Beranda Keluarga Wahai Istri, Milikilah Suamimu! (Bagian 2)

Wahai Istri, Milikilah Suamimu! (Bagian 2)

0
Ilustrasi pernikahan (perfectmuslimwedding)

Lanjutan dari Wahai Istri, Milikilah Suamimu!

Milikilah suamimu. milikilah suamimu.

Setelah itu, wanita ideal melakukan introspeksi. Apakah langkah yang baru ini bermanfaat bagi suamiku atau…?

Ketika seorang istri berhasil mewujudkan keberhasilan dalam perbuatan baiknya, maka;

Pertama: Dia harus menjaganya.

Kedua: Mengembangkan dan memperhatikannya, jangan sampai mengulanginya dengan membosankan dan terus menerus.

Bosan adalah tabiat yang terpatri dalam setiap hati manusia akan hal-hal yang biasa dan berulang-ulang.

Terkadang seorang suami bosan dengan suatu tindakan, meskipun itu baik, bahkan sampai membuat marah, lalu berkembang menjadi menyakiti, menghina, dan tidak respek.

Oleh karena itu, tidak baik memberi tanpa batas dan berlebihan dalam kedermawanan, tetapi harus ada ukuran yang jelas.

Membuat perut lapar yang disertai dengan mencium aroma yang membangkitkan selera makan, memompa semangat dengan memberi kelonggaran, bernyanyi dengan suara lembut, dan duduk-duduk santai bersama sang suami sesuai keinginannya atau isyarat darinya.

Ketika sang suami mulai merasa agak jenuh, maka sedikit demi sedikit sang istri merapat, membangkitkan keceriaannya, dan menggerakkan kekanak-kanakan sang suami.

Wanita ideal tidak pernah kekeringan dalam berbuat baik dan menciptakan pemikiran-pemikiran baru.

Ibnu Al-Jauzi menyatakan, “Tidak seyogianya bagi seorang perempuan yang berusaha mendekat kepada suaminya, lalu dia membosankan. Dan janganlah menjauh darinya, karena akan mudah dilupakannya.”

Wanita ideal hendaknya mengerti bahwa setiap laki-laki memilki watak tertentu dan dia harus berhasil mengetahui watak suaminya.

Sebab, tidak menutup kemungkinan seorang wanita mempunyai suami yang berselera tinggi, menjaga harga diri, dan berjiwa kesatria, maka sang istri jangan sampai menunjukkan keangkuhan di depannya dan terlambat dalam menunaikan permintaannya, karena menurut dan memberi tanpa batas dalam kondisi seperti ini sangat dibutuhkan dan dapat menaklukkannya.

Taktik dan siasat tarik ulur dalam menghadapi manusia jenis ini lebih banyak ruginya daripada untungnya.

Mungkin juga suaminya merupakan sosok yang menjadi perumpamaan kedunguan di jagat raya.

Di antara mereka, ada yang menjadi contoh orang yang mudah tersinggung dan sederhana.

Ada juga suami yang secara fisik dewasa, tetapi di dalamnya bersemayam anak-anak yang masih membutuhkan ketelatenan dalam mengurusnya.

Ada juga jenis suami yang gila pujian. Hal-hal yang berbau sanjungan kepadanya dapat “menerbangkan”nya. Orang yang memujinya tanpa pamrih adalah sahabat kentalnya.

Orang yang tidak menyanjungnya bakal disangka mencelanya dan orang yang menegurnya adalah musuhnya. Suami jenis ini mempunyai pendekatan khusus.

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

Bersambung ke Wahai Istri, Milikilah Suamimu! (Bagian 3)