Dalam setiap kondisi, Allah menyediakan ladang pahala bagi hamba-hambaNya yang beriman. Pun saat terjadi wabah atau pandemi. Termasuk saat terjadinya wabah corona. Melalui sabda Nabi-Nya, kita mengetahui janji Allah berupa pahala syahid. Baik meninggal akibat kena wabah itu atau tidak meninggal.
Bagaimana cara mendapatkan pahala syahid saat terjadi wabah corona seperti saat ini? Sabar dan tetap tinggal di rumah. Tidak keluar dari daerahnya.
Sabda Rasulullah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – أَنَّهَا أَخْبَرَتْنَا أَنَّهَا سَأَلَتْ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – عَنِ الطَّاعُونِ فَأَخْبَرَهَا نَبِىُّ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَنَّهُ كَانَ عَذَابًا يَبْعَثُهُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ ، فَجَعَلَهُ اللَّهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ ، فَلَيْسَ مِنْ عَبْدٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ فَيَمْكُثُ فِى بَلَدِهِ صَابِرًا ، يَعْلَمُ أَنَّهُ لَنْ يُصِيبَهُ إِلاَّ مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ ، إِلاَّ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الشَّهِيدِ
Dari Yahya bin Ya’mar, dari Aisyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, sesungguhnya dia mengabarkan kepada kami bahwa dia bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang thaun, maka Nabiyullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya ia (thaun) adalah adzab yang dikirim Allah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Lalu Allah menjadikannya rahmat bagi orang-orang yang beriman. Tidak seorang pun hamba yang ditimpa thaun lalu tetap tinggal di negerinya dalam keadaan sabar dan mengetahui tidak ada yang menimpa dirinya kecuali apa yang ditetapkan Allah untuknya, maka baginya seperti pahala mati syahid.” (HR. Bukhari)
Dalam riwayat Imam Ahmad, lebih spesifik digunakan kata baitihi (rumahnya) sebagai pengganti baladihi (negerinya).
عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنِ الطَّاعُونِ فَأَخْبَرَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ كَانَ عَذَاباً يَبْعَثُهُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ فَجَعَلَهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ فَلَيْسَ مِنْ رَجُلٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ فَيَمْكُثُ فِى بَيْتِهِ صَابِراً مُحْتَسِباً يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ يُصِيبُهُ إِلاَّ مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ إِلاَّ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الشَّهِيدِ
Dari Yahya bin Ya’mar, dari Aisyah ia berkata, aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang thaun, maka Nabiyullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan, “Sesungguhnya ia (thaun) adalah adzab yang dikirim Allah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Lalu Allah menjadikannya rahmat bagi orang-orang yang beriman. Tidak seorang pun yang ditimpa thaun lalu tetap tinggal di rumahnya dalam keadaan sabar dan mengetahui tidak ada yang menimpa dirinya kecuali apa yang ditetapkan Allah untuknya, maka baginya seperti pahala mati syahid.” (HR. Ahmad)
Ringkasan Penjelasan Ibnu Hajar Al Asqalani
Meskipun pada hadits ini ada yaqauth thaa’uun yang diterjemahkan ditimpa thaun, Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah menjelaskan sesuai judul bab yang ditulis Imam Bukhari rahimahullah. Yakni baik thaun itu menimpanya atau terjadi di negeri tempat ia tinggal.
Thaun adalah azab (siksa) yang dikirim kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Siapa yang dikehendakinya (من يشاء) ini maksudnya adalah dari golongan orang kafir dan pelaku maksiat. Adapun untuk orang mukmin, thaun bukanlah azab melainkan rahmat.
Mengutip hadits lain yang diriwayatkan Imam Ahmad, Ibnu Hajar menegaskan, “Hal ini sangat tegas menyatakan bahwa keberadaan thaun sebagai rahmat hanya untuk kaum muslimin. Apabila thaun menimpa orang-orang kafir maka ia adalah siksaan bagi mereka yang disegerakan di dunia sebelum akhirat.”
Lalu bagaimana dengan pelaku maksiat dari kalangan kaum muslimin? Ibnu Hajar memilih berhati-hati. “Ada kemungkinan orang seperti ini tidak akan diberi kemuliaan mati syahid karena keburukan perbuatannya berdasarkan firman Allah dalam Surat Al Jatsiyah ayat 21.”
Ibnu Hajar kemudian mengutip banyaknya hadits yang menjelaskan, thaun justru datang karena banyaknya kemaksiatan. Di antaranya adalah:
إذا ظهر الزنا والربا في قرية ، فقد أحلوا بأنفسهم عذاب الله
“Apabila zina dan riba telah nampak (banyak terjadi) pada suatu negeri, maka mereka telah menghalalkan azab Allah terhadap diri mereka” (HR. Hakim)
ولا ظهرت الفاحشة في قوم قط ، إلا سلط الله عليهم الموت
“Tidaklan kekejian tampak pada suatu kaum kecuali Allah menguasakan kematian pada mereka” (HR. Hakim)
لاَ تَزَالُ أُمَّتِى بِخَيْرٍ مَا لَمْ يَفْشُ فِيهِمْ وَلَدُ الزِّنَا فَإِذَا فَشَا فِيهِمْ وَلَدُ الزِّنَا فَيُوشِكُ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِعِقَابٍ
“Umatku senantiasa dalam kebaikan selama anak zina belum menyebar di antara mereka. Apabila anak zina telah menyebar di antara mereka, dikhawatirkan Allah Azza wa Jalla akan menimpakan siksa kepada mereka” (HR. Hakim)
Orang yang akan mendapat pahala mati syahid saat terjadinya thaun adalah mukmin yang tetap tinggal di negerinya dengan sabar dan meyakini tidak ada yang menimpanya kecuali apa yang telah ditetapkan Allah.
Sabar di sini, menurut Al Hafizh, adalah tidak panik akan meninggal karena wabah tersebut. Dia tinggal di negerinya dan tidak keluar melarikan diri darinya. “Yakni negeri terjadinya thaun tersebut,” terangnya. “Dalam riwayat Imam Ahmad disebutkan tetap tinggal di rumahnya.”
“Seandainya seseorang tetap tinggal di negerinya yang dilanda thaun dalam keadaan panik dan menyesal karena tidak bisa keluar, dan beranggapan jika keluar niscaya tidak akan ditimpa thaun, lalu dia tetap tinggal sehingga ditimpa wabah itu, maka orang seperti ini tidak mendapatkan pahala mati syahid.”
Ibnu Hajar kemudian menyimpulkan, orang yang akan mendapatkan seperti pahala mati syahid pada hadits ini ada tiga golongan. Pertama, orang yang memiliki sifat-sifat yang disebutkan dalam hadits tersebut lalu ditimpa thaun sampai meninggal. Kedua, orang yang memiliki sifat-sifat yang disebutkan dalam hadits tersebut lalu ditimpa thaun namun tidak meninggal. Ketiga, orang yang memiliki sifat-sifat yang disebutkan dalam hadits tersebut namun tidak ditimpa thaun namun meninggal karena sebab lain baik saat itu maupun sesudahnya.
Syaikh Abu Muhammad bin Abi Jamrah menjelaskan, tingkatan syahid bertingkat-tingkat. Sehingga sebagaimana hadits orang yang meninggal karena tha’un adalah syahid, untuk golongan pertama. Sedangkan mendapat pahala seperti mati syahid, untuk golongan pertama dan kedua.
Sabar dan Perbanyak Doa
Membaca hadits dan penjelasannya tersebut, insya Allah membuat kita lebih tenang. Yang paling utama adalah terjaganya iman kita. Karena bagi setiap mukmin, segala kondisi adalah baik.
Selain ikhtiar dengan menjaga kesehatan, meningkatkan imun, sangat penting memenuhi karakter dalam hadits tersebut. Sabar menghadapi masa pandemi corona ini dengan tetap tinggal di rumah masing-masing, jangan keluar kota apalagi keluar negeri, dan perkuat aqidah kita. Bahwa tidak ada yang menimpa kita kecuali atas apa yang ditetapkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kita perbanyak doa pula agar kita semua diselamatkan dan dilindungi Allah. Dan semoga pandemi ini segera berlalu. Allah menjaga negeri kita dan seluruh negeri kaum muslimin. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]
Terima kasih atas infonya bersamadakwah.net..saya belakangan ini terus membaca artikel – artikel dari website ini. Alhamdulillah saya banyak mendapat banyak pencerahan
Masya Allah.
Jazakallahu khairan atas pencerahan nya ustadz
Semoga Allah SWT melindungi kita semua dari musibah ini ..
Aamiin yaa robb
Maa Syaa Allah…
Syukron ustadz atas penjelasannya.
Di masa penyebaran wabah sperti ini, kita memang harus mengikuti arahan yang pemerintah katakan. Dengan stay dirumah, kita bisa memutus penularan wabah yang berbahaya ini. Smoga kita tetap dilindungi oleh Allah SWT dari penyakit wabah ini. Aamiin…
Komentar ditutup.