Lanjutan dari Ruqayyah, Perempuan Penyabar Putri Rasulullah (Bagian 2)
Ketika Ruqayyah tiba di Makkah, ia dikejutkan oleh sebuah berita yang menyedihkan, yaitu bahwa ibunya, dan ibu kita semua, Khadijah telah wafat dan berpulang ke sisi Tuhannya.
Tidak ada yang dapat dilakukannya kecuali bersabar dengan kesabaran yang baik.
Namun ia tidak menetap lama di Makkah, karena ia kembali berhijrah menuju Madinah bersama rombongan kaum muhajirin lainnya.
Di Madinah, Ruqayyah hidup bahagia berdampingan dengan orang-orang Anshar, yang disifati Allah sebagai kaum yang dermawan.
Allah juga memuji mereka atas sikap itsar mereka yang mendahulukan orang lain. Merekalah orang-orang yang dipuji Allah Ta’ala di dalam firman-Nya,
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshar) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin).
Dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan.
Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9).
Di Madinah Al-Munawwarah, ada ujian lain yang telah menanti Ruqayyah, yakni kehilangan putranya. Putranya yang masih kecil yakni Abdullah, meninggal dunia saat masih berusia enam tahun.
Adapun sebab kematiannya, diceritakan bahwa seekor ayam mematuk wajahnya sehingga wajahnya menjadi bengkak, dan kemudian ia sakit dan meninggal dunia.
Kepergian Abdullah ditangisi oleh ibunya, Ruqayyah, juga ditangisi oleh ayahnya, Utsman, dan kakeknya, Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam pun kehilangan dirinya.
Tidak ada yang dapat dilakukan oleh Ruqayyah kecuali bersabar dan menerimanya dengan baik.
Akan tetapi, banyaknya cobaan dan kesedihan yang menimpanya, juga berbagai kesulitan dan rasa sakit, semua itu berpengaruh pada penyakit yang datang dan melemahkannya.
Ruqayyah diserang oleh penyakit campak. Ia hanya bisa berbaring di tempat tidur dengan ditemani oleh suaminya yang setia mengurus dan merawatnya.
[Abu Syafiq/BersamaDakwah]
Berlanjut ke Ruqayyah, Perempuan Penyabar Putri Rasulullah (Bagian 4)