Beranda Dasar Islam Al Quran Mengapa Allah Menggunakan Kata “Kami” Dalam Al-Qur’an?

Mengapa Allah Menggunakan Kata “Kami” Dalam Al-Qur’an?

www.tripadvisor.co.uk

Setiap kali membaca Al-Quran yang terjemahan, kerap kali kita menemukan kata “Kami” untuk Allah yang berfirman. Contohnya saja “Kami Maha Berkehendak”. Sementara yang kita tahu kata “Kami” merujuk pada makna jamak. Lalu, apakah ini berarti Kami (Allah) itu jamak?

“Katakanlah, Dia (Allah) itu Satu.” Ya, Allah SWT itu satu. Tidak jamak alias dua atau tiga.

Allah SWT tentu saja bukanlah manusia, bukan juga makhluk hidup dengan seperangkat kelamin. Bukan laki-laki, bukan pula perempuan.

Dalam gramatikal bahasa Arab, memang ada 14 dhamir (kata ganti orang). Dari huwa (kata ganti orang ketiga, tunggal dan laki-laki) hingga nahnu.

Sementara dalam Al-Quran, pemakaian kata ganti orang ini kerap kali digunakan untuk lafaz Allah SWT. Kitab suci umat Islam ini membahasakan “Allah” dengan kata ganti huwa (Dia). Yang mana, seperti dijelaskan sebelumnya, makna ori-nya adalah dia laki-laki (1 orang). Namun semua tahu bahwa Allah SWT bukan laki-laki apalagi perempuan.

Jikalau Al-Quran memakai kata ganti Allah dengan lafaz “huwa”, bukan “hiya” (untuk perempuan), lantas bukan berarti Allah itu laki-laki.

Pemakaian “huwa” adalah corak keistimewaan bahasa Arab yang tak ada seorang pun mensangsikannya.

Hal ini sama pula dengan penggunaan “nahnu” (kami), yang jika dilihat dari penggunaan asal katanya untuk kata ganti orang pertama (jamak), baik laki-laki atau perempuan, ini bukan berarti Allah itu berjumlah banyak (jamak).

Tak semua “nahnu” selalu berarti pelakunya banyak. Secara umum, “nahnu” memang menunjukkan jumlah jamak, namun orang yang belum paham bahasa arab akan kecele dengan ungkapan ini. Kata “kami” tak selalu menunjukkan kuantiti banyak, namun menunjukkan pula kebesaran sosok yang menggunakannya.

Untuk contoh, presiden dari tanah arab mengatakan, “Kami sampaikan salam..”, apa ini bermakna jumlah presiden negara itu ada dua atau tiga orang? Jawabnya tentu tidak. Kenapa? Lema “kami” yang dipakainya menunjukkan kebesaran negaranya, bukan menampilkan jumlah presiden.

Dengan demikian, orang-orang liberalis yang menyebut Allah itu ada banyak (jamak) hanya gara-gara ada kata “kami” di Al-Qur’an, bisa diukur kemampuan otaknya. Wallahua’lam. [Paramuda/ BersamaDakwah]

53 KOMENTAR

  1. Penjelasannya berguna untuk yang kurang mengerti tentang kata “kami” di Al Qur’an tetapi pada kalimat terakhir, …………………, BISA DIUKUR KEMAMPUAN OTAKNYA. Maksudnya apa ya? Bodoh, Bego, Bloon atau apa ya bikin saya bertanya? Seharusnya ngga perlu sombong seakan-akan hanya anda yang pinter dan menyebut yang lain begitu. Sebagai orang Islam kita seharusnya rendah hati seperti padi makin menguning makin menunduk. Kalau ingin memberi penjelasan pakailah kata-kata baik dan santun. Menjelaskan saja anda sudah dapat pahala karena orang yang tidak tahu jadi tahu tetapi kalau ada kata-kata yang menghina sama saja pahala anda hilang. Wassalam.

    • JAngan marah dulu sodara2 mungkin dia bilg begok itu sambil kesal,karna sering dengar Al-Qur’an di hina2,positif thinking aj,trimakasih🙏

  2. Mohon ma’af setahu saya yang pernah diajarkan guru ngaji saya bahwa Allah SWT menggunakan kata kami ( nahnu ) pada saat Allah melibatkan campur tangan malaikat… tetapi kl masalah Ke Esaan Allah SWT , Allah akan menggunakan kata Ana…( aku)

    hanya Allah yg tahu jawabannya

    • ane pernah belajar b.arab di pondok. kata b.arab “antum” itu artinya : kalian. dan “anta” yang artinya kamu (1orang). tapi, jika kita bicara dengan kakak kelas, orang tua atau ustd, kita pasti manggil “antum” meskipun orangnya sendirian. karena klo manggilnya “anta” seperti tidak sopan. begitulah emang bahasa arab sob. jadi lebih seperti agar sopan dan memang dari sananya gitu. buat yg pernah mondok atau belajar b.arab pasti tau. istilahnya kaya kita masa manggil ayah “kamu”. ga pantes kan ?? begitu juga kata “nahnu” yg artinya kami. ga harus nahnu itu berarti kami. bisa juga itu lebih buat kata penghalusan atau kesopanan. semoga membantu klo ada salah silahkan koreksi. makasih

    • Saat dipos dalam web Bersama Dakwah…berarti untuk semua orang yg membaca dan membuka serta yg mau belajar agama islam…karna statemen penulis yg terakhir itu seolah olah menunjukkan yg tidak paham berarti kemampuan otaknya diukur rendah, apalagi dgn mencontohkan kalimat “kami sampai salam” yg dapat diartikan tunggal, yg tetap mengartikan jamak itu ‘KECELE’, padahal saat seorang presiden menyampaikan itu atas nama rakyat makanya beliau pake kata ‘kami’…kami itu yg dibawa negara dan bangsa, bukan perseorangan presiden…..dan menjadi tugas kita bersama meluruskan pemahaman tersebut kepada setiap umat muslim, terutama non muslim yg selama ini sudah menyerang islam sedemikian rupa…kebenaran hanya milik Allah, kesalahan datangnya dari manusia…wallahua’lam..

    • harus dibedakan mana yang tau (penulis) dengan “sok” tau (kaum liberal),mungkin penulis ingin mengajak kaum liberal agar mempelajari bahasa arab yang baik dan benar agar tidak tersesat

  3. Allah menggunakan ‘Aku’ karna itu menunjukkan Hak Prerogratif Allah, contoh di Al Quran..dalam perintah Puasa…”Aku perintahkan seperti umat umat sebelumnya…”; sedangkan kata ‘Kami’ itu menunjukkan Allah melibatkan pihak ‘lain’ baik lewat Jibril ato lewat proses Alam, bukan Allah tidak punya Kuasa akan hal tersebut hal ini supaya Manusia Berfikir akan kejadian ato proses tersebut….dan bukan semata mata “Ukuran Kemampuan Otaknya (manusia red)”…contoh supaya manusia berfikir di Al Quran..”Kami turunkan hujan dari langit supaya ada kehidupan….”nah, proses hujan itu bisa dipelajari secara ilmu pengetahuan dan akal manusia, tetapi semua tetap dalam kendali Allah sebagai pemilik Kuasa Alam Semesta…dan..tidak ada manusia yg bodoh/bego (kemampuan otaknya rendah), yg ada manusia yg tidak tahu…makanya Nabi sendiri selalu bilang manusia yg tidak beriman karna tidak tahu dan belum mendapatkan Hidayah Allah…Wallahua’lam…

  4. Setuju..yg menyerang Islam hanya dngn kata2 itu memang dangkal otaknya……! Harusnya pelajari dulu Al-qur’an baru berkomentar!

    • Semoga komentar anda tidak memprovokasi komentator lainnya, yg berharap dapat jawaban dari penulis statement “Bisa dikur kemampuan Otaknya”…apa anda bener2 paham dgn maksudnya artikel yg dimaksud penulis, semoga paham dan mengerti….dan saya pribadi, mengucapkan salut dan respect kepada penulis yg memberanikan diri menulis artikel sensitif dan perlu pemahaman yg tidak sederhana…

      • Dengan demikian, orang-orang liberalis yang menyebut Allah itu ada banyak (jamak) hanya gara-gara ada kata “kami” di Al-Qur’an, bisa diukur kemampuan otaknya. Wallahua’lam. [Paramuda/ BersamaDakwah]

        apa anda paham siapa orang orang ” liberalis “?
        Mereka adalah orang orang yang senantiasa menyerang islam… Menghina islam. Menganggap bahwa syariat islam tidak relevan lagi dgn Zaman… Bahkan mereka katakan bahwa Tuhan itu bukan 1. Dengan mengatakan “Allah saja menyebut dirinya dengan kata Kami, berarti Allah itu banyak. “..

        • Sebenarnya masalahnya bukan kemampuan otak.. Karena mungkin mereka (liberalis) orang pintar, bahkan bisa jadi lebih pintar dari anda.. Tapi masalah keyakinan.. Keyakinan yang berbeda itulah masalahnya. Keyakinan mereka (liberalis) salah makanya sesat dan menyesatkan.

  5. O ya, gramatikal bahasa Arab…Ilmu Nahwu-Sharof….sudah jelas…dalam setiap perubahan kata dari ‘tunggal’ ato ‘jamak’ udah final, bukan berarti kata kata jamak dapat diartikan tunggal, ato sebaliknya tunggal bisa jadi jamak…contoh kata ‘ha’, ‘hu’ dan ‘hum’…jelas…’ha dan hu’ yg menyertai kalimat sebelumnya sudah pasti menunjukkan tunggal, sedangkan kalo kata yg mengikutinya kata ‘hum’ artinya jamak..tdk bisa diartikan tunggal…jadi bukan karna persepsi ato kemampuan otaknya berbeda ato rendah, terus artinya bisa beda-beda…hati hati penulis dalam membuat statement…”bisa diukur kemampuan otaknya”…

  6. Komentar:kenapa mesti tersungging emosinya? Karena ngambilnya kalimatnya juga sepotong2 ya! Agar tak juga salah persepsi
    mestinya diambil semua kalimat sebelumnya dengan utuh jangan sepenggal2.
    “Dengan demikian, yang menyebut Allah itu ada banyak (jamak) hanya gara – gara ada kata ” kami ” di AlQur’an , …ini yang perlu digaris bawahi.

    • Terima kasih koreksinya…saya tidk tersinggung sama sekali karna saya bukan golongan Liberalis, hanya kalimat terakhirnya aja yg kurang tepat…cenderung provokasi, lebih baik pake kalimat yg soft utk mengajak para Liberalis mau belajar dan semoga mendapatkan hidayah-Nya…jujur saya salut n respect ama Penulis, berani menafsirkan ‘Kami’ kata ganti Allah dan ini sepertinya penafsiran Penulis sendiri…dengan adanya tulisan ini mngkn banyak diantara kita yg terbangun ato baru sadar/tahu kata ganti ‘kami’ yg dipake Al Quran….semoga bermanfaat buat kita semua…

  7. Pembaca ternyata sangat mudah sekali tersulut emosinya tanpa memahami apa yg d baca..kalimat “Dengan demikian, yang menyebut Allah itu ada banyak (jamak) hanya gara – gara ada kata ” kami ” di AlQur’an , bisa diukur kemampuan otaknya. Klo d pahami saya rasa bkan bermaksud utk menyinggung atau menyombongkan diri tetapi situjukan utk org yg hanya gara2 kalimat tersebut” menjudge bhw allah itu ada banyak!!!”

  8. Jika Tuhan bisa kita fikirkan secara logika maka itu bukan Allah SWT,,
    Karena Allah jauh dari kuasa ilmu dan jangkauan otak atau fikiran manusia….
    Yang terpenting adalah meyakini tanpa bernalar atau berhalusinasi dari bentuk Dzat tersebut
    Itu saja

  9. Kebiasaam org Indonesia, fokus pada hal2 negatif saja. dr sekian byk kalima bermanfaat di atasnya, malah yg dicerca bagian terakhir. Ambil baiknya dan buang buruknya saja. Penulis jg mnusia biasa. Kita tdk bisa masuk ke otaknya dn memahamo lgsg apa mksd kalimat trakhirnya, tp kita bisa berpositif thinking bhw mksdnya bukan utk mnghina orglain.

  10. Klo si admin itu sudah ngerasa paling pinter paling tahu… Tolok ukur yg admin gunakan sehingga bilang bisa diukur kemampuan otaknya itu apa ??? Pikirkan dulu baru katakan. Kadang seseorang yg merasa pintar tanpa memikirkan dulu sebelum mengatakan suatu hal malah jadi kelihatan bodohnya.

  11. kata “kami” yang saya pahami adalah …seperti misalnya……saya dan teman2 akan berangkat ke kota Surabaya. Saya minta iijin ke ibu dan mengatakan: “Bu…. kami akan ke Surabaya besok pagi. Jadi “kami” = saya + teman2 . Menurutku penulis adalah seorang yg sombong……padahal diluar sana masih banyak yg lebih pintar.

  12. Menurut saya, apabila memberikan suatu penjelasan yang bersifat aqidah, alangkah lebih baik menyertakan dalil yang bisa dipertanggungjawabkan jangan hanya dari pendapat sendiri, karena pola pikir masing2 orang berbeda, terimakasih.

  13. Yang saya tahu ‘kami’ itu Allah beserta malaikatnya.. Jujur saya juga awam tentang masalah ini..

    BTW
    Itu statement terakhir kok banyak yang komennya gak nyambung ya? Baca lagi coba hehe.. Jangan kayak beo, ikut ikutan sama comment yang udah ada..

    Untuk penulis, khususnya statement terakhir, penggunaan kata santun lebih baik dibandingkan dibandingkan hal tsb.. Karena hal tersebut bersifat provokasi..

    Satu lagi, sangat jauh lebih baik kalau pembuatan artikel disertai daftar pustaka yang berasal dari buku..

    Terimakasih, keep posting hal yang bermanfaat

  14. Kalo yg kayak begini bisa membuka pikiran penulis, bagus. Tp kalo istilah “Anak” kenapa tidak mau membuka pikiran? Kalo ada istilah anak sekolah, apakah harus berarti sekolah beranak? Kalo ada istilah anak setan? Apakah setan beranak? Kalo ada istilah anak adopsi, apakah anak itu harus diperanakkan secara daging? Sy biasa memanggil bos sy di kantor emak, dan bos sy di kantor sering manggil anak-anak gw. Jadi jangan anggap istilah anak itu secara sempit.

    Mari membuka pikiran kita.

    Trims.

  15. Betul mas zaid, kata kami yidak melulu menunjukkan keagungan, para mufassir juga menafsirkan kata”Kami” karena Alloh melibatkan hambanya dlm perkara tersebut..
    Wallohu a’lam..

  16. Dengan demikian, orang-orang liberalis yang menyebut Allah itu ada banyak (jamak) hanya gara-gara ada kata “kami” di Al-Qur’an, bisa diukur kemampuan otaknya. Wallahua’lam.

    Dari kalimat di atas sudah jelas ditujukan untuk orang-orang liberalis. Jadi, tolong sebelum judge orang yang nge post bisa diteliti dahulu kata-kata dalam kalimat yang ada… Wallahua’lam…

    • Guru : anak2 kita blajar matematiks, 1+1=2, darimana kok bisa hasilnya 2, itu berasal dari bla bla bla …

      Murid : pak guru harusnya memakai dasi supsya lebih modis…..

  17. Assalamu’alaikum. Mohon maaf boleh saya meluruskan. itu kan sudah dikatakan
    “orang-orang liberalis yang menyebut Allah itu ada banyak (jamak) hanya gara-gara ada kata “kami” di Al-Qur’an, bisa diukur kemampuan otaknya.”
    Yang di sebutkan si penulis YANG MENYEBUT ALLAH ITU ADA BANYAK/JAMAK. Jadi bagi kalian yang beriman Allah itu satu ya jangan tersinggunglah. di pahami lagi, dibaca dengan teliti jangan terburu-buru emosi.terima kasih..

  18. saya pernah lihat di Youtube acara dialog/diskusi antar agama, pembicara dari Islam Habib Rizieq Syihab (ketua FPI) beliau menjelaskan tentang “kami” juga. Beliau memberi penjelasan bahwa kata “kami” yg sering Alloh gunakan menjelaskan bahwa didalam proses penciptaan makhlukNYA ada keikusertaan makhluk lain (bukan berarti Alloh tidak mampu). Contoh : penciptaan manusia didlmnya ada keikutsertaan ayah-ibu, turunnya sebagian ayat suci ada keikutsertaan malaikat jibril,dll. Wallohu’alam

  19. Yang tersinggung dengan paragraf/kalimat2 terakhir mungkin justru yg biasa nyerang Islam dengan kata2 yang dia sendiri tidak mengerti…

  20. Sdh betul itu komentarnya..perlu otak yg agak tinggi utk pemahamannya..ingat “pemahaman” kadang sdh tdk bisa di ucapkan apalagi di tuliskan..tetapi bisa di mengerti..Di tingkat pemahaman sperti inilah tingkat pemahaman orang2 “Sufi”..olehnya kita hrs berguru dan punya “Guru”…Ilmu itu seperti Pyramid, yg “ramai” itu di tingkat dasar saja…sementara puncaknya TAUHID SEMATA….

  21. Dalam surat Ibrahim ayat 4 dikatakan,kami tidak mengutus seorang rasulpun kecuali kedalam bahasa kaumnya.supaya ia dapat memberikan penjelsan dengan terang kepada mereka.Disini sudah jelas bahawa Alqur”an tidaklah sulit untuk dipahami jika kita jujur,seperti kata KAMI disini sudah jelas adalah orang pertama jamak,dan disini jelaslah sudah KAMI itu bukanlah Allah yang Maha Esa,tetapi adalah Al Malaaul A’La( Malaikat tertinggi yang mewakili seluruh malaikat sebagai kuasa ALLah YME).cobalah perhatikan sumber wahyu dengan segala tingkatan pada surat AT Taqwir ayat (81) ayat: 19,20,21.Disini sangat jelas,bahwa yang menurunkan wahyu bukanlah Allah YME.tetapi kebanyakan yang melakukannya adalah Malaikat khususnya Jibri dan para Arwah Nabi-nabi yang telah lampau yang mempunyai kedudukan tinggi derajatnya disisi Allah yang mempunyai Arsy’.Contohnya sangat banyak misalnya.Surat An Nahl(16) ayat:2, 102,surat Asy Syura(42) ayat:52,Asy Syuara(26) ayat:192,193,Al Qadar(97) ayat:4,Al Maaa’rij(70) ayat:4 dan banyak lagi,perhatiakan juga surat Al Faatihah,kira-2 siapa yang berbicara disitu,yang jelas tidak mungkin Allah SWT yang berbicara langsung disana.MUDAH-MUDAHAN UMMAT ISLAM TIDAK SYOK MENDENGAR PENJELASAN INI.Faham kebanyakan Islam sekarang masih mempersekutukan Allah YME dengan perangkat tugasNya yaitu Para Malaikat yang dipimpim oleh Al Malaaul A’la.Bukti lain bahwa KAMI adalah Malaikat adalah surat Maryam(19) ayat;85,86.surat Al Hijer(15) ayat:9,surat Al Qiyamah (75) ayat:17 dst,surat Al Lail(92) ayat;12,13 dan banyak lagi.

    • Ciri2 tingkat keilmuan seseorang adalah kesantunan dalam memberikan penjelasan..bukan dari banyaknya dalil2 yg diketahuinya…apatah lagi kalau tidak punya dalil2.. Ilmu yg kita ketahui bagaikan setetes air dari samudra yg luas…ingat kebenaran yg “Mutlak” hanya da disisi ALLAH SWT…

    • brother, surah At-tiin 95 ayat 4 .
      sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

      Kira2 … Kami itu siapa dan bagaimana maksudnya :))

      terima kasih… cocok untuk jadi hujjah, sering2 aja post yang seperti ini.. sabiluna 3X, da’wah 3X

      santai aja lah dengan kata-kata “bisa diukur kemampuan otaknya”, karena itu ditujukan untuk orientalis , liberalis atau siapa pun yang ingin mencari kesalahan Al Qur’an .. haha

  22. Komentar: kl setahu saya kata nahnu(kami) itu mempunyai 2 arti:
    pertama,MUTAKALLIM MA’AL GHOIR,yang atinya kami atau kita,trus yang ke dua MUTA’ALLIM WAHDAH,yang artinya saya(slm bahasa jawa INGSUN),karena bahasa indonesia kurang bisa menjabarkan layaknya bahasa jawa maka di situ di artikan KAMI.

  23. Dengan demikian, orang-orang liberalis yang menyebut Allah
    itu ada banyak (jamak) hanya gara-gara ada kata “kami” di
    Al-Qur’an, bisa diukur kemampuan otaknya. Wallahua’lam.

    Bagus sih isinya, bermanfaat buat saya yang nggak ngerti bahasa arab. cuma kalimat terakhir, meski di tujukan untuk orang2 liberalis, tetap saja nggak etis. Tuhan aja nggak pernah menghina umatnya masak kita yang cuma debu seperti itu.

  24. Di dalam bahasa-bahasa Semitik (antaranya bahasa Arab dan Yahudi), kata jamak terbahagi kepada dua jenis iaitu kata jamak bilangan (plural of numbers) dan kata jamak hormat (plural of respect). Sebagai contoh; Apabila Allah SWT berfirman , ‘ Inna nahnu nazzalna dzikra’, wa inna lahu la haafizuun’. Jika diterjemah memberi arti ‘ Bahawa Kamilah yang menurunkan peringatan itu dan bahkan Kamilah juga yang menjaganya’. Kaedah nahuwiyyah disini, walaupun Allah SWT mewakilkan Diri-Nya dgn kata jamak, tetapi ini difahami oleh org arab bahawa Allah SWT berfirman sedemikian dengan tujuan menunjukkan Kekuasaan dan Kemuliaan-Nya (plural of respect) bukan utk menunjukkan bilangan (plural of numbers). Hal ini boleh ditanyakan kepada org Islam Arab dan mereka faham ini kerana ini adalah keunikan bahasa mereka (lughah). Demikian halnya juga dengan bahasa Ibrani, kata Elohim juga adalah jamak kepada El atau Ellah. Tetapi bukan bermakna Allah itu banyak, hanya menunjukkan Kekuasaan, Ketinggian dan Kemuliaan Allah (plural of respect).

  25. As.ww :Bp./ibu yang mengusai ilmu Agama Islam, berilah penceraham ISLAM ini . Supaya Umat Islam memahami Hukum2 Islam. serta mengamalkan perintah ALLAH,dan meninggalkan larangan ALLAH. Salam dan Hormat saya. tks

  26. Setau saya maksud dari kata “Kami” yaitu Allah dengan segala kebesaran-Nya. Mohon dikoreksi jika salah. Assalamu’alaykum

  27. Saat ini memang fakta, banyak muslim yg tidak memahami Al QUR’AN, karena banyak yg keliru dalam memaknai Tadabur.
    Hal ini sering dimanfaatkan oleh para Misionaris, yg sering menghasut muslim yg kurang paham tsb, dengan membuktikan bahwa Al QUR’AN pun mengajarkan Tuhan tidak esa melalui cara menunjukkan terjemahan Al QUR’AN.
    Jadi, artikel ini sangat bagus untuk membekali mereka muslim yg kurang paham tersebut, sekaligus untuk mengajak agar semakin banyak muslim mau mentadaburi Al QUR’AN dengan cara yg baik dan benar.

SILAKAN BERI TANGGAPAN

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.