Harta dan tahta belum tentu membuat orang mulia. Tetapi dekat dengan Al-Qur’an sudah pasti akan mulia.
Harta yang banyak tapi hasil korupsi, tidak mulia sama sekali. Menduduki tahta dengan cara curang dan menggunakan tahta untuk menzalimi orang lain juga bertolak belakang dengan kemuliaan. Sedangkan orang yang dekat dengan Al-Qur’an, meskipun tidak banyak harta dan tidak menduduki tahta, ia tetap mulia.
ق وَالْقُرْآَنِ الْمَجِيدِ
Qaaf. Demi Al-Qur’an yang mulia. (QS. Qaf: 1)
Para mufassirin menyerahkan makna qaf kepada Allah. Sedangkan kalimat berikutnya, mereka tahu tafsirnya. “Allah bersumpah dengan al-Quran yang mulia, yang memiliki keagungan dan kehormatan,” demikian Tafsir Al-Muyassar terbitan Kementerian Arab Saudi.
Al-Qur’an itu mulia dan tidaklah sesuatu dekat dengan Al-Qur’an kecuali akan mulia juga. Jibril menyampaikan Al-Qur’an kepada Rasulullah, jadilah ia sayyidul mala’ikah (pemimpin para malaikat). Rasulullah menerima wahyu Al-Qur’an, beliaulah sayyidul mursalin (pemimpin para rasul). Ramadhan bulan turunnya Al-Qur’an, jadilah ia bulan termulia. Mekkah Madinah tempat turunnya Al-Qur’an, jadilah keduanya kota termulia.
Tidak peduli siapa dirimu, apa latar belakangmu. Jika engkau dekat dengan Al-Qur’an, engkau akan menjadi mulia.
Abdullah bin Mas’ud awalnya adalah penggembala. Tubuhnya kurus dan pendek. Betisnya sangat kecil hingga jadi bahan tertawaan. Setelah masuk Islam, ia belajar Al-Qur’an langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam usia yang masih muda, ia berhasil menghafal 70 surah Al-Qur’an.
Abdullah bin Mas’ud tumbuh menjadi sahabat Nabi yang dekat dengan Al-Qur’an. Bukan hanya hafal 30 juz tetapi juga menjadi pakar tafsir Al-Qur’an.
Banyak sahabat besar seperti Abdullah bin Abbas dan Abu Hurairah yang belajar darinya. Demikian pula para tabi’in seperti Alqamah dan Ubaidah juga merujuk pada Ibnu Mas’ud dalam memahami Al-Qur’an. Kini, jika kita belajar tafsir, akan menemukan nama Ibnu Mas’ud bertebaran dalam kitab tafsir sebagai rujukan.
Pernah Abdullah bin Mas’ud memanjat pohon karena Rasulullah menyuruhnya. Beberapa sahabat tertawa saat melihat betis Ibnu Mas’ud yang sangat kecil. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam langsung menegur mereka:
مَا تَضْحَكُونَ؟ لَرِجْلُ عَبْدِ اللهِ أَثْقَلُ فِي الْمِيزَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أُحُدٍ
Apa yang kalian tertawakan? Sungguh kaki Abdullah lebih berat dalam timbangan pada hari kiamat daripada gunung Uhud. (HR. Ahmad; hasan)
Lihat pula sejarah hidup para tabi’in: Mujahid, Abu Aliyah, Ikrimah, dan lain-lain. Mereka dulunya adalah budak lalu Allah muliakan dengan Al-Qur’an. Kini nama-nama mereka bertebaran dalam Tafsir Ibnu Katsir dan tafsir bil ma’tsur lainnya. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]