Kampus adalah pasar intelektual. Tempat menjajakan segala bentuk pemikiran. Di kampus, saya berinteraksi dengan teman-teman kiri dan liberal. Hingga yang pemahaman Islamnya keras seakan di luar golongannya selalu salah, ahli bid’ah, calon penghuni neraka.
‘Tasawuf’ yang pernah saya ikuti sejak SMA tidak banyak membantu menjawab tantangan. Karena nikmat spiritual adalah rasa personal. Di satu sisi, sangat kurang bekal menghadapi pemikiran liberal. Di sisi yang lain, terkadang terpengaruh dengan pemahaman keras yang seakan menjadi antitesis dari pemikiran liberal.
Alhamdulillah, Allah pertemukan dengan ustadz dan kyai yang mencerahkan. Berpegang kepada Al-Qur’an dan sunnah dengan pemahaman para ulama ahlus sunnah wal jamaah. Di satu sisi tidak serampangan dan kebablasan seperti kaum liberal. Di saat yang sama juga toleran pada perbedaan dalam masalah-masalah khilafiyah.
Buku-buku Syaikh Dr Yusuf Qardhawi sangat membantu. Pemahaman moderat (wasathiyah) menemukan kekuatan hujah yang sangat kuat di tangan beliau. Bukan hanya membuat kita semakin yakin dengan kebenaran Islam, tetapi juga selamat dari ekstrem kiri dan ekstrem kanan. Misalnya buku Halal dan Haram. Seingat saya, itu buku beliau yang pertama saya baca. Menjadi referensi yang tak terbantahkan karena memadukan antara dalil naqli dan aqli. Bahkan semakin kokoh dengan dukungan hikmah dan fakta ilmiah.
Problematika kontemporer yang kerap membuat sebagian dai gagap menjawab, kita temukan solusinya dalam fatwa-fatwa beliau. Sebagian dari fatwa-fatwa itu telah dibukukan menjadi Fatwa-Fatwa Kontemporer. Ada empat jilid versi terjemah bahasa Indonesia, dengan total 555 fatwa. Maka fatwa-fatwa beliau pun menjadi rujukan bukan hanya oleh para dai tetapi juga para ulama di MUI.
Kemarin beliau tutup usia, meninggalkan demikian banyak amal dakwah dan lebih dari 120 karya. Termasuk yang paling fenomenal, Fikih Zakat dan Fikih Jihad. Dua-duanya merupakan masterpiece di bidangnya. Kabarnya, sebelum wafat beliau sedang menulis Fikih Shalat yang jauh lebih tebal daripada Fikih Puasa. Bayangkan, usia 96 tahun terus produktif menulis dan berkarya. Di samping kesibukan beliau sebagai ulama, mujtahid, serta pemimpin di sejumlah organisasi ulama dan fatwa. Pertanyaan sederhana untuk kita, buku beliau yang mana yang sudah kita baca? [Muchlisin BK/BersamaDakwah]