Melewati pemakaman Baqi’, Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu tak kuasa membendung air matanya. Hani’, sahaya Utsman, tahu betul bahwa bukan kali ini saja menantu Rasulullah tersebut menangis hingga janggutnya basah. Setiap melewati kuburan, Utsman selalu begitu. Bahkan ketika disebutkan tentang kubur pun, matanya mendadak sembab.
“Engkau menyebut surga dan neraka tapi engkau tidak menangis, sementara jika menyebut kubur engkau menangis?” akhirnya pertanyaan itu keluar dari lisan Hani’. Beruntunglah kita, berkat pertanyaan itu kita mendapatkan pelajaran sangat berharga dan nasehat penyucian jiwa dari khalifah ketiga.
“Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, ‘kuburan adalah tempat pertama dari tempat-tempat di akhirat. Jika selamat darinya, mudahlah kita selanjutnya. Jika tidak, selanjutnya adalah azab yang lebih mengerikan.’ Aku tidak melihat suatu pemandangan pun yang lebih menakutkan daripada kuburan,” jawab Ustman bin Affan.
Demikianlah Utsman memaknai kuburan. Dan demikianlah ketaqwaannya. Kendati ia dijamin masuk surga, ia tak merasa aman dari alam barzakh. Sementara kita? Kita begitu abai terhadap alam barzakh seakan-akan kita tidak akan dikubur selama-lamanya. Seakan-akan kita tidak akan pernah terbaring sendirian di kegelapan perut bumi. Seakan-akan kita tidak akan pernah didatangi dua malaikat yang menanyakan siapa Rabb kita, lalu jika kita tak mampu menjawabnya malaikat tersebut akan menyiksa kita. Seakan-akan kita tidak akan pernah hidup di alam barzakh kecuali beberapa saat saja. Padahal kita tahu, ada orang yang telah berabad-abad di alam barzakh dan belum juga tiba kiamat. Artinya nikmat atau azab kubur yang diterimanya begitu panjang. Dan seperti sabda Nabi, jika kita selamat di alam barzakh, selamat pula di akhirat. Jika diazab di alam barzakh, azab yang jauh lebih pedih telah menanti di neraka. Na’udzubillah.
Ada seorang laki-laki yang tinggal di rumah sendiri karena istrinya menemani anak-anak berlibur ke rumah nenek. Kebetulan laki-laki tersebut belum bisa meninggalkan pekerjaannya. Tiba-tiba ia disergap kesepian. Sudah begitu, ia jatuh sakit dan HP-nya hilang. Ia tak bisa ke mana-mana, ia tidak bisa berkomunikasi dengan siapa-siapa. Meskipun hanya dua hari, ia merasa menderita dua bulan. Sebab kesendirian menghadapi penderitaan adalah siksaan yang mengerikan.
Lalu bagaimana dengan kesendirian di alam kubur yang bukan hanya dua hari? Bisa jadi dua abad atau bahkan dua milenium? Sungguh nestapa yang mengabadi jika tak mendapat ampunan ilahi. Karenanya ada ulama yang merasa siksa kubur jauh lebih mengerikan daripada neraka. Ketika ditanya alasannya, ia pun menjawab: “Di neraka, manusia diazab bersama-sama. Di alam kubur, manusia diazab dalam kesendirian.” [Muchlisin BK/bersamadakwah]
Oleh karenanya Umar mendapatkan gelar dzinnuuroin (yg memiliki dua cahaya) krn menikahi 2 putri Nabi
Komentar ditutup.