Surat At Taubah ayat 122 adalah salah satu ayat tentang menuntut ilmu. Berikut ini arti, tafsir dan kandungan Surat At Taubah ayat 122.
Sebagaimana Surat At Taubah secara keseluruhan, ayat 122 ini juga tergolong madaniyah. Yakni turun setelah Rasulullah hijrah ke Madinah. Dinamakan Surat At Taubah(التوبة) karena banyak diulang kata taubat dalam surat ini. Yakni pada ayat 3, ayat 5, ayat 11, ayat 27, ayat 74, ayat 104, ayat 112 dan 117.
Daftar Isi
Surat At Taubah Ayat 122 Beserta Artinya
Berikut ini Surat At Taubah ayat 122 dalam tulisan Arab, tulisan latin dan artinya dalam bahasa Indonesia:
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
(Wamaa kaanal mu’minuuna liyanfiruu kaaffah. Falaulaa nafaro min kulli firqotim minhum thoo,ifatul liyatafaqqohuu fid diini waliyundziruu qoumahum idzaa roja’uu ilaihim la’allahum yahdzaruun)
Artinya:
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
Baca juga: Surat At Taubah Ayat 105
Asbabun Nuzul
Ada dua pendapat mengenai asbabun nuzul Surat At Taubah ayat 120. Pertama, kata Ibnu Katsir, ayat ini turun berkenaan dengan keberangkatan semua kabilah bersama Rasulullah ke Perang Tabuk. Allah menjelaskan apa yang dikehendaki-Nya dalam ayat ini.
Kedua, sebagaimana pendapat Mujahid, asbabun nuzul ayat ini berkenaan sejumlah orang dari kalangan Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang pergi ke daerah pedalaman lalu mereka memperoleh kebajikan dari para penduduknya dan memperoleh manfaat dari kesuburan daerah itu. Mereka berdakwah kepada orang yang mereka jumpai. Namun ada yang mengatakan, “Tiada yang kami lihat melainkan kalian telah meninggalkan teman kalian (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) dan kalian datang kepada kami.”
Mendengar komentar itu, mereka merasa berdosa. Kemudian mereka semua meninggalkan pedalaman dan menghadap Rasulullah. Maka Allah menurunkan ayat ini.
Tafsir Surat At Taubah Ayat 122
Tafsir Surat At Taubah ayat 122 ini disarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar dan Tafsir Al Munir.
1. Tidak Semuanya Harus ke Medan Perang
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Secara khusus, ayat ini terkait dengan sariyah, yakni ekspedisi perang yang dikirim Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebab ketika ada perintah agar sebagian tinggal untuk memperdalam agama di masa itu, maksudnya adalah belajar kepada Rasulullah.
Ad Dlahhak menjelaskan, jika perang itu adalah ghazwah (Rasulullah ikut dalam peperangan), maka beliau tidak mengizinkan seorang pun dari kalangan kaum muslim laki-laki untuk tidak ikut berangkat, kecuali orang-orang yang berhalangan (udzur syar’i). Pada saat demikian, mereka yang berjihad itulah yang belajar agama dan akan mengajarkan kepada kaumnya karena mereka berperang bersama Rasulullah dan mendapat tarbiyah dari beliau. Ini pula pendapat yang dipilih Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an.
Namun apabila Rasulullah mengirimkan sariyah, beliau tidak membolehkan mereka langsung berangkat tanpa seizinnya. Apabila mereka sudah berangkat, lalu turun ayat-ayat Al Quran kepada Rasulullah, maka beliau membacakannya kepada sahabat-sahabat yang tinggal bersamanya. Ketika pasukan sariyah itu kembali, maka sahabat yang tinggal bersama Nabi mengajarkan ayat itu kepada mereka.
Qatadah juga mengatakan hal senada. Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengirim pasukan, Allah memerintahkan kepada kaum muslimin agar pergi berperang tetapi sebagian mereka harus tinggal bersama Rasulullah untuk memperdalam pengetahuan agama. Sedangkan sebagian yang lain menyeru kaumnya dan memperingatkan mereka dari azab Allah yang telah menimpa umat sebelumnya.
Baca juga: Surat Yunus Ayat 40-41
2. Tafaqquh fid Din
فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama
Ayat ini menunjukkan betapa pentingnya menuntut ilmu. Secara khusus adalah ilmu agama. Tafaqquh fid din. Apabila terjadi peperangan atau jihad yang statusnya fardhu kifayah, maka tidak sepatutnya semua orang pergi ke medan perang. Harus ada yang konsentrasi menuntut ilmu, tafaqquh fiddin.
Dan ayat ini mengisyaratkan, tiap golongan atau kabilah harus ada wakil (representasi) yang belajar ilmu agama sehingga penyebaran ilmu bisa merata.
Ibnu Katsir menjelaskan, mereka yang tidak berangkat berperang itu dimaksudkan agar belajar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika pasukan telah kembali, maka mereka yang belajar mengatakan: “Sesungguhnya Allah telah menurunkan ayat-ayat Al Qur’an kepada Rasulullah dan telah kami pelajari.” Mereka kemudian mengajari pasukan itu.
“Liyataqqahuu fiddiin maknanya, agar mereka mempelajari apa yang diturunkan Allah kepada Nabi-Nya,” tulis Ibnu Katsir dalam Tafsir Al Qur’an Al ‘Adhiim. “Selanjutnya mereka akan mengajarkannya kepada Sariyah apabila telah kembali kepada mereka.”
Buya Hamka dalam Tafsir Az Azhar, Surat At Taubah ayat 122 ini menganjurkan pembagian tugas. “Semua golongan harus berjihad, turut berjuang. Tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kelak membagi tugas mereka masing-masing. Ada yang di garis depan, ada yang di garis belakang. Sebab itu, kelompok kecil yang memperdalam pengetahuannya tentang agama adalah bagian dari jihad juga.”
Lalu Buya Hamka membawakan dua buah hadits dalam menafsirkan ayat ini:
أقرب الناس من درجة النبوة أهل الجهاد وأهل العلم لأن أهل الجهاد يجاهدون على ما جاءت به الرسل وأما أهل العلم فدلوا الناس على ما جاءت به الأنبياء
“Manusia yang paling dekat kepada derajat nubuwwah adalah ahli ilmu dan ahli jihad. Adapun ahli ilmu, merekalah yang menunjukkan kepada manusia apa yang dibawa para Rasul. Adapun ahli jihad, maka mereka berjuang dengan pedang-pedang meraka, membawa apa yang dibawa para Nabi.” (HR. Ad Dailami dari Ibnu Abbas)
يوزن يوم القيامة مداد العلماء ودم الشهداء
“Pada hari kiamat, tinta para ulama akan ditimbang dengan darah para yuhada’” (HR. Ibnu Abdil Bar dari Abu Darda’)
Dua hadits itu dhaif, tetapi dalam masalah fadha’ilul ‘amal (keutamaan amal), sebagian ulama termasuk Imam An Nawawi memperbolehkan.
3. Misi Dakwah dan Tarbiyah
وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
Inilah misi orang-orang yang tafaqquh fiddin. Mereka belajar agama untuk diajarkan dan didakwahkan kepada kaumnya. Mereka bukan sekedar belajar untuk dirinya sendiri namun memiliki misi dakwah dan tarbiyah. Memberi peringataan kepada kaumnya agar mereka bisa menjaga diri.
“Ujung ayat ini memberikan ketegasan kewajiban ahli ilmu, yakni memberikan peringatan kepada kaumnya bila mereka pulang kepada kaum itu, agar kaum itu berhati-hati,” kata Buya Hamka.
Baca juga: Isi Kandungan Surat At Taubah Ayat 122
Kandungan Surat At Taubah Ayat 122
Dari penjelasan tafsir di atas, kita bisa menyimpulkan isi kandungan Surat At Taubah ayat 122 sebagai berikut:
1. Ayat ini menunjukkan pentingnya menuntut ilmu.
2. Harus selalu ada segolongan umat yang menuntut ilmu (tafaqquh fiddin). Bahkan dalam kondisi perang sekalipun, ketika perangnya adalah fardhu kifayah, maka sebagian orang harus konsentrasi menuntut ilmu.
3. Di setiap kaum, kabilah atau perkampungan, wajib ada yang menuntut ilmu (tafaqquh fiddin) sehingga perkampungan itu tidak dilanda kebodohan.
4. Di setiap kaum, kabilah atau perkampungan, juga harus ada yang berdakwah dan memberikan peringatan.
5. Misi orang yang menuntut ilmu (tafaqquh fid din) adalah mengajarkan ilmu itu kepada orang lain. Ia tak sekedar belajar untuk dirinya sendiri tetapi memiliki misi dakwah dan tarbiyah.
Demikian Surat At Taubah ayat 122 mulai dari tulisan Arab dan latin, terjemah dalam bahasa Indonesia, asbabun nuzul, tafsir dan isi kandungan maknanya. Semoga bermanfaat dan semoga kita termasuk orang-orang yang bersemangat menuntut ilmu. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]