Imam Hasan al-Bashri Rahimahullahu Ta’ala sebagaimana dikutip oleh Imam Ibnu Katsir Rahimahullahu Ta’ala dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim mengatakan, “Seorang Mukmin mengerjakan segala ketaatan, sedangkan ia merasakan ketakutan. Dan orang jahat melakukan maksiat, sedangkan ia merasa aman.”
Orang-orang Muslim yang beriman senantiasa berada dalam kesibukan melakukan berbagai jenis amal shalih yang disyariatkan oleh Allah Ta’ala dan disunnahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tidaklah berlalu satu satuan waktu, kecuali mereka melakukan amal shalih untuk mendapatkan rahmat dari Allah Ta’ala.
Rahmat itulah yang menjadi sebab hingga orang-orang beriman layak mendapatkan surga, dibanjiri ridha Allah Ta’ala, dan kelak mendapatkan bonus besar berupa pertemuan yang sangat agung dengan-Nya.
Akan tetapi, hati mereka tidak akan pernah merasa puas ketika masih di dunia. Mereka akan senantiasa merasa takut; takut jika amalnya tidak diterima, takut jika ibadahnya tidak ikhlas, takut jika kebaikannya menguap lantaran kesalahan cara dan kondisi hati, dan ketakutan-ketakutan lainnya.
Orang-orang beriman juga tidak merasa aman dari siksa Allah Ta’ala. Ia senantiasa berharap-harap cemas, jangan-jangan ia termasuk sosok yang kelak mendapatkan siksa karena kesombongan yang terbit saat menjalankan amalan ketaatan.
Oleh karena itu, mereka senantiasa menghiasi setiap amalan dengan istighfar. Mereka memohon ampun kepada Allah Ta’ala setiap saat; sebelum, ketika, dan setelah menjalankan amalan ketaatan.
Berkebalikan dengan itu, orang-orang kafir, musyrik, dan munafiq senantiasa merasa aman meski mereka mengerjakan berbagai jenis amal kemaksiatan. Mereka merasa aman dari siksa Allah Ta’ala. Mereka merasa aman dari berbagai jenis sengsara, nestapa, dan duka, meski kesibukannya adalah berbuat buruk dan mendurhakai-Nya.
Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya,
“Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur?” (Qs. al-A’raf [7]: 97)
“Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain?” (Qs. al-A’raf [7]: 98)
“Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)?” (Qs. al-A’raf [7]: 99)
Dan Mahabenar Allah Ta’ala yang mengakhiri rangkaian ayat ini dengan kalimat, “Tiada yang merasa aman dan azab Allah, kecuali orang-orang yang merugi.” (Qs. al-A’raf [7]: 99)
Jangan sampai merasa aman dari azab Allah Ta’ala. Sebab siapa yang merasa aman, ia termasuk golongan yang merugi.
Wallahu a’lam. [Pirman/Bersamadakwah]