Beranda Kisah-Sejarah Kisah Nyata Perempuan yang Meninggal Ketika Sujud

Perempuan yang Meninggal Ketika Sujud

2
sujud (eikantho)

Kisah nyata ini terjadi di sebuah negara arab. Ditulis oleh Ummu Sajid Fauziah bin Abdurrahim bin Muhammad untuk islamway. Berikut kisahnya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar)”

Lantunan suara azan sampai di telinga Habibah. Tatkala muazin mengumandangkan, “Hayya ‘Alash-Shalah, Hayya ‘Alal Falah (Mari kita shalat, mari menuju kemenangan),” Habibah langsung meninggalkan pekerjaannya dan bergegas melaksanakan shalat.

Sungguh, nama yang sesuai dengan sifatnya, Habibah (orang yang mencintai). Ia mencintai shalat.

Habibah selalu melaksanakan shalat wajib pada waktunya dan senantiasa rindu untuk bermunajat kepada Allah. Sebab, shalat adalah sarana penghubung antara hamba dan Tuhannya.

Habibah mempunyai moto dalam melaksanakan shalatnya tepat waktu, yaitu firman Allah Ta’ala tentang perkataan Musa Alaihissalam, “Dan aku bersegera kepada-Mu, Ya Tuhanku, agar Engkau ridha (kepadaku).(QS. Thaha: 84)

Suatu hari, Habibah dihubungi melalui telepon oleh suaminya yang baru saja menyelesaikan pekerjaan di kantor. Muhammad, itulah nama suaminya.

“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, istriku tercinta.”

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, suamiku tercinta. Bagaimana kabarmu?”

“Alhamdulillah baik, Cintaku. Aku lapar sekali. Aku ingin dolma (daun anggur berisi tumisan daging, nasi dan sayur) yang lezat buatanmu.”

“Baiklah. Insya Allah, aku segera menyiapkannya, Sayangku.”

Dengan cekatan Habibah menyiapkan makanan yang diminta suaminya sebelum ia datang. Tatkala memasukkan bahan-bahan makanan ke dalam daun anggur yang akan direbus, dia mendengar suara azan Zuhur berkumandang.

Seperti biasa, dia langsung meninggalkan semua aktivitasnya, termasuk menyiapkan makanan untuk sang suami. Ia ingat motonya, “Dan aku bersegera kepada-Mu, Ya Tuhanku, agar Engkau ridha (kepadaku).

Habibah juga ingat akan hadits riwayat Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu Anhu yang menuturkan, “Aku pernah bertanya kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Amalan apa yang sangat dicintai Allah?”

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, “Shalat pada waktunya.

Habibah pun segera beranjak dari dapur menuju tempat wudhu agar dapat melaksanakan shalat di ruangan khusus untuk beribadah di rumahnya.

Tak lama kemudian, suami Habibah, Muhammad tiba di rumah. Karena pintu tidak dikunci, dia langsung masuk ke ruangan tengah.

Muhammad mencium aroma dolma yang masih belum matang. Sambil memegang perut yang kosong, dia pun langsung pergi ke dapur. Ternyata, makanan yang dia minta ke istrinya tadi belum ada yang matang sama sekali.

Ia pun bertanya-tanya dalam hati.

“Ada apa gerangan? Kenapa istriku Habibah belum menyiapkan makanan? Aku hampir mati kelaparan,” ujarnya.

Muhammad berusaha mencari-cari Habibah.

Assalamua’aikum, Habibah. Aku sudah pulang, Sayang,” katanya setengah berteriak.

Tak ada jawaban sama sekali. Ia lalu pergi ke ruangan shalat Habibah. Ternyata istrinya sedang sujud.

Muhammad pun duduk di samping istrinya itu dan ingin menunggunya hingga shalat selesai.

Satu menit berlalu, dia masih melihat Habibah sujud dalam shalatnya, tidak berdiri atau pun duduk. Ia pun bergumam, “Barangkali dia memanjangkan doanya dalam sujud.”

Namun, beberapa menit kemudian, ia melihat istrinya itu masih dalam posisi sujud. Rasa cemas pun mulai menggelayut ke dalam hatinya.

Muhammad mencoba mendekatkan telinga ke dekat istrinya. Ternyata, ia tidak mendengar suara apapun, bahkan suara nafas pun tiada.

Tatkala menyentuh bagian kepala, tubuh istrinya tiba-tiba jatuh. Innalillahi wa Inna Ilaihi Raji’un. Habibah telah meninggal dunia ketika bermunajat kepada Tuhannya, di dalam shalatnya, di sisi suaminya.

Saudaraku!

Mati itu tidak mengenal waktu dan usia. Siapa pun akan meninggal kapan saja dan di mana saja. Oleh karena itu, marilah kita memperbanyak amal shalih sebelum ajal menjemput hingga mendapatkan husnul khatimah (akhir yang baik) dari kehidupan dunia yang fana ini. [Abu Syafiq/BersamaDakwah]

2 KOMENTAR

  1. Habibah mempunyai moto dalam melaksanakan shalatnya tepat waktu, yaitu firman Allah Ta’ala tentang perkataan Musa Alaihissalam, “Dan aku bersegera kepada-Mu, Ya Tuhanku, agar Engkau ridha (kepadaku).” (QS. Thaha: 84)

    Keren abis, cara beliau mengambil dalil, dan menerapkannya.

    Dalil shalat lima waktu tepat pada waktunya adalah THAHA 84.. Allahu akbaru

Komentar ditutup.