Beranda Dasar Islam Al Quran Surat Al Baqarah Ayat 148: Arti, Tafsir, dan Kandungan

Surat Al Baqarah Ayat 148: Arti, Tafsir, dan Kandungan

0
surat al baqarah ayat 148

Surat Al Baqarah ayat 148 adalah ayat yang menjelaskan tentang berbuat kebajikan dan berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat). Berikut ini arti, tafsir, dan kandungan maknanya.

Surat Al Baqarah (البقرة) termasuk madaniyah. Surat terpanjang dalam Al-Qur’an ini mengatur banyak hal dalam kehidupan masyarakat. Di antaranya melalui kisah Bani Israil. Bahkan surat ini dinamakan Al Baqarah karena kisah Bani Israil yang diperintahkan menyembelih seekor sapi betina (baqarah).

Demikian pula ayat 148 ini juga tergolong madaniyah. Ia membicarakan umat secara umum, baik Bani Israil di masa lalu maupun umat Islam di masa sekarang. Bahwa seluruh umat seharusnya memiliki semangat berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan (fastabiqul khairat).

Surat Al Baqarah Ayat 148 dan Artinya

Berikut ini Surat Al Baqarah ayat 148 dalam tulisan Arab, tulisan Latin, dan artinya dalam bahasa Indonesia:

وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

(Walikulli wijhatin huwa muwalliihaa fastabiqul khoirooti aina maa takuunuu ya’ti bikumulloohu jamii’aa. Innallooha ‘alaa kulli syai’ing qodiir)

Artinya:
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Baca juga: Surat Al-Alaq Ayat 1-5

Tafsir Surat Al Baqarah Ayat 148

Tafsir Surat Al Baqarah ayat 148 ini kami sarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar, Tafsir Al Munir, dan Tafsir Al Misbah. Harapannya, agar kaya dengan khazanah keilmuan tetapi tetang ringkas.

Kami memaparkannya menjadi beberapa poin mulai dari redaksi ayat dan artinya. Kemudian tafsirnya yang merupakan intisari dari tafsir-tafsir di atas.

1. Setiap Umat Punya Kiblat

Poin pertama dari Surat Al Baqarah ayat 148, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa setiap umat memiliki kiblat sendiri.

وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا

Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya.

Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menjelaskan, kata wijhah (وجهة) artinya adalah kiblat. Sedangkan huwa muwalliihaa (هو موليها) artinya adalah dia memalingkan wajahnya dalam shalatnya.

Dalam Tafsirnya, Ibnu Katsir mengutip penjelasan Ibnu Abbas bahwa maksud walikulli wijhatun huwa muwalliihaa adalah semua pemeluk agama. “Dengan kata lain, setiap kabilah memiliki kiblatnya sendiri dan kiblat yang Allah ridhai adalah kiblat yang orang-orang mukmin menghadap kepadanya,” terang Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu.

Sedangkan Abul Aliyah mengatakan, “Orang-orang Yahudi memiliki kiblat sendiri yang mereka menghadap kepadanya. Orang-orang Nasrani juga memiliki kiblat sendiri yang mereka menghadap kepadanya. Allah memberikan petunjuk kepada kalian, hai umat Muhammad, kepada kiblat yang sesungguhnya.”

Dalam Tafsir Al-Munir, Syekh Wahbah Az-Zuhaili merinci kiblat-kiblat ini. “Setiap umat memiliki kiblat tersendiri. Ibrahim dan Ismail menghadap ke arah Ka’bah. Bani Israil menghadap ke Shakhrah Baitul Maqdis. Kaum Nasrani menghadap ke arah timur. Dan Allah memberi kaum muslimin petunjuk untuk menghadap ke Ka’bah. Jadi, kiblat berbeda-beda bagi tiap umat, dan arah kiblat tidak menjadi asas dalam agama. Tidak seperti pengesaan Allah dan iman kepada hari akhir. Semestinya tiap individu tunduk kepada perintah wahyu dan melaksanakan ketaatan.”

Menurut Ibnu Katsir, makna ayat ini serupa dengan Surat Al Maidah ayat 48:

لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا

…Untuk tiap-tiap umat di antara kalian, Kami berikan aturan dan jalan yang terang… (QS. Al Maidah: 48)

Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Qur’an menafsirkan lebih luas. “Masing-masing kelompok dan golongan mempunyai arah dan tujuan sendiri-sendiri. Dan, hendaklah kaum muslimin berlomba-lomba kepada kebaikan, jangan tersibukkan oleh mereka.”

Baca juga: Surat Al Baqarah Ayat 155-156

2. Berlomba-lomba dalam Kebaikan

Poin kedua dari Surat Al Baqarah ayat 148, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyeru kaum muslimin untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.

فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ

Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan.

Tiap umat memiliki kiblat sendiri. Mereka juga memiliki arah dan tujuan sendiri-sendiri. Maka, hendaklah kaum muslimin berlomba-lomba dalam kebaikan.

“Bersegeralah kalian mengerjakan berbagai kebaikan. Hendaklah setiap orang berkeinginan kuat untuk menjadi orang pertama atau tercepat yang melakukan kebaikan serta menjauhi kesesatan dan kejahatan,” tulis Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir. “Satu-satunya yang diperhitungkan adalah mengerjakan kebaikan. Sedangkan negeri dan arah kiblat bukanlah asas pendekatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semua negeri dan arah sama menurut Allah.”

Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan, kiblat bukanlah pokok. Bagi Allah, timur dan barat adalah sama, sebab itu kiblat berubah karena perubahan nabi. Yang pokok adalah menghadapkan hati kepada Allah.

“Jangan kamu berlarut-larut berpanjang-panjang bertengkar perkara peralihan kiblat. Kalau orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak mau mengikuti kiblatmu, biarkanlah. Sama-sama setialah pada kiblat masing-masing. Dalam agama tidak ada paksaan. Cuma berlombalah berbuat serba kebajikan, sama-sama beramal dan membuat jasa dalam kehidupan ini,” tulis Buya Hamka.

Baca juga: Ayat Kursi

3. Allah akan Mengumpulkan Semua Umat setelah Kiamat

Poin ketiga dari Surat Al Baqarah ayat 148, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi tahukan bahwa Allah akan mengumpulkan seluruh manusia pada hari kiamat kelak.

أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا

Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat).

Tidak peduli di mana pun manusia tinggal dan arah mana kiblatnya, mereka semua akan Allah kumpulkan kelak pada yaumul mahsyar.

“Allah akan menjemput kalian di mana pun kalian menetap. Lalu Allah akan mengumpulkan kalian untuk membuat perhitungan pada yaumul hisab,” jelas Syekh Wahbah Az-Zuhaili. “Allah Maha Kuasa untuk mengumpulkan seluruh manusia pada hari pembalasan betapa pun jauhnya jarak tempat tinggal mereka.”

Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya, maksudnya adalah Allah berkuasa untuk menghimpun kalian dari muka bumi sekalipun jasad dan tubuh kalian bercerai-berai.

Baca juga: Ayat Seribu Dinar

4. Allah Maha Kuasa

Poin keempat dari Surat Al Baqarah ayat 148, Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan bahwa Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Sebagaimana Allah Kuasa menciptakan alam semesta ini lalu menciptakan manusia dan menyebarkannya ke berbagai penjuru bumi, mudah saja bagi Allah untuk membangkitkan kembali dan mengumpulkan manusia pada hari pembalasan.

Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kekuasaannya tak terbatas oleh sesuatu. Dialah pemilik asmaul husna Al-Qadir, yakni Allah Maha berkuasa. Dia memiliki kekuasaan penuh, tiada yang bisa menandingi dan mengalahkan-Nya.

Baca juga: Tajwid Surat Al Baqarah Ayat 155-156

Kandungan Surat Al Baqarah ayat 148

Berikut ini adalah isi kandungan Surat Al Baqarah ayat 148:

  1. Setiap umat memiliki kilbatnya sendiri. Tidak semuanya sama.
  2. Kiblat bukanlah hal pokok karena setiap arah pada dasarnya sama di hadapan Allah. Para Nabi bisa memiliki kiblat yang berbeda, tidak seperti tauhid yang semua Nabi pasti sama.
  3. Allah memerintahkan kaum muslimin untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, berlomba-lomba bebuat kebaikan.
  4. Di mana pun manusia tinggal di bumi ini, kelak di hari kiamat Allah akan mengumpulkan mereka semua.
  5. Setiap perbuatan kita akan dimintai pertanggungjawaban, maka beruntunglah orang yang terdepan dalam berbuat kebaikan.
  6. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Demikian Surat Al Baqarah ayat 148 mulai dari tulisan Arab dan Latin, terjemah dalam bahasa Indonesia, tafsir, dan isi kandungan maknanya. Semoga bermanfaat memotivasi kita untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat). Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]