Nisfu Syaban adalah waktu istimewa yang hanya terjadi satu tahun sekali. Meskipun ada catatan karena banyaknya hadits dhaif dan maudhu’ terkait malam itu, tetapi ada pula hadits shahih yang menunjukkan keutamaan atau fadhilah-nya.
Apa itu malam nisfu Syaban, jatuh pada tanggal berapa pada tahun 2025 ini, apa saja keutamaannya, dan bagaimana cara mendapatkannya? Ini penjelasan beserta dalilnya.
Daftar Isi
Apa Itu Malam Nisfu Syaban
Nisfu Syaban terdiri dari dua kata yakni nisfu (نصف) dan Sya’ban (شعبان). Nisfu artinya setengah. Sya’ban artinya bulan Sya’ban, yakni bulan ke-8 dalam kalender hijriyah. Jadi, nisfu Sya’ban adalah pertengahan bulan Sya’ban yakni tanggal 15 Sya’ban.
Dengan demikian, malam nisfu Syaban adalah malam 15 Sya’ban. Ia terbentang sejak matahari terbenam (maghrib) hingga terbit fajar.
Seperti kita tahu, tanggal baru dalam kalender hijriyah bermula sejak tenggelamnya matahari. Berbeda dengan kalender masehi yang tanggal baru bermula dari tengah malam (pukul 00.00).
Berbeda dengan lailatul qadar yang tanggalnya rahasia, nisfu Syaban ini tanggalnya pasti. Yakni 15 Sya’ban.
Baca juga: Pengertian Nisfu Syaban
Tanggal Berapa Nisfu Syaban 2025
Menurut Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU), awal bulan Syaban 1446 Hijriyah jatuh pada hari Jumat, 31 Januari 2025 Masehi. Demikian pula menurut kalender global tunggal Muhammadiyah, 1 Sya’ban 1446 Hijriyah jatuh pada hari Jum’at, 31 Januari 2025 Masehi.
Dari penetuan awal Sya’ban ini kita bisa mengetahui kapan jatuhnya nisfu Sya’ban 2025. Karena 1 Sya’ban 1446 jatuh pada 31 Januari 2025, maka 15 Sya’ban 1446 jatuh pada 14 Februari 2025.
Dengan demikian, nisfu Syaban 1446 bertepatan dengan hari Jumat, 14 Februari 2025. Sedangkan malam nisfu Syaban jatuh mulai Kamis (13 Februari 2025) Magrib hingga terbit fajar Jumat, 14 Februari 2025.
Baca juga: Niat Puasa Ramadhan
Khilafiyah Soal Malam Nisfu Sya’ban
Kemuliaan malam Nisfu Sya’ban masuk dalam domain khilafiyah di kalangan para ulama. Terutama lagi soal menghidupkannya dengan ibadah. DR Abdul Ilah Bin Husain Al Afraj dalam buku Konsep Bid’ah dan Toleransi Fiqih menjelaskan, sebagian salafush shalih seperti tabi’in yang hidup di negeri Syam menyatakan malam Nisfu Sya’ban memiliki keutamaan. Maka mereka pun memuliakannya dan bersungguh-sungguh beribadah pada malam itu.
Di antara para tabi’in itu adalah Khalid Bin Ma’dan, Makhul, dan Luqman bin Amir. Mereka memuliakan malam nisfu Sya’ban dan beribadah dengan sungguh-sungguh. Dan dari merekalah para ulama meriwayatkan keutamaan malam Nisfu Sya’ban.
Sebagian yang lain seperti tabi’in yang hidup di negeri Hijaz tidak menetapkan keistimewaan apapun bagi malam Nisfu Syaban. Mereka berpendapat malam itu sama seperti malam-malam biasa. Tercatat di antara mereka adalah Atha’ dan Ibnu Abi Malikah.
Yang menarik, Ibnu Taimiyah dalam Iqtidha’ ash Shirati al Mustaqim menjelaskan bahwa malam Nisfu Sya’ban memang memiliki keutamaan dan karenanya sebagian ulama salaf mengkhususkan malam itu dengan memperbanyak ibadah shalat.
Keutamaan Malam Nisfu Syaban
Memang banyak hadits-hadits dhaif dan maudhu’ tentang malam Nisfu Syaban. Misalnya yang menyebut bahwa keutamaan malam ini bisa menunda ajal. Hal ini membuat sebagian ulama memperingatkan untuk tidak memuliakannya karena dalilnya palsu, bahkan termasuk dalam kategori berdusta atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Imam Ibnu Al Arabi termasuk yang keras dalam hal ini. “Berkenaan dengan malam Nisfu Sya’ban, tidak ada hadits yang bisa dijadikan sebagai landasan bagi yang berkenaan dengan keutamaannya atau yang berkenaan dengan padanya ketentuan ajal diubah. Oleh karena itu janganlah kalian memperhatikannya,” tegasnya.
Namun, ada hadits shahih yang menjelaskan keutamaan malam Nisfu Syaban. Yang dengan hadits ini, nyatalah bahwa malam tersebut memang memiliki keutamaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لَيَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
Sesungguhnya Allah memeriksa pada setiap malam nishfu Sya’ban. Lalu Dia mengampuni seluruh makhluk-Nya, kecuali yang berbuat syirik atau yang bertengkar dengan saudaranya. (HR. Ibnu Majah; shahih)
Terkait hadits ini, Atha’ bin Yasar rahimahullah mengatakan, “Tiada suatu malam selain Lailatul Qadar yang lebih mulia daripada malam Nisfu Sya’ban. Pada malam ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala turun ke langit dunia kemudian memberikan ampunan kepada seluruh hamba-Nya kecuali orang musyrik dan musyaahin.”
Inilah keutamaan malam Nisfu Sya’ban yang kita dapati dari hadits shahih. Pada malam itu, Allah mengampuni seluruh hamba-Nya, kecuali dua golongan: musyrikin dan musyaahin.
Siapa Musyrik dan Musyahin
Berdasarkan hadits shahih di atas, keutamaan malam nisfu Sya’ban adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni seluruh hamba-Nya kecuali musyrikin dan musyahin. Siapakah mereka?
Musyrikin adalah orang-orang musyrik. Yakni orang yang berbuat syirik, menyekutukan Allah. Maka, semua penganut paganisme dan orang yang menyembah selain Allah, seluruhnya adalah musyrik. Demikian pula orang yang berdoa kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah musyrik. Baik berdoa kepada sesuatu yang ia pertuhankan, maupun berdoa kepada jin atau syetan.
Sedangkan musyaahin, pendapat para ulama terbagi menjadi tiga:
- Ahli bid’ah
- Orang yang memusuhi umat Islam
- Orang yang bertengkar dan bertikai dengan muslim meskipun ia sendiri adalah muslim.
Imam Ahmad dan Al Auza’i termasuk ulama yang berpendapat pengertian pertama. Al Mubarakfury termasuk ulama yang berpendapat pengertian kedua dan ketiga. Sedangkan Ath Thiby termasuk ulama yang berpendapat pengertian ketiga.
Cara Mendapatkan Keutamaan Malam Nisfu Syaban
Hadits di atas juga menunjukkan bagaimana cara mendapatkan keutamaan malam Nisfu Syaban. Dua cara agar mendapat ampunan Allah di malam itu adalah jangan menjadi musyrikin dan jangan menjadi musyaahin. Jangan berbuat syirik dan jangan bermusuhan (memutus tali persaudaraan) dengan sesama mukmin.
1. Jangan Syirik
Agar mendapatkan ampunan Allah di malam Nisfu Sya’ban, jangan musyrik. Jangan pernah berbuat syirik. Jangan pernah menyekutukan Allah karena ia adalah dosa terbesar.
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An-Nisa’: 48)
Syirik membuat pelakunya tidak bisa masuk surga dan tempat kembalinya adalah neraka.
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (QS. Al Maidah: 72)
Maka pastikan, hanya kepada Allah kita beribadah dan hanya kepada-Nya kita berdoa. Termasuk, hindari fenomena kesyirikan di zaman sekarang dalam beragam bentuknya. Di antara fenomena kesyirikan itu adalah berdoa dan meminta pertolongan kepada jin serta mempercayai dukun dan tukang sihir.
Baca juga: Ayat Kursi
2. Jangan Memusuhi Sesama Muslim
Yang kedua, agar mendapatkan keutamaan malam Nisfu Syaban yakni mendapat ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala, jangan menjadi musyaahin. Jangan bermusuhan dengan sesama muslim. Jangan hasad dan memutus persaudaraan dengan saudara seiman.
Allah menyebut orang-orang beriman sebagai ikhwah. Saudara yang ikatan persaudaraannya seperti saudara kandung, bahkan lebih kuat lagi.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (QS. Al Hujurat: 10)
Ukhuwah Islamiyah harus dijaga. Kekuatan ukhuwah merupakan kekuatan kedua yang menjadi karakteristik masyarakat Islam di masa Rasulullah setelah kekuatan iman dan aqidah.
Pernah terjadi dalam sejarah dunia Islam, Hulagu Khan cucu Jengis Khan membantai Baghdad. Satu riwayat mengatakan korbannya 200.000 jiwa, riwayat lain menyebut korbannya 400.000 jiwa. Hulaghu juga membumihanguskan masjid, istana, bangunan-bangunan bersejarah, dan perpustakaan.
Hulaghu membangun markasnya di luar kota lalu mengirim kabar ingin bertemu ulama terbesar di Baghdad. Tidak ada ulama yang berani menemui Hulaghu karena ia terkenal dengan kebengisannya. Lalu datanglah Kadihan, guru madrasah yang masih sangat muda dan belum berjenggot. Ia membawa serta unta, kambing dan ayam jantan.
“Selama ini apakah mereka hanya menemukan orang sepertimu untuk menghadapku?” tanya Hulaghu setelah memperhatikan Kadihan dari ujung kaki hingga ujung kepala.
“Jika engkau ingin bertemu dengan yang lebih besar dariku, di luar ada unta. Jika ingin menemui yang berjenggot, di luar ada kambing. Dan jika ingin bertemu dengan yang suaranya lantang, di luar ayam jantan,” jawab Kadihan dengan tenang. “Engkau bisa menemui mereka kapan pun engkau mau.”
Hulaghu mengerti bahwa pemuda di depannya bukan orang biasa. Lantas ia bertanya, “Apa sebab yang mendatangkanku kemari?”
“Amal-amal kami. Saat kami lupa kepada Allah. Tidak bersyukur atas nikmat-Nya. Berfoya-foya. Saling bermusuhan. Allah mendatangkanmu untuk mencabut nikmat-Nya dari kami.”
“Lalu apa yang bisa mengusirku dari sini?”
“Saat kami sadar kembali lalu bersyukur dan bersatu, engkau tidak akan bertahan menghadapi kami.”
Maka, jangan sampai kita bertengkar dan bermusuhan apalagi terhadap saudara seiman. Apalagi jika mereka adalah orang-orang terdekat seperti kerabat, tetangga, sahabat dan rekan kerja.
3. Memperbanyak Ibadah (Shalat) Sunnah
Sebagaimana penjelasan di atas, para tabiin di negeri Syam menghidupkan malam ini dengan memperbanyak ibadah khususnya shalat. Sebab malam ini adalah malam istimewa yang memiliki keutamaan. Maka, selayaknya jika kita mengoptimalkan dengan memperbanyak ibadah sunnah.
Sedangkan siangnya, karena bertepatan dengan ayyamul bidh, sunnah untuk puasa ayyamul bidh. Bahkan pahalanya lebih besar daripada puasa ayyamul bidh pada bulan lainnya karena Rasulullah mencontohkan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban.
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan bagaimana Rasulullah mencontohkan memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban:
لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah berpuasa sunnah di satu bulan yang lebih banyak daripada bulan Sya’ban. Sungguh, beliau berpuasa penuh pada bulan Sya’ban. (HR. Bukhari)
Demikian penjelasan nisfu Syaban mulai dari pengertian, tanggal berapa di tahun 2025, serta keutamaan dan cara mendapatkannya. Wallahu ‘alam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]