Beranda Dasar Islam Al Quran Sejarah Mushaf Rasm Utsmani

Sejarah Mushaf Rasm Utsmani

uniqpost

Pada masa Utsman ekspansi umat Islam sudah mencapai Asia Timur. Sudah menjadi kebiasaan para teman saat tibanya shalat, satu di antara mereka menjadi imam. Suatu hal yang mengejutkan saat itu adalah terjadinya banyak perbedaan qiraat antar mereka. Sehingga dikhawatirkan oleh Khuzaifah bin Yaman perselisihan itu akan mengarah ke perpecahan, sebagaimana telah terjadi pada umat-umat lain seperti Yahudi dan Nasrani. Maka beliau melaporkannya kepada khalifah Amir al mukminin, Utsman bin Affan ra.. Dari sini tergeraklah sang khalifah untuk mempersatukan umat Islam dalam satu mushaf, yang dinamai kemudian dengan nama Mushaf Rasm Utsmani. Kemudian dia mengupulkan para hufaz dan qurra ‘ yang terkenal dalam sebuah tim yang dikoordinasi oleh Zaid bin Tsabit dan dibantu oleh tiga Sahabat; Abdullah bin Zubair, Said bin Ash dan Abdurrahman bin Haris. Mereka semua diminta untuk menyertakan tulisan disamping hapalan yang dhobith dan tsiqot. Dan jika terjadi perselisihan antar mereka dalam bacaan atau qiraat, maka dikembalikan ke Bahasa Arab Quraisy karena al-Qur’an diturunkan dengan bahasa mereka, kata Zaid bin tsabit.” .

Kemudian setelah selesai, Utsman mengirim mushaf tersebut kebeberapa daerah disertai seorang qari’ sesuai dengan lahjat dan logat daerah tersebut agar tidak terjadi kesulitan bagi penduduk setempat untuk belajar dari lidahnya. Seperti; Zaid bin Tsabit beserta mushafnya ke Madinah, Abdullah bin Said Al-makhzumi ke Makkah, Mughirah bin Shihab ke Negri Syam, Abdurrahman bin Salami ke Kuffah dan Amir bin Abdi Qais ke Basrah.16

Kemudian dari mereka lah banyak terlahir generasi-generasi baru ahli qiraat tsiqat dan dhobith dan tinggi kualitas ketaqwaannya kepada Allah Swt. Dan mereka pun akhirnya di percaya oleh ummat untuk mengajari generasi selanjutnya sampai periode tabiin dan tabi’ tabiin.

Pada masa Utman ini terjadi pembakaran mushab-mushab yang tidak sesuai dengan Mushaf Rasm Utsmani, seperti mushaf Ibn Mas’ud, Mushaf Ubai bin Ka’af dan lain-lain. Demikianlah Mushaf rasm Utsmani akhirnya menjadi sebuah standar keotentikan Alquran dan diterimanya suatu qiraat, saat itu tahun 30 H.

Tapi perlu diketahui juga bahwa dengan munculnya mushaf Utsmani ini menyebabkan banyak qiraat-qiraat yang terhapus dan tak terlegitimasi sebagai bagian dari ahruf sab’ah padahal sebelumnya tergolang sebagai Alquran. Seperti kata ibn Zajiri, ”Sahabat telah berijma’ atas apa yang terkandung dalam Mushaf Utsman dan meninggalkan tambahan, kekurangan dan pergantian kata, yang dipolehkan pada mulanya untuk mempermudah–belum dipermasahkan kemutawatiran–tetap merupakan Alquran.

Jadi dapat di katakan mushaf Utsman merupakan perekat kerangka lafal-lafal wahyu yang di ucapkan Rasul dalam bentuk tulisan yang terjaga di atas kertas, terkumpul dalam satu kitab dan dapat dijamin keotentikannya dari rasul. Sehingga wajar dan layak untuk dijadikan standar pegangan ummat islam termasuk dalam qiraat.

Seiain itu juga pengumpulan Alquran dalam satu mushaf usman adalah pemikiran jenius untuk mendekatkan qiraat dan didekatkan lagi dengan Alquran dan mempersempit ruangan penggunaan rukhsah atau taisir dalam hadist ahruf al-Sab ’ah. Dimana dengannya alquran dengan rasm Utsmani dapat dibaca dengan berbagai model bacaan, karena tidak berbaris (isykal) dan tidak bertitik (l” jam). Walaupun menurut sebagian ulama bahwa masyarakat arab saat itu sudah terbiasa dalam tulisan-tulisan mereka memakai titik. Hal ini mengindikasikan bahwa penulisan tidak berbaris adalah disengaja agar bisa dibaca tidak hanya dengan satu model qiraat, dengan tujuan rukshah.

Dengan syarat harus sesuai dengan kaedah Bahasa Arab dan rasm Utsmani. Sehingga mereka tiap daerah dapat membaca bebasselama masih dalam frame rasm Utsmani. [BersamaDakwah]