Beranda Dasar Islam Aqidah Mengapa Habibie Harus Berdoa di Gereja?

Mengapa Habibie Harus Berdoa di Gereja?

suara.com

Habibie mendekat erat jaket tebalnya agar tidak kedinginan oleh salju yang turun begitu lebat. Hatinya sedang diliputi kegalauan yang sangat, ada yang tak tenang di hatinya. Ia pun ingin berlari dan mengadu kepada Tuhan, kepada Allah Yang Satu, yang Tidak Beranak dan Diperanakkan. Ia ingin berdoa, namun di negeri Eropa ini ia kesulitan masjid. Ia hanya menemukan bangunan besar yang menjulang tinggi. Bangunan yang di atasnya terdapat tanda salib. Ya, Habibie masuk ke gereja untuk berdoa. Pertanyaan muncul; kenapa harus di gereja?

Itulah sepenggal adegan di film Rudy Habibie, sekuel film Ainun Habibie yang diadaptasi dari kisah hidup BJ Habibie. Ceritanya, Rudy atau Habibie sejak kecil sangat ingin membuat pesawat. Selain obsesi pribadi, hal ini dikarenakan untuk memenuhi pesan ayahnya yang telah dulu dipanggil Allah SWT: Jadilah “mata air” yang jernih dan menjernihkan. Dengan kondisi ekonomi yang terbatas akhirnya ia bisa melanjutkan pendidikan tinggi ke Universitas Indonesia di Bandung (kini ITB) namun hanya beberapa semester lalu melompat kuliah ke luar negeri yakni di RWTH Aachen, Jerman Barat. Rudy di sana hidup penuh keprihatinan, penuh tantangan karena memperjuangkan antara idealisme juga rasa rindu rumah yang membuncah, serta pengkhianatan bersama para mahasiswa Indonesia tengil di sana.

Kembali lagi, kenapa Habibie harus berdoa di gereja? Tidak adakah tempat lain selain gereja? Dalam adegan tersebut Habibie menjelaskan bangunan besar itu terbangun atas ‘kehendak’ Tuhan, sambil minta ‘maaf’ ia meminta izin kepada Tuhan untuk numpang berdoa di tempat tersebut.

Islam Memandang

Dalam Islam sendiri, memasuki tempat ibadah umat lain jika tak ada akfivitas ritual peribadatan di dalam rumah ibadah itu, maka ulama berbeda pendapat dalam hukum memasukinya. Jumhur ulama pada umumnya membolehkan hal itu.

Mayoritas ulama baik dari mazhab Al-Malikiyah dan Al-Hanabilah serta sebagian ulama Al-Syafi’iyah mempunyai pendapat bahwa seorang muslim diperbolehkan memasuki gereja atau yang lainnya.

Di antara dasar kebolehan memasuki tempat ibadah non muslim adalah ketika Rasulullah SAW masih tinggal di Mekkah, saat itu Ka’bah masih dikelilingi dengan 360 berhala. Boleh dibilang bahwa saat itu Ka’bah lebih merupakan tempat ibadah orang kafir (belum rumah ibadah agama Islam) akan tetapi Rasulullah SAW tetap datang dan masuk ke Ka’bah. Bahkan Rasul shalat di depan Ka’bah, padahal di sekeliling Rasul ada berhala yang banyak.

Catatan, Rasul tidak ikut dalam ritual ibadah yang dikerjakan oleh orang kafir. Sehingga ketika orang-orang non muslim sedang menjalankan ritual ibadahnya, Rasulullah SAW tidak turut serta.

Sementara ulama di kalangan mazhab Al-Hanafiyah mengungkapkan bahwa hukumnya makruh seorang muslim memasuki gereja atau tempat ibadah non muslim. Dasar kemakruhannya karena tempat ibadah agama lain itu merupakan tempat berkumpulnya setan. Tak adanya malaikat di sana.

Oleh sebab itu, dasarnya masuk ke dalam gereja itu makruh hukumnya sebab menghindari dari kumpulan setan.

Kembali lagi, kenapa Habibie harus berdoa di gereja? Dia berdoa saja lho, bukan sholat. Seharusnya ibadah bisa di mana saja, bisa di rumah di tepian jalan, dan lainnya. Kenapa harus di gereja? Ah iya, sutradara film Rudy Habibie itu Hanung Bramantyo. Pantes! [Paramuda/ BersamaDakwah]