jumlahnya semakin banyak bahkan ada yang menggemari.
Apa itu? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللَّهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ الرَّجُلَ يُفْضِى إِلَى امْرَأَتِهِ وَتُفْضِى إِلَيْهِ ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا
“Sesungguhnya seburuk-buruk kedudukan manusia di sisi Allah pada hari kiamat adalah seorang laki-laki yang saling berhubungan dengan istrinya lalu ia menyebarkan rahasia istrinya” (HR. Muslim)
Ketika menjelaskan hadits ini, Imam Nawawi rahimahullah mengatakan: “Dalam hadits ini dijelaskan haramnya seseorang menyebarluaskan urusan seksualnya. Haram mendeskripsikan hal itu secara detil dan menceritakan apa yang terjadi antara ia dan istrinya baik ucapan maupun perbuatan sewaktu melakukannya. Adapun jika sekedar mengatakan adanya hubungan tersebut tanpa detil, ia dimakruhkan.”
Di zaman sekarang, tidak sedikit orang yang tanpa malu-malu menceritakan hal itu. Mulai dari gaya, posisi, dan sebagainya. Kadang hal itu dijumpai saat perbincangan santai dengan rekan-rekan kerja, teman-teman komunitas, atau bahkan menjadi bahan candaan. Ada yang akhirnya menceritakan karena terdorong oleh temannya, ada juga yang berinisiatif menceritakan kepada orang lain –bahkan lawan jenis- dengan maksud membanggakan diri.
Di era samrtphone, hal yang lebih parah pun kadang terjadi. Bukan hanya menceritakan secara verbal, namun ada kalanya suami istri memfoto atau merekam apa yang mereka lakukan. Padahal satu foto bisa lebih detil daripada seribu kata-kata. Apalagi dalam bentuk video.
Mungkin awalnya mereka meniatkan untuk konsumsi pribadi. Namun munculnya berita bahwa seseorang kehilangan HP kemudian file rekamannya tersebar, merupakan bukti nyata madharat foto dan rekaman tersebut. [Muchlisin BK/Bersamadakwah]