Lanjutan dari Ruqayyah, Perempuan Penyabar Putri Rasulullah (Bagian 3)
Pada tahun kedua hijrah, kaum muslimin keluar untuk berperang menghadapi orang-orang musyrik Makkah dalam perang Badar, setelah sebelumnya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menyeru mereka untuk berangkat.
Utsman pun berniat untuk menerima seruan jihad itu, dan segera melaksanakan perintah pemimpinnya.
Akan tetapi, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkannya untuk tetap tinggal di sisi istrinya yang saat itu sedang menghadapi detik-detik terakhirnya.
Utsman Radhiyallahu Anhu pun menerima perintah ini dengan penuh keridhaan.
Kemudian, setelah berjuang menghadapi penyakit ini, akhirnya Ruqayyah Radhiyallahu Anha kembali ke haribaan Allah Yang Maha Tinggi.
Ruqayyah adalah putri pertama yang menyusul ibunya Ummul Mukminin Khadijah.
Di antara hal-hal yang unik di dalam hidupnya adalah bahwa ketika ibunya, Khadijah meninggal dunia, Ruqayyah tidak bisa menemaninya karena ia tengah berada di Habasyah.
Ketika Ruqayyah wafat di Madinah, dia pun tak bisa bertemu ayahnya, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, karena saat itu ayahnya tengah berada di Badar bersama para shahabatnya demi menegakkan kalimat Allah.
Sehingga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga tidak menghadiri pemakamannya.
Ruqayyah dimakamkan di Baqi’ dan air mata kaum muslimin pun tumpah ruah atas kepergiannya.
Begitu tanah kuburannya telah kembali diratakan, tiba-tiba Yazid bin Haritsah kembali dari Badar untuk memberi berita gembira kepada penduduk Madinah mengenai kemenangan besar kaum muslimin di Badar.
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pun kembali dari Badar dan mendengar berita kepergian putrinya, dan beliau segera mendatangi makamnya untuk mendoakannya.
Seluruh Madinah ikut mengantarkan kepergian Ruqayyah binti Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Semoga Allah Ta’ala merahmati Ruqayyah, dia adalah sebaik-baik putri bagi ayahnya, dan sebaik-baik istri bagi suaminya.
Selama hidupnya, Ruqayyah sering ditimpa musibah yang menguatkan keimanannya kepada Allah Ta’ala. Setiap kali ditimpa musibah, dia selalu bersabar dengan kesabaran yang baik.
Semoga Allah meridhainya dan menjadikannya ridha. Amin
Disarikan dari Uzhama’ min Ahlil Bait karya Sayyid Hasan Al-Husaini.
[Abu Syafiq/BersamaDakwah]