Beranda Tazkiyah Hikmah Pahami Rahasia di Balik Kemiskinan dan Kesusahan Hidup Ini, Anda Pasti Bahagia

Pahami Rahasia di Balik Kemiskinan dan Kesusahan Hidup Ini, Anda Pasti Bahagia

0

Hidup itu dipergilirkan. Senang-susah. Bahagia-sedih. Lapang-sempit. Suka-duka. Kaya-miskin. Banyak orang yang mampu menggali hikmah di balik setiap episode kehidupan, tapi tak sedikit pula orang yang ingkar dan mengganggap bahwa Tuhan bersikap tidak adil. Padaha, Dia Ta’ala Mahaadil. Jika Allah Ta’ala tidak adil, siapa lagi yang layak bersikap adil?

Umat manusia sangat mendamba bahagia. Di banyak episode kehidupannya. Pada keseluruhan hidupnya. Tidaklah satu satuan waktu mereka alami, kecuali berharap agar kebahagiaan dan keceriaan yang menemani.

Akibatnya, mereka tidak siap saat menjelani episode kesusahan dan kepahitan dalam hidup. Banyak pendamba bahagia yang lupa bahwa sakit, pedih, duka, lara, dan nestapa adalah paket lengkap yang harus dijalani oleh siapa pun yang pernah merasa bahagia di dalam hidupnya.

Jika putih menyenangkan, mengapa harus ada hitam? Jika bahagia itu indah, mengapa harus ada susah dan duka? Jika kaya itu penuh pesona dan terhormat, mengapa harus ada miskin hingga seseorang diremehkan dalam kehidupannya?

“Kesempitan berwujud kemiskinan, (kekurangan) kebutuhan, dan lain sebagainya,” terang Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, “agar mereka tunduk. Yaitu mau berdoa, khusyuk, dan memohon kepada Allah Ta’ala agar semua penderitaan dan kesempitan itu dihilangkan.”

Bukankah kemiskinan akan terasa indah jika dengannya kita semakin mendekatkan diri dan merasa sangat butuh kepada Allah Ta’ala?

Bukankah kekurangan materi yang membuat kita memohon pertolongan kepada Allah Ta’ala jauh lebih indah, berharga, dan berkelas dibanding kekayaan yang justru membuat kita semakin jauh dan ingkar kepada Allah Ta’ala?

Bukankah sulit dan pelik serta rumitnya masalah merupakan sarana agar kita semakin berhajat kepada Allah Ta’ala? Agar kita hanya merasa, tiada yang layak dan mampu menghalau seluruh pedih, galau, dan gulana, kecuali Allah Ta’ala Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.

Lantas, apa maknanya bahagia dan kesukaan hidup lainnya jika ianya hanya membuat seorang hamba semakin jauh dari Allah Ta’ala? Apa untungnya kemakmuran dan kemewahan hidup jika membuat seorang hamba semakin ingkar kepada Allah Ta’ala, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan syariat Islam yang mulia?

Sungguh, sebaik-baik episode hidup adalah perjalanan yang semakin mendekatkan kita kepada Allah Ta’ala, bukan sebaliknya.

Wallahu a’lam. [Pirman/Bersamadakwah]