Jangan pernah menutup diri dengan kekurangan yang ada. Jika Islam sempurna, selamat, dan menyelamatkan, namun tidak demikian adanya dengan para pemeluknya. Meski tidak boleh dibesar-besarkan, sebab menutup aib saudara merupakan kemuliaan, ada oknum-oknum yang memang secara sengaja melakukan perbuatan buruk atas nama kemuslimannya.
Di antaranya, ialah para pemuka agama Islam itu sendiri. Mereka ini, sebagaimana disindir oleh Buya Yahya dalam kajian saban Selasa pekan kedua tiap bulan di Masjid Raya al-A’zham adalah ustadz-ustadz yang sibuk bertikai.
Mereka, lanjut laki-laki kharismatik yang kerap disapa Buya, adalah para ustadz yang memperebutkan masjid, memperebutkan jamaah, memperebutkan donatur.
Miris. Tapi, ini fakta. Kita akui sebagai sebuah kekurangan yang ada di dalam diri kaum Muslimin, lalu bergegas untuk memperbaiki, dimulai dari diri sendiri.
Para ustadz yang bertikai ini, bisa jadi lantaran sedikitnya ilmu dan kurang baiknya kualitas ibadah mereka kepada Allah Ta’ala. Di sisi lain, mereka juga amat lemah dalam meneladani Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Perbuatan mereka amatlah jauh dari nilai-nilai kebaikan yang diajarkan oleh Sang Nabi teladan.
Mereka yang memperebutkan masjid, mungkin karena terbatasnya ilmu. Padahal, tiada persoalan yang tidak bisa diselesaikan. Mereka merasa paling benar, ibadah ritualnya paling shahih, dan menganggap ustadz lain di masjid itu sebagai pelaku kesalahan.
Mereka merasa melakukan misi yang mulia, lalu berniat menyingkirkan ustadz lain dengan cara-cara yang tidak diajarkan oleh Islam.
Pun dengan memperebutkan jamaah. Mulanya lantaran minimnya ilmu. Ia tak bisa menggamit hati jamaah, akhlaknya jauh dari makna pesona. Padahal, akhlak yang baik merupakan magnet. Jika seorang ustadz memiliki perangai yang baik, ia akan dikerumuni, diikuti, dan diteladani sebelum dirinya mulai berkalam, sebelum dia mulai mengajak.
Begitu juga dengan donatur. Selain karena baiknya program dan pelaporan yang transparan, urusan donatur ada pada ilmu komunikasi, tentang mengajak orang lain untuk menjadi bagian dalam amal shalih, menjadi bagian dalam dakwah.
Akhirnya, kita tak boleh menjadikan kasus ini sebagai alasan untuk menarik diri dari kancah dakwah. Justru karena masih ada segudang masalah itu, kita harus bersinergi dan menjadi penyelesai masalah, bukan memperparahnya.
Wallahu a’lam. [Pirman/Bersamadakwah]