Majelis Ulama Indonesia (MUI) berharap pemimpin negeri ini tegas dan menjadi figur tegaknya agama. Wakil Sekjen MUI Tengku Zulkarnain mencontohkan, Bung Karno saja pernah melarang atribut sinterklas dan mengajak rakyat melawan budaya barat.
“Kalau kita lihat begini. Dulu Bung Karno, beliau bisa mengajak rakyat melawan kapitalisme dan budaya Barat. Melarang atribut sinterklas tahun 1957, melarang Cina untuk berjualan ke desa, dan membuat (masjid) Istiqlal,” kata Tengku Zulkarnai seperti dikutip Republika, Ahad (21/12/2014).
Ia juga mengatakan Soeharto termasuk pemimpin tegas dan berupaya menjaga kerukunan antar umat beragama dengan melarang dakwah pada orang yang beda agama. Namun saat ini, menurutnya, pemimpin malah mengesampingkan agama.
Ia berharap partai politik dapat melakukan kaderisasi untuk menghasilkan kader yang istiqomah dengan agama dan mampu mandiri. Jika para ulama berhasil mengkader anak-anak muda menjadi ulama jempolan, ia yakin partai politik juga bisa.
Seperti diketahui, beberapa tahun belakangan ini rutin terjadi kontroversi atribut natal dan sinterklas di akhir tahun. Yang menjadi permasalahan, sejumlah perusahaan dan pusat perbelanjaan mewajibkan atribut itu kepada seluruh karyawannya termasuk yang beragama Islam. Sebagian karyawan tentu saja resah dengan aturan tersebut karena mereka merasa dipaksa memakai atribut ritual kegamaan yang bertentangan dengan keyakinannya. Apalagi para ulama juga telah mengingatkan mereka untuk menghindari atribut tersebut. [Ibnu K/bersamadakwah]