Surat Al Alaq ayat 1-5 adalah ayat tentang perintah membaca. Membaca apa dan bagaimana? Berikut ini arti, tafsir, dan kandungan maknanya.
Surat Al Alaq (العلق) merupakan surat makkiyah. Bahkan, ayat 1-5 dari surat ini merupakan ayat pertama yang Allah turunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, menandai pengangkatan beliau sebagai nabi.
Daftar Isi
Surat Al Alaq 1-5 dan Artinya
Berikut ini Surat Al Alaq ayat 1-5 dalam tulisan Arab, tulisan latin, dan artinya dalam bahasa Indonesia:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ . خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ . اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ . الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ . عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
(Iqro’ bismi robbikal ladzii kholaq. Kholaqol insaana min ‘alaq. Iqro’ warobbukal akrom. Alladzii ‘alama bil qolam. ‘allamal insaana maa lam ya’lam)
Artinya:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Baca juga: Ayat Kursi
Asbabun Nuzul
Ketika mendekati usia 40 tahun, Rasulullah sering melakukan uzlah, khalwat, atau tahannuts di Gua Hira. Dalam setahun, beliau biasa ber-tahannuts satu bulan, merenungkan kondisi Mekkah yang penuh kemusyrikan dan kejahiliyahan.
Enam bulan menjelang tahannuts ketiga, beliau selalu bermimpi dengan mimpi yang benar (ru’ya shadiqah). Serupa fajar Subuh yang menyingsing. Di tahun itu pula, ketika usia Rasulullah sudah memasuki 40 tahun, tampak tanda-tanda kenabian lainnya seperti sebuah batu di Mekkah yang mengucap salam kepada beliau.
Pada bulan Ramadhan saat beliau ber-tahannuts untuk ketiga kalinya, datanglah Malaikat Jibril seraya mengatakan, “Iqra’ (إقرأ). Bacalah!” Rasulullah menjawab, “Ma ana biqari’ (ما أنا بقارئ). Aku bukanlah orang yang pandai membaca.” Lalu Jibril mendekap Rasulullah hingga beliau kehabisan tenaga.
Malaikat Jibril mengulanginya hingga tiga kali dan Rasulullah juga mengulangi jawaban yang sama. Lalu Jibril pun menyampaikan wahyu pertama: Surat Al Alaq ayat 1-5. Asbabun nuzul Surat Al Alaq ayat 1-5 ini bisa kita dapati dalam Tafsir Ibnu Katsir dan beberapa tafsir lainnya.
Baca juga: Asbabun Nuzul Surat Ali Imran Ayat 190-191
Tafsir Surat Al Alaq Ayat 1-5
Tafsir Surat Al Alaq Ayat 1-5 ini kami sarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar, Tafsir Al Munir, dan Tafsir Al Misbah. Harapannya, agar kaya dengan khazanah keilmuan tetapi tetap ringkas.
Kami memaparkannya per ayat. Setelah ayatnya kemudian baru tafsirnya yang merupakan intisari dari tafsir-tafsir di atas.
Tafsir Al Alaq Ayat 1
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
Kata iqra’ (إقرأ) adalah bentuk fi’il amr dari qara’a (قرأ) sehingga artinya menjadi bacalah!. Namun, iqra’ bukanlah semata-mata membaca teks. Ketika Malaikat Jibril datang dan mengatakan iqra’, ia juga tidak membawa teks tertulis. Dan seperti asbabun nuzul di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak bisa membaca teks sehingga menjawab maa ana biqari’.
Ayat ini juga tidak menyebutkan obyeknya. Sehingga, perintah membaca ini berlaku umum. Baik membaca teks maupun membaca konteks. Baik membaca ayat-ayat yang tersurat (ayat qauliyah) maupun ayat-ayat yeng tersirat (ayat kauniyah).
Meskipun Rasulullah adalah seorang yang ummy (tidak pandai baca tulis), beliau sangat cerdas dalam membaca konteks, kondisi masyarakat, situasi zaman, karakter manusia, hingga strategi perang.
Huruf ba’ (ب) pada frase bismi Rabbika (باسم ربك) berfungsi sebagai mulabasah atau penyertaan. Sehingga maknanya, bacalah dengan nama Tuhanmu. Namun, mulabasah di sini bukan hanya penyertaan secara harfiah tetapi juga penyertaan sebagai tujuan. Jadi, bukan hanya ketika kita membaca menyebut nama Rabb, tetapi kita membaca demi Rabb. Semata-mata karena Rabb.
Khalaq (خلق) artinya adalah menciptakan. Maka, sejak awal wahyu pertama, Allah mengajarkan bahwa Dialah yang menciptakan alam semesta dengan segala isinya dan Dialah yang harus menjadi tujuan seluruh aktivitas termasuk membaca. Ini bertolak belakang dengan tradisi masyarakat jahiliyah yang mereka meyakini bahwa Allah adalah Pencipta tetapi mereka tidak beribadah kepada-Nya semata.
Tafsir Al Alaq Ayat 2
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Lima ayat wahyu pertama yang turun kepada Rasulullah ini sama sekali tidak menyebut Allah. Namun, menyebut Rabb. Ayat pertama menggunakan istilah Rabbuk (Tuhanmu, Tuhannya Muhammad). Sebab, meskipun musyrikin Mekkah juga meyakini Allah sebagai Rabb, tetapi keyakinan mereka sangat berbeda. Mereka menyekutukan Allah dengan berhala-berhala yang mereka yakini sebagai anak-anak Allah; Lata, Uzza, Manat.
Ayat kedua hingga kelima memperkenalkan siapakah Tuhan yang sesungguhnya. Yakni Dia yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Kata ‘alaq (علق) artinya adalah segumpal darah. Yakni tahap kedua setelah nutfah (sperma yang bercampur dengan ovum).
Ayat ini mengingatkan bahwa al-insan (الإنسان) atau manusia merupakan ciptaan-Nya. Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan, Allah yang Maha Kuasa menjadikan manusia dari segumpal darah juga sangat kuasa menjadikan manusia pandai membaca. Apalagi Rasulullah adalah insan kamil (manusia sempurna). Meskipun beliau ummy, beliau mampu mengubah masyarakat yang ummy ini menjadi pandai membaca. Bukan hanya membaca teks tetapi juga membaca tanda-tanda kebesaran Allah sehingga mereka kelak berubah dari masyarakat jahiliyah menjadi peradaban gemilang.
Tafsir Al Alaq Ayat 3
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
Allah kembali mengulang perintah membaca. Bedanya, pada ayat pertama perintah membaca dengan meluruskan tujuannya, pada ayat ketiga ini perintah membaca dengan menyampaikan manfaatnya. Bahwa dengan membaca, mereka akan mendapatkan kemuliaan dari Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Mulia.
Kata al-akram (الأكرم) terambil dari kata karama (كرم) yang artinya mulia, suka memberi, terhormat. Dengan demikian, al-akram sama dengan Al-Karim (الكريم). Yakni asmaul husna ke-42 yang artinya Maha Pemurah atau Maha Mulia.
“Di sini kita bisa melihat perbedaan antara perintah membaca pada ayat pertama dan perintah membaca pada ayat ketiga,” tulis Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah. “Yakni yang pertama menjelaskan syarat yang harus dipenuhi seseorang ketika membaca (dalam segala pengertian), yaitu membaca demi karena Allah. Sedang perintah yang kedua menggambarkan manfaat yang akan kita peroleh dari bacaan bahkan pengulangan bacaan tersebut.”
Tafsir Al Alaq Ayat 4
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
Al-Qalam (القلم) terambil dari kata qalama (قلم) yang berarti memotong ujung sesuatu. Alat untuk menulis namanya qalam (pena) karena pada mulanya benda tersebut dibuat dari suatu bahan yang dipotong dan diperuncing ujungnya. Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir menjelaskan, orang yang pertama menulis dengan pena adalah Nabi Idris ‘alaihis salam.
Ayat ini menunjukkan bahwa secara umum, Allah mengajarkan kepada manusia ilmu-Nya melalui perantaraan pena (tulisan). Karenanya, membaca menjadi sangat penting karena dengan membaca kita bisa mempelajari pengetahuan dari manusia sebelumnya, termasuk dari para ulama.
Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Qur’an menjelaskan, al-qalam (pena dan segala sesuatu yang semakna dengannya) merupakan alat pengajaran yang paling luas dan paling dalam bekasnya dalam kehidupan manusia. Pada waktu wahyu pertama ini turun, hakikat tersebut belum tampak jelas seperti saat ini. Sebab waktu itu belum banyak orang yang bisa membaca dan belum banyak bacaan yang tersedia.
Allah mengajarkan kepada manusia melalui dua cara. Pertama, melalui usaha manusia membaca apa yang telah tertulis dengan pena atau bentuk usaha lain dalam belajar. Kedua, melalui pengajaran langsung tanpa usaha manusia. Cara kedua ini istilahnya dalah ilmu laduni (علم لدنّي). Rasulullah mendapatkan pengajaran dari Allah melalui cara kedua ini, karenanya tidak penting bagi beliau untuk bisa membaca atau menulis.
Tafsir Al Alaq Ayat 5
عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Melalui membaca tulisan yang tertulis dengan pena, manusia bisa mengetahui apa yang sebelumnya tidak ia ketahui. Demikianlah salah satu cara Allah mengajar manusia apa yang tidak manusia ketahui. Selain ilmu laduni yang langsung Dia berikan kepada para Nabi dan Rasul.
Wahyu yang Rasulullah terima dari Allah, beliau sampaikan kepada para sahabat dan mereka juga menuliskannya dalam lembaran-lemabar. Di masa Khalifah Abu Bakar, kodifikasi Al-Qur’an dilakukan. Di masa Khalifah Utsman, jadilah mushaf yang kemudian bisa kita baca hingga sekarang.
Rasulullah juga menyampaikan ilmu Allah melalui hadits-haditsnya. Di kemudian hari, hadits yang banyak dihafal itukemudian ditulis oleh para ulama. Demikian pula ilmu dari para sahabat dan tabiin serta para ulama. Selain terucap, kini bisa kita dapati dalam bentuk tertulis. Kita mengetahui apa yang tadinya tidak kita ketahui melalui perantaraan pena. Demikianlah Allah mengajar kepada manusia apa yang tidak manusia ketahui.
“Tidak ada kata-kata yang lebih mendalam dan alasan yang lebih sempurna daripada ayat ini dalam menyatakan pentingnya membaca dan menulis ilmu pengetahuan dalam segala cabang dan bagiannya,” kata Syekh Muhammad Abduh dalam Tafsir Al-Manar ketika menjelaskan Surat Al Alaq ayat 1-5.
Baca juga: Surat Ali Imran Ayat 190-191
Kandungan Surat Al Alaq Ayat 1-5
Berikut ini adalah isi kandungan Surat Al Alaq ayat 1-5:
- Perintah untuk membaca, baik membaca teks maupun konteks. Membaca ayat-ayat qauliyah maupun ayat-ayat kauniyah.
- Menjadikan ridha Allah sebagai tujuan dan orientasi dalam membaca dan segala aktivitas lainnya.
- Allah adalah Tuhan yang Maha Menciptakan. Dialah yang menciptakan alam semesta dan menciptakan manusia.
- Melalui rangkaian ayat ini, Allah memperkenalkan sifat-sifat-Nya yang berbeda dengan keyakinan orang-orang musyrikin Mekah.
- Allah memerintahkan untuk membaca dan menulis karena keduanya adalah sarana untuk mengetahui ilmu agama dan menyebarkannya kepada manusia. Membaca dan menulis juga merupakan asas kemajuan ilmu, pengetahuan, etika dan kebudayaan, serta kemajuan peradaban.
- Melalui membaca tulisan yang tertulis dengan pena, Allah mengajarkan kepada manusia apa yang sebelumnya manusia tidak mengetahuinya.
- Islam mengajarkan umatnya untuk suka membaca, suka menulis, dan mencintai ilmu.
Demikian Surat Al Alaq ayat 1-5 mulai dari tulisan Arab dan Latin, terjemah dalam bahasa Indonesia, asbabun nuzul, tafsir, dan isi kandungan maknanya. Semoga bermanfaat dan memotivasi kita untuk lebih mencintai ilmu dan gemar membaca. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]