Lanjutan dari Suami Kasar? Inilah Trik Menghadapinya
Sebenarnya kita bisa menambahkan beberapa hal penting lainnya di samping yang telah kita sampaikan tadi, yaitu sebagai berikut:
a. Kerelaan dari dalam hati untuk mengubah gaya hidup dan mencari solusi yang tepat agar tumbuh kesadaran akan tanggung jawab.
Ada beberapa solusi untuk menghalau banjir kesedihan, seperti menerima apa yang ada (qana’ah) dan percaya diri dalam menghadapi kerakusan dan egois dalam hal materialistik.
b. Kamu harus ekonomis dan pandai mengatur keuangan sebagai upaya menghadapi budaya konsumtif yang sedang digandrungi oleh banyak keluarga.
c. Menentukan tugas, tanggung jawab dan cepat bekerja sesuai dengan kemampuan individu keluarga. Kakak membantu adik dalam belajar sebagai ganti privat atau menanti ayah yang akan pulang kerja.
d. Memersenjatai diri dengan keimanan dan amanah dalam berinteraksi dengan diri sendiri.
Hal ini dibutuhkan agar mengetahui titik-titik lemah dan secepatnya menutupinya. Contohnya, seorang istri yang sibuk kerja siang dan malam, tidak pernah puas untuk menancapkan eksistensinya dan cenderung melupakan kewajiban rumah tangganya adalah sosok wanita yang mengambil sesuatu yang buruk dengan suatu yang mahal.
Seorang suami yang hanya sibuk mencari duit, ketenaran dan prestasi dan hampir tidak ada waktu untuk anak-anaknya adalah suami yang tidak bertanggung jawab, baik kepada dirinya sendiri dan keluarganya.
e. Memangkas waktu yang terbuang percuma dengan cara memahami mahalnya harga waktu dan menjadikan akal pikiran sebagai pemandu.
f. Carilah titik-titik kekuatan suamimu dan pujilah dia, juga titik kebaikannya dan doronglah untuk selalu menambahkannya. Sebab, satu kesuksesan akan melahirkan kesuksesan lainnya, dan kritik pedas akan menimbulkan kegagalan yang tak terperihkan.
Wahai para istri yang mulia.
Jadilah sebagai penolong suamimu dalam menghadapi kerasnya kehidupan dunia dengan selalu memohon pertolongan dari Allah Ta’ala.
Janganlah kamu menjadi mata-mata suamimu. Jangan jadi penolong setan dan jangan menjadi sumber dalam bertambahnya kesedihan dan hilangnya usia dengan sia-sia.
Seorang suami yang merasakan lapar yang menyiksa dirinya tidak hanya merindukan sepotong roti, tetapi juga merindukan segudang cinta.
Ia merasa kedinginan bukan karena tidak punya baju, tetapi lebih karena kurang dihormati dan dihargai. Ia merasa tidak punya rumah meski ia menempati rumah megah nan luas, karena banyak ditolak, kecewa dan tidak mendapat perhatian.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para suami-istri yang merindukan rumah tangga yang ideal. Amiin.
[Abu Syafiq/BersamaDakwah]