Lanjutan dari Pemuda Saleh yang Terkena Peluru Nyasar
Kemudian saya menghubungi dokter ahli bedah jantung yang lainnya yang bekerja di Jeddah, ia pun tidak kuasa menahan perasaannya lalu menangis terharu.
Saya sangat berbahagia menyaksikan perubahan pada kedua dokter tersebut. Kenapa?
Karena kedua dokter itu merasa iri kepada pemuda tersebut atas kemuliaannya dengan amal ibadah ukhrawinya.
Bukan karena harta benda yang telah dikumpulkannya. Ini merupakan fenomena yang menyejukkan.
Akan tetapi, sayangnya orang-orang pada zaman sekarang banyak yang terlena dan larut dalam berlomba-lomba untuk mengumpulkan kemewahan dunia.
Padahal, bagi Allah Ta’ala, dunia ini tidak lebih berharga dari pada sayap seekor nyamuk.
Sebuah pertanyaan yang perlu untuk dijawab,
“Masih adakah orang yang mau berlomba-lomba bersama saudara-saudaranya dalam beramal saleh?”
Masih adakah orang yang apabila melihat saudaranya duduk sambil memegang mushaf Al-Qur`an setelah menunaikan shalat Ashar, lalu membacanya, ia tertegun seraya bertanya kepada dirinya sendiri,
“Kenapa aku tidak ikut serta duduk dan membaca Al-Qur`an sebagaimana yang ia lakukan?” Lalu orang itu duduk mengambil Al-Qur`an dan membaca sepuasnya.
Masih adakah di antara kita ketika melihat tetangganya atau kerabatnya bangun di malam hari untuk menunaikan shalat malam ia merasa iri, lalu bertanya kepada diri sendiri,
“Kenapa ia bangun untuk menunaikan shalat malam sedangkan aku tidak? Betulkah aku mengharapkan surga sebagaimana ia mengharapkannya? Betulkah aku memimpikan apa yang ia mimpikan?”
Kemudian orang itu beranjak untuk menunaikan shalat malam walaupun sebentar.
Lalu timbul pertanyaan yang lain,
“Berapa banyak umat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam yang selalu menjaga shalat malamnya pada masa-masa sekarang ini?”
Sungguh sangat sedikit, sungguh sayang sekali. Apakah kita tidak menyadari bahwa amalan yang kita kerjakan masih jauh dari sempurna? Bukankah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah teladan kita?
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah manusia yang telah diampuni dosa-dosanya semenjak beliau masih hidup.
Meski demikian, beliau merutinkan shalat malam, shalat sunnah rawatib, shalat dhuha, berinfak, bersedekah, dan menolong orang-orang yang membutuhkan kita?
Tunggu apalagi saudaraku. Marilah perbanyak amalan sunnah kita sebagai penyempurna amalan wajib kita.
Dikutip dari buku Musyahadat Thabîb Qashash Waqi’iyah karya Dr. dr. Khalid bin Abdul Aziz Al-Jabir
[Abu Syafiq/BersamaDakwah]