Orang-orang yang sering pamer keharmonisan dengan pasangannya di Facebook –baik melalui status maupun foto mesra- apakah mereka benar-benar pasangan yang harmonis di dunia nyata?
Tidak sedikit pengguna Facebook yang sering membuat status keharmonisan keluarga seraya men-tag suami atau istrinya dan kemudian saling berbalasan. Ada pula yang sering mengunggah foto-foto mesra baik saat makan, rekreasi, ulang tahun, hari jadi pernikahan dan sebagainya. Apakah status dan foto-foto itu menggambarkan keharmonisan keluarga mereka yang sesungguhnya.
Mereka memang keluarga harmonis
Bisa jadi mereka memang keluarga harmonis layaknya apa yang mereka tampilkan di Facebook. Niatnya macam-macam; ada yang memang ingin menginspirasi orang lain agar keluarganya harmonis dan yang belum menikah segera menikah, ada yang ingin menunjukkan cinta kepada pasangannya, ada yang sekedar hobi dengan media sosial, ada juga yang niatnya pamer.
Jika benar-benar keluarga harmonis, berbahagialah. Tinggal memperbaiki niat dan lebih selektif menggunakan media sosial.
Niat yang benar seperti niat pertama dan kedua insya Allah berbuah pahala. Yang perlu diperhatikan, tingkat kemesraan status dan fotonya. Sebab media sosial bisa dilihat seluruh penggunanya dari berbagai penjuru dunia. Apalagi jika foto tersebut membangkitkan syahwat orang lain. Seorang istri menceritakan wanita lain secara detil kepada suaminya saja tidak boleh kan? Tentu foto dengan pose tertentu yang lebih tinggi levelnya dari cerita tersebut lebih dilarang.
Hindari juga status yang bisa menyakiti orang lain, terutama mereka yang belum menikah. Ada kalanya status Facebook berisi keharmonisan keluarga tapi ujung-ujungnya mem-bully yang belum menikah.
Bukan keluarga harmonis
Ada pula yang sering pamer foto kemesraan di Facebook, tapi mereka sesungguhnya bukan keluarga yang harmonis. Sebuah studi yang dilakukan oleh Lydia Emery dari Northwestern University menunjukkan, banyak pasangan yang mengunggah foto mesra justru saat mereka galau atau hubungannya sedang memburuk. Sedangkan penelitian dari Aalto University, Finlandia menemukan bahwa orang cenderung memasang foto yang ‘dipoles’ untuk memenuhi ekspektasi sosial dan menjaga reputasi di jejaring sosial.
Jika niatnya memang untuk memperbaiki keharmonisan dengan pasangan, mengingatkan istri atau suami agar kembali harmonis seperti sebelumnya, insya Allah menjadi bagian dari ikhtiar yang baik. Namun jika hanya sebuah kepura-puraan, sesungguhnya hal itu hanya akan menyakiti dirinya sendiri.
Tak pamer keharmonisan belum tentu tak harmonis
Orang tua kita atau kakek dan nenek kita hidup tanpa Facebook. Mereka juga tidak memamerkan foto dan status mesra. Sering kali mereka justru terlihat malu-malu ketika keluar rumah. Namun, kebanyakan mereka adalah keluarga harmonis. Mereka keluarga yang penuh cinta dan cukuplah anak-anak dan cucu mereka yang tahu. [Muchlisin BK/Bersamadakwah]