Beranda Kisah-Sejarah Sirah Nabawiyah Perpindahan Kiblat: Sejarah, Ayat, dan Hikmahnya

Perpindahan Kiblat: Sejarah, Ayat, dan Hikmahnya

0
perpindahan kiblat

Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membangun pilar-pilar masyarakat baru di Madinah dengan mendirikan Masjid Nabawi, muakhah, piagam Madinah, dan pasar, Allah mengokohkan identitas kaum muslimin dengan perpindahan kiblat.

Kiblat umat Islam yang pertama kali adalah Baitul Maqdis di Palestina. Lalu Allah mengalihkan kiblat umat Islam ini ke Ka’bah di Masjidil Haram, Mekkah.

Sejarah Perpindahan Kiblat

Selama 16 atau 17 bulan di Madinah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kaum muslimin shalat dengan menghadap ke arah Baitul Maqdis atau Masjid Al Aqsha. Sejak di Mekkah, kiblat umat Islam memang Baitul Maqdis.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat menyukai Ka’bah. Meskipun kiblat pertama umat Islam adalah Baitul Maqdis, ketika shalat di Mekkah, Rasulullah memposisikan Ka’bah berada di antara beliau dan Baitul Maqdis. Sehingga, beliau shalatnya mengarah ke Ka’bah sekaligus ke Baitul Maqdis.

kiblat pertama umat islam

Jadi, ketika shalat, beliau memposisikan diri di selatan Ka’bah, menghadap ke utara. Sehingga, di depan beliau adalah Ka’bah dan jauh di depan Ka’bah adalah Baitul Maqdis. Ketika hijrah ke Madinah, beliau tidak bisa lagi shalat dengan posisi seperti itu. Sebab dari Masjid Nabawi, arah Masjidil Haram dan Masjid Al Aqsa bertolak belakang. Masjidil Haram di sebelah selatan Madinah, Masjid Al Aqsa di sebelah utara Madinah.

Rasulullah sering menengadahkan wajah ke langit, menanti turunnya wahyu perpindahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah. Sebab, beliau mencintai Ka’bah dan tahu bahwa Ka’bah kiblat Nabi Ibrahim. Kedua, beliau berharap dengan kiblat Ka’bah, orang-orang Arab lebih tertarik untuk masuk Islam. Dan ketiga, orang-orang Yahudi mencibir bahwa kaum muslimin mengikuti mereka karena kiblatnya sama.

Kerinduan itu Allah jawab dengan firman-Nya, Surat Al-Baqarah ayat 144, pada bulan Sya’ban tahun 2 hijriyah bertepatan Februari 624 masehi. Menandai perpindahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram (Ka’bah).

قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ

Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. (QS. Al-Baqarah: 144)

Ayat-ayat Perpindahan Kiblat

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang mengimami shalat Zhuhur di Masjid Bani Salamah. Dua rakaat pertama, beliau masih menghadap ke arah Baitul Maqdis. Dua rakaat berikutnya beliau menghadap ke arah Ka’bah karena turun firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ

Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. (QS. Al-Baqarah: 144)

Begitu menerima wahyu ini, Rasulullah langsung berpindah 180 derajat. Para sahabat mengikuti beliau, melanjutkan shalat Zhuhur menghadap Masjidil Haram. Sejak saat itu, kiblat umat Islam berpindah dari Baitul Maqdis, Palestina menuju Masjidil Haram di Mekkah. Dan sejak saat itu, Masjid Bani Salamah dikenal sebagai Masjid Qiblatain (dua kiblat).

Setelah perpindahan kiblat ini, orang-orang Yahudi, orang-orang munafik, dan orang-orang musyrik mengejek kaum muslimin. Orang Yahudi mengatakan, “Katanya Muhammad itu Nabi yang mengikuti Nabi Ibrahim, kenapa sekarang kiblatnya menyelisihi kiblat Nabi Ibrahim?” Padahal, kiblat Nabi Ibrahim adalah Ka’bah.

Bahkan, Tafsir Jalalain menambahkan, mereka itu sebenarnya mengetahui bahwa pemindahan kiblat ke arah Ka’bah benar dari Tuhan mereka karena di dalam kitab-kitab suci mereka dinyatakan bahwa di antara ciri-ciri Nabi terakhir adalah terjadinya pemindahan kiblat di masanya.

Orang-orang munafik mengejek, “Kalau kiblat yang dulu benar, berarti kiblat yang sekarang salah. Kalau kiblat yang sekarang benar, berarti kiblat yang dulu salah. Akan tetapi, mengapa Muhammad tidak menjelaskannya kepada kita?”

Sedangkan orang-orang musyrik menuduh Islam tidak konsisten. “Dulu waktu di Mekkah, shalatnya menghadap Ka’bah. Di Madinah ada orang Yahudi, shalatnya menghadap kiblat Yahudi di Baitul Maqdis. Sekarang kembali lagi ke Mekkah. Jangan-jangan nanti kiblatnya berubah lagi ke mana?”

KH Moenawar Chalil menjelaskan dalam Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam, menghadapi ejekan-ejekan tersebut, Allah menurunkan Surat Al-Baqarah ayat 142-143.

سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلَّاهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا قُلْ لِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ . وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا إِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ

Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata: “Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?” Katakanlah: “Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus”. Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. (QS. Al-Baqarah: 142-143)

Allah juga menurunkan Surat Al Baqarah ayat 148 yang menjelaskan bahwa tiap umat memiliki kiblat dan memerintahkan umat Islam untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat).

وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah: 148)

Hikmah Perubahan Arah Kiblat

Apa alasan perpindahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah? Demikian salah satu pertanyaan yang muncul dari peristiwa ini. Kita bisa mendapati jawabannya dari beberapa kitab Sirah Nabawiyah. Bahwa perubahan arah kiblat ini memiliki banyak hikmah.

Pertama, Allah menentukan kiblat umat Islam sesuai dengan permintaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang lebih suka Ka’bah karena merupakan kiblat Nabi Ibrahim dan menyelisihi orang-orang Yahudi.

Kedua, menjadi identitas baru bagi kaum muslimin yang berbeda dari ahlul kitab baik Nasrani maupun Yahudi.

Ketiga, menunjukkan sikap orang-orang beriman yang selalu sami’na wa atha’na.

Keempat, menunjukkan jati diri orang-orang munafik dan orang-orang Yahudi serta membersihkan kaum muslimin dari mereka.

Kelima, membuat orang-orang mukmin bersemangat untuk membebaskan Mekkah karena kiblat mereka ada di Mekkah.

Keenam, menjadi isyarat bahwa kepemimpinan umat sedang dialihkan dari ahlul kitab kepada kaum muslimin. Demikian pula mercusuar peradaban dari ahlul kitab (Romawi) kepada kaum muslimin.

Demikian sejarah perpindahan kiblat, ayat-ayat tentangnya, dan hikmahnya. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]