Beranda Kisah-Sejarah Kisah Sahabat Sang Penyeru Talbiyah

Sang Penyeru Talbiyah

Masjidil Haram Mekah (republika)

Thumamah bin Uthal suatu kali pernah diingatkan oleh pamannya agar menghentikan niat membunuh Nabi Muhammad SAW. Namun ia kukuh. Penguasa semenanjung Arab itu melancarkan niatnya dengan terlebih dahulu membunuh para sahabat. Usai peristiwa tersebut, Thumamah pun dipersilakan Nabi untuk membunuh Rasulullah. Namun entah kenapa ia enggan melakukannya.

Rasulullah memang sedang gencar mendakwahkan Islam ke berbagai wilayah di tanah Arab. Diminta meninggalkan tradisi menyembah berhala dan menjadi muslim yang mengakui keesaan Allah SWT. Ajakan itu mendapatkan banyak pertentangan. Cacian bahkan penghinaan yang tidak beradab sering ia dapatkan.

Sebelum Alquran dibukukan, Thumamah memiliki kekuasaan terbesar di Arab. Keturunan Bani Hanifah yang berkuasa di Yamamah. Masyarakat di sana ketika itu sangat menghormatinya. Ia mampu memengaruhi orang banyak untuk kepentingan politiknya.

Tak lama usai membunuh sahabat Rasulullah, Thumamah pergi ke Makkah untuk mengelilingi Ka’bah. Thawaf? Bukan. Ia menyembah berhala. Saat perjalanan sekitar Madinah, ia ditangkap oleh kelompok Muslim yang sedang patroli. Lalu ia dibawa ke salah satu tiang masjid Nabawi. Diikat. Ia berontak. Tapi tidak mampu melepaskan diri.

Pasukan muslim muslim menangkapnya karena dicurigai akan melakukan tindakan kriminal. Mereka menunggu keputusan. Rasulullah yang menentukan hukuman apa yang dijatuhkan. Akan tetapi, sebelum menjatuhkan hukuman, Nabi terlebih dahulu mengenali sosok yang ditangkap itu. Rasulullah mengetahui ternyata sosok itu Thumamah, orang yang selama ini memusuhi Islam.

Rasul kemudian meminta istrinya menyiapkan makanan dan menyiapkan susu unta. Tanpa sungkan, Rasulullah memberikan langsung hidangan itu kepada Thumamah. Thumamah sendiri masih sama, ia tidak sudi memeluk Islam.

Thumamah makin menjadi. Ia mengancam jika tidak dibebaskan, ia akan menyerang umat Islam. Ia juga menawarkan imbalan tertentu kepada pasukan Islam. Tak ada yang menggubris. Rasulullah tetap menahannya. Meski ditahan, Thumamah tetap diberi makan oleh Rasulullah. Setelah dua hari, Thumamah dibebaskan.

Dengan berkuda, ia meninggalkan masjid Nabawi. Ia kemudian beristirahat di sebuah kebun kelapa di pinggiran Madinah, dekat al-Baqi. Ia membersihkan diri dan kembali ke masjid Nabawi.

Ia pun menemui umat Islam yang sedang berkumpul dan mengucapkan dua kalimat syahadat. Kepada Rasulullah ia menjelaskan, dulu ia membenci sang Nabi. Tetapi kini Nabi adalah orang yang paling disayangi. Rasulullah dianggap pemimpin yang mengayomi masyarakat dan tidak sungkan berbuat baik. Thumamah benar-benar bertaubat. Ia mengakui segala kesalahannya dan berjanji akan membela agama Allah hingga nyawa memisahkan.

Usai bersyahadat, ia menjalani ibadah umrah. Dengan suara nyaring, ia melantunkan kalimat talbiyah. “Labbaik Allahumma Labbaik. Labbaik laa syariika laka baik. Innal hamda wa ni’mata laka wal mulk laa syariikalak.”

Thumamah adalah Muslim pertama di muka bumi yang memasuki Makkah dengan melantunkan talbiyah. Kala warga Quraisy mendengar suaranya, mereka marah dan menarik pedang untuk menghadangnya.

Mereka menuju arah datangnya lantunan talbiyah dan akan menghukumnya. Thumamah makin meninggikan suaranya dengan bangga. Pemuda Quraisy semakin marah dan memerintahkan untuk menembakkan anak panah kepadanya. Namun dicegah oleh orang Quraisy lain karena telah mengenal dia sebagai penguasa Yamamah.

Jika pemuda tadi mencelakakannya, suku Yamamah akan memboikot pengiriman makanan. Ia menanyakan apa yang terjadi dengan Thumamah.

“Ada apa denganmu, Thumamah? Apakah kamu menyerah dan meninggalkan agamamu dan agama nenek moyangmu?” tanya kelompok Quraisy.

“Saya belum menyerah. Tapi saya telah mengambil keputusan untuk mengikuti agama terbaik. Saya mengikuti Muhammad,” jawabnya.

Pasukan Quraisy tetap tidak menerima jawaban itu. Thumamah marah dan berjanji tak akan mengirimkan lagi persediaan pangan. Pemboikotan dilakukan secara bertahap hingga harga pangan mengalami kenaikan.

Kelaparan mulai melanda, kaum Quraisy takut akan kematian. Lalu mereka meminta Rasul menepati perjanjian Hudaibiyah. Nabi pun mengirim pesan agar boikot pangan disetop. Thumamah pun mematuhinya. Selama sisa hidup, Thumamah mengabdikan diri untuk agama Islam. [@paramuda /BersamaDakwah]