Muhammad Likebere alias Likebere (51) harus menahan diri bertemu dengan keluarganya di Desa Fatukulu, Distrik Turiskai, Timor Leste. Pasalnya, dia sudah dianggap meninggal oleh keluarga karena lama menghilang. Bahkan kuburannya atas nama “Lekibere” telah dibuat di kampungnya. Maka, sesuai dengan adat setempat, ia dilarang ke kampung sebelum dibuatkan upacara adat.
Nama “Lekibere” terpampang jelas di kuburan yang tidak diketahui siapa yang dikuburkan di dalamnya. Sejak 1975, saat berumur 15 tahun, Lekibere meninggalkan kampung halamannya dan lari ke Dili. Ia lari dari kampung karena terjadi bencana kelaparan akibat peperangan. Di Dili, Lekibere direkrut oleh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) sebagai Tenaga Bantuan Operasional (TBO).
Selama beberapa tahun menjadi anggota TBO, Lekibere akhirnya dibawa anggota ABRI ke Indonesia dan dimasukkan ke pesantren Makassar, Sulawesi Selatan. Ia sempat menetap di Bandung dan kini tinggal di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Lekibere saat itu penganut animisme. Tidak memiliki kepercayaan. Kini ia memilih Islam sebagai jalan hidupnya.
“Saya tidak tahu siapa yang dikuburkan di dalamnya, karena saya masih hidup,” ucapnya.
Saat Lekibere pulang beberapa waktu lalu, kedua orangtuanya telah meninggal. Tentu saja keluarganya kaget karena ternyata Lekibere masih hidup. Keluarga tidak bisa berbuat banyak karena kuburan Lekibere telah ada di kampungnya. Ia tetap dianggap meninggal dan dilarang masuk kampung.
Jika tetap hendak diterima keluarganya di kampung, Lekibere harus mengikuti proses adat bersama istri dan anaknya yang berada di Indonesia.
Dia hanya pasrah.
Dia hanya mampu pasrah jika harus menghadirkan istri dan anaknya membuat upacara adat di kampungnya.
“Saya pasrah saja karena terhambat biaya buat adat itu,” ujarnya. [Paramuda/ BersamaDakwah]
Sumber: Majalah Tempo 8-14 Juni 2015