Surat Ibrahim ayat 32 adalah ayat yang menjelaskan tentang kekuasaan Allah dan nikmat-Nya untuk manusia. Berikut ini arti, tafsir, dan kandungan maknanya.
Surat Ibrahim (إبراهيم) merupakan surat makkiyah. Nama surat ini Ibrahim karena demikianlah tema sentral ayat ini. Surat ini memuat kisah-kisahnya sebagai bapak para nabi dan teladan penyampai risalah.
Ayat 32 ini juga makkiyah. Ia menjelaskan sebagian tanda kekuasaan Allah berupa penciptaan langit dan bumi, hujan, serta penundukan kapal dan sungai.
Daftar Isi
Surat Ibrahim Ayat 32 dan Artinya
Berikut ini Surat Ibrahim Ayat 32 dalam tulisan Arab, tulisan Latin, dan artinya dalam bahasa Indonesia:
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْأَنْهَارَ
(Alloohul ladzii kholaqos samaawaati wal ardlo wa anzala minas samaa-i maa-ang faakhroja bihii minats tsamarooti rizqol lakum wasakhkhoro lakumul fulka litajriya fil bahri bi amrihii wa sakhkhoro lakumul anhaar)
Artinya:
Allahlah yang telah menciptakan langit dan bumi, menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dengan (air hujan) itu Dia mengeluarkan berbagai buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Dia juga telah menundukkan kapal bagimu agar berlayar di lautan dengan kehendak-Nya. Dia pun telah menundukkan sungai-sungai bagimu.
Baca juga: Surat Yasin
Tafsir Surat Ibrahim Ayat 32
Tafsir Surat Ibrahim Ayat 32 ini kami sarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar, dan Tafsir Al Munir. Harapannya, agar bisa terhimpun banyak faedah yang kaya khazanah tetapi tetap ringkas.
Kami memaparkannya menjadi beberapa poin mulai dari redaksi ayat dan artinya. Kemudian tafsirnya yang merupakan intisari dari tafsir-tafsir di atas.
1. Allah Pencipta langit dan bumi
Poin pertama dari Surat Ibrahim ayat 32 ini, Allah-lah Pencipta langit dan bumi.
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
Allahlah yang telah menciptakan langit dan bumi,
Ayat ini menegaskan bahwa Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi. Dialah Sang Pencipta langit dan bumi serta alam semesta ini. Meyakini hal ini merupakan tauhid rububiyah. Dan sebagai konsekuensinya, hanya Allah-lah yang kita sembah. Inilah tauhid uluhiyah. Karenanya sebagian ulama berpendapat bahwa tauhid itu satu tidak perlu pembagian rubuhiyah dan uluhiyah. Karena tauhid yang benar adalah satu paket, mengakui Allah sebagai pencipta alam semesta dan hanya beribadah kepada-Nya.
Ibnu Katsir menjelaskan, melalui ayat ini Allah menyebutkan nikmat-nikmat-Nya yang telah Ia berikan kepada makhluk-Nya. “Bahwa Dia telah menciptakan bagi mereka langit yang berlapis-lapis sebagai atap yang Ia pelihara dan bumi yang menjadi hamparannya.”
Dalam Tafsir Al-Azhar, Buya Hamka mengingatkan bahwa ayat ini menunjukkan betapa Allah Maha Pemurah. Tidak peduli seperti apa pun kondisi manusia apakah mereka taat atau durhaka, Allah melimpahkan teramat banyak nikmat untuk mereka berupa penciptaan langit dan bumi, penurunan hujan, serta penundukan kapal dan sungai.
Sedangkan Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menjelaskan bahwa banyak manusia yang tidak mensyukuri nikmat-nikmat yang Allah sebutkan dalam ayat ini. Bahkan, banyak manusia yang kufur kepada-Nya.
Baca juga: Surat Ar-Ra’d Ayat 11
2. Hujan dan manfaatnya
Poin kedua dari Surat Ibrahim ayat 32 ini menunjukkan nikmat hujan dan sebagian manfaatnya.
وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dengan (air hujan) itu Dia mengeluarkan berbagai buah-buahan sebagai rezeki untukmu.
Nikmat lain dari Allah untuk manusia adalah hujan. Allah menurunkan hujan dari langit ke bumi yang dengannya Dia menumbuhkan buah-buahan sebagai rezeki bagi manusia.
Menurut Sayyid Quthb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, tanam-tanaman adalah sumber rezeki yang pertama dan sumber kenikmatan yang nyata. Hujan dan penumbuhan keduanya mengikuti sunnah yang telah diciptakan padanya alam semesta ini.
Dalam Tafsir Al-Azhar, Buya Hamka menjelaskan bahwa kehidupan di bumi tergantung pada air hujan.
“Kehidupan manusia di seluruh dunia sangat bergantung kepada turunnya air hujan. Mulai dari kesuburan bumi yang mendatangkan hasil hingga makanan bagi manusia dan binatang ternak. Bahaya besar menimpa suatu negara kalau sekiranya di sana terjadi kemarau panjang, sehingga manusia kelaparan dan binatang ternak pun bisa mati bertumbangan,” tulis Buya Hamka.
Baca juga: Surat Al Ankabut Ayat 45
3. Penundukan kapal
Poin ketiga dari Surat Ibrahim ayat 32 ini, Allah memberikan nikmat berupa penundukan kapal untuk manusia.
وَسَخَّرَ لَكُمُ الْفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ
Dia juga telah menundukkan kapal bagimu agar berlayar di lautan dengan kehendak-Nya.
Nikmat Allah lainnya adalah Dia menundukkan kapal untuk manusia dengan kehendak-Nya. Antara lain dengan menetapkan sunnatullah pada laut dan mengilhami manusia menguasai teknologi perkapalan. Dulu, ketika kapal masih sederhana, ia sangat tergantung pada ombak dan angin. Kini, meskipun teknologi telah maju, hanya dengan kehendak Allah-lah laut menjadi ramah ombaknya untuk diarungi.
“Allah menundukkan kapal sehingga kapal dapat mengapung di atas air laut dan berlayar menempunya dengan seizin Allah,” tulis Ibnu Katsir dalam tafsirnya.
Sayyid Quthb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an menjelaskan, Allah menundukkan kapal untuk manusia dengan cara menitipkan berbagai unsur berupa kekhususan-kekhususan yang dapat menjalankan kapal pada permukaan air. Juga dengan apa yang Dia titipkan berupa spesialisasi yang ditemukan pada segala sesuatu.
Kapal-kapal ini, kata Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar, bisa menghubungkan manusia dari benua ke benua, pulau ke pulau, mencari sesama manusia dan tukar menukar kepentingan.
Pada beberapa ayat lainnya, Allah menyatakan bahwa Dia tidak hanya menundukkan kapal secara khusus tetapi menundukkan laut agar kapal dapat berlayar di atasnya.
اللَّهُ الَّذِي سَخَّرَ لَكُمُ الْبَحْرَ لِتَجْرِيَ الْفُلْكُ فِيهِ بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Allah-lah yang telah menundukkan lautan untuk kalian, agar kapal-kapal dapat berlayar di atasnya dengan perintah-Nya, dan agar kalian dapat mencari sebagian dari karunia-Nya, dan agar kalian bersyukur. (QS. Al-Jatsiyah: 12)
وَهُوَ الَّذِي سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan Dialah yang menundukkan lautan agar kalian dapat memakan darinya daging yang segar dan mengeluarkan darinya perhiasan yang kalian pakai. Dan kamu melihat kapal-kapal membelahnya, dan agar kamu mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur. (QS. An-Nahl: 14)
Baca juga: Surat At Taubah Ayat 128-129
4. Penundukan sungai
Poin keempat, Allah-lah menundukkan sungai. Ini juga nikmat yang luar biasa.
وَسَخَّرَ لَكُمُ الْأَنْهَارَ
Dan Dia pun telah menundukkan sungai-sungai bagimu.
Meskipun tidak sedahsyat laut, penundukan sungai juga nikmat yang luar biasa. Baik sungai kecil maupun sungai besar seperti sungai nil yang panjangnya kurang lebih 6.650 Km, mengalir dari Uganda hingga Mesir dan bermuara di Laut Mediterania.
“Allah juga menundukkan sungai-sungai yang membelah bumi lalu mengalir dari suatu daerah ke daerah lain, sebagai rezeki bagi hamba-hamba-Nya berupa air minum, pengairan, dan manfaat-manfaat lain untuk manusia,” tulis Ibnu Katsir dalam tafsirnya.
Dalam Tafsir Al-Mishbah dijelaskan, kata sakhkhara (سخر) digunakan dalam arti menundukkan sesuatu agar mudah digunakan oleh pihak lain. Sesuatu yang Allah tundukkan, baik laut dan kapal maupun sungai, tidak memiliki pilihan lain. Dengan demikian, manusia yang mempelajari dan mengetahui sifat-sifatnya akan merasa tenang menghadapinya. Sebab, hukum-hukum alam (sunnatullah) itu tidak berubah.
Sayyid Quthb menambahkan, sungai memiliki banyak manfaat bagi manusia dengan kandungan di dalamnya berupa ikan, rumput-rumputan, hingga kemanfaatan-kemanfaatan lainnya.
Menurut Buya Hamka, penyebutan nikmat penundukan sungai ini juga menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diutus untuk seluruh umat manusia, bukan hanya untuk kaumnya. Sebab, di Hijaz (Makkah dan Madinah) tidak ada sungai.
Baca juga: Surat Ali Imran Ayat 190-191
Kandungan Surat Ibrahim Ayat 32
Berikut ini adalah isi kandungan Surat Ibrahim ayat 32:
- Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan langit dan bumi. Selain tanda kekuasaan Allah, penciptaan itu juga nikmat Allah untuk manusia.
- Allah juga memberikan nikmat kepada manusia dengan menurunkan hujan yang membawa banyak manfaat antara lain menumbuhkan tanaman penghasil buah-buahan.
- Nikmat Allah lainnya adalah Dia menundukkan kapal dan sungai untuk manusia.
- Ayat ini menunjukkan Allah adalah Pencipta alam semesta (tauhid rububiyah) dan karenanya hanya Dia yang berhak disembah dan diibadahi (tauhid uluhiyah).
- Ayat ini mengingatkan manusia tentang sebagian nikmat Allah yang seharusnya manusia bersyukur kepada-Nya, tidak kufur kepada-Nya.
Demikian Surat Ibrahim ayat 32 mulai dari tulisan Arab dan Latin, terjemah dalam bahasa Indonesia, tafsir dan isi kandungan maknanya. Semoga mengingatkan kita untuk menguatkan iman kepada Allah dan meningkatkan syukur atas nikmat-nikmat-Nya. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]