Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu mendapat wasiat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengerjakan sholat dhuha setiap hari. Sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits ini mengatakan:
أَوْصَانِى خَلِيلِى -صلى الله عليه وسلم- بِثَلاَثٍ بِصِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَىِ الضُّحَى وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَرْقُدَ
“Kekasihku –shallallahu ‘alaihi wa sallam- mewasiatkan tiga hal padaku: berpuasa tiga hari setiap bulannya, mengerjakan sholat dhuha dua raka’at dan sholat witir sebelum tidur.” (Muttafaq ‘alaih)
Sejak saat itu, Abu Hurairah tak pernah meninggalkan sholat dhuha. Apa yang kemudian terjadi pada Abu Hurairah?
1. Rezeki Ilmu, Tak Pernah Lupa Hadits
Jika keutamaan sholat dhuha banyak dihubungkan dengan rezeki, ketahuilah bahwa rezeki itu bukan hanya harta. Ilmu juga rezeki. Ketaatan juga rezeki.
Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits. Sahabat yang memiliki nama Abdurrahman bin Shakhr ini meriwayatkan 5.374 hadits.
Mengapa Abu Hurairah paling banyak meriwayatkan hadits padahal hanya empat tahun bertemu Rasulullah? Pertama, Abu Hurairah selalu menghadiri majelis Rasulullah di Masjid Nabawi dan selalu mengikuti ke mana pun beliau pergi (mulazamah). Kedua, Abu Hurairah tak pernah lupa hadits yang didengarnya.
Abu Hurairah tak pernah lupa hadits sejak didoakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan ini merupakan rezeki istimewa baginya.
2. Rezeki Harta dan Jabatan
Semasa mulazamah, Abu Hurairah meninggalkan seluruh kenikmatan duniawi. Bahkan tidak bekerja demi mengikuti Rasulullah dan belajar langsung dari beliau. Abu Hurairah tak punya rumah, tinggal di emperan masjid sebagai ahlus suffah. Sering kelaparan, bahkan pernah hampir pingsan karena lapar.
Sepeninggal Rasulullah, masa mulazamah Abu Hurairah berakhir. Ia pun bekerja. Dan Allah mengkaruniakan banyak rezeki harta kepadanya. Abu Hurairah berkeluarga, punya rumah, bahkan potensi kekayaannya melimpah.
Abu Hurairah kemudian juga menjadi amir wilayah. Bahkan diamanahi menjadi Gubernur Madinah. Dari jabatan-jabatan ini saja, sangat mudah bagi Abu Hurairah untuk hidup mewah. Namun itu tak dilakukannya.
3. Rezeki Zuhud dan Ketaqwaan
Abu Hurairah adalah seorang amir wilayah. Ia pernah menjadi Gubernur Bahrain, pernah menjadi Gubernur Madinah. Ini jabatan tinggi yang sangat mudah untuk mendapatkan banyak kekayaan dan menikmati kekuasaan. Namun Abu Hurairah tak melakukannya.
Abu Hurairah tetap zuhud sebagaimana dulu bersama Rasulullah. Makan sederhana, pakaian sederhana, harta yang didapat lebih banyak diinfakkannya. Bahkan untuk menafkahi keluarganya, Abu Hurairah menggunakan uang dari hasil kerjanya, bukan dari jabatannya. Bahkan putrinya pernah diejek teman, mengapa anak pejabat tidak pakai perhiasan sama sekali.
Ia tak pernah menyia-nyiakan waktunya. Selalu dimanfaatkan untuk ibadah dan hal-hal yang bermanfaat. Ia senantiasa berpuasa ayyamul bidh dan sholat dhuha sebagaimana Rasulullah wasiatkan. Di sepertiga malam terakhir, ia bangunkan seluruh keluarganya agar bisa menunaikan sholat tahajud. Abu Hurairah senantiasa berusaha mengamalkan hadits-hadits yang diriwayatkannya. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]
*Penjelasan lengkap keutamaan sholat dhuha dan tata caranya, bisa dibaca di artikel Niat Sholat Dhuha
jadi rezeki itu tidak selamanya uang, bisa juga ilmu yang bermanfaat ya?
Komentar ditutup.