Sebagian orang menganggap bahwa pada saat ini Dajjal sedang diikat dengan rantai yang besar di sebuah pulau yang berada di Segitiga Bermuda.
Padahal, seperti disebutkan dalam hadits Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, Dajjal akan muncul di daerah Khurasan yang sekarang bagian dari negara Iran, bukan di Segitiga Bermuda.
Alasan sebagian kalangan yang mengatakan bahwa Dajjal ada di Segitiga Bermuda adalah karena banyak kapal laut dan pesawat terbang yang raib ketika melewati daerah ini.
Sejatinya, pembahasan tentang segitiga Bermuda sama dengan pembahasan terhadap cerita-cerita mitos dan fiktif.
Secara geografis, Segitiga Bermuda terletak di sebelah barat samudra atlantik dan tenggara Florida, Amerika Serikat.
Tepatnya, sebagian besar wilayah ini membentuk segitiga yang terdiri dari Teluk Meksiko di sebelah barat, kepulauan Leeward di sebelah selatan, pulau Bermuda, dan daerah yang berada dari Teluk Meksiko sampai kepulauan Bahama.
Segitiga Bermuda ini terdiri dari 300 pulau kecil yang dihuni 65.000 jiwa.
Titik raibnya benda yang melewati Segitiga Bermuda
Di barat laut samudra atlantik, ada daerah tertentu yaitu laut Sargasso, yang airnya dipenuhi oleh rumput laut bernama Sargassum.
Rumput itu banyak mengapung dalam bentuk kelompok-kelompok yang bisa menghalangi laju perahu dan kapal laut.
Sargasso juga terkenal dengan laut yang sangat hening. Di sana jarang sekali terjadi hembusan udara dan angin. Para pelaut menjulukinya dengan banyak nama, antara lain laut seram dan kuburan Atlantik.
Ekspedisi laut modern mengisyaratkan adanya sejumlah besar dari kapal laut, perahu, dan kapal selam yang teronggok di dasar laut ini, yang berasal dari berbagai masa.
Permulaan raibnya kapal di Segitiga Bermuda
Pada tahun 1850, lebih dari 50 kapal hilang di wilayah ini atau wilayah sekitarnya. Sebagian nakhoda berhasil mengirimkan telegram pada saat-saat genting, akan tetapi isi telegram tersebut tidak jelas sehingga tidak seorang pun yang dapat memahaminya.
Kebanyakan kapal yang hilang adalah milik pemerintahan Amerika Serikat.
Yang pertama kali adalah kapal Enserjen, yang membawa 340 penumpang. Disusul hilangnya kapal selam Scorpion pada tahun 1968 yang mengangkut 99 orang pelaut.
Demikian dikutip dari kitab Nihayah Al-Alam karya Syaikh Dr. Muhammad Al-Arifi.
[Abu Syafiq/BersamaDakwah]