Beranda Suplemen Opini Tiga Wajah Pahlawan Muslim yang Tak Bisa Dijumpai Lagi dalam Lembaran Rupiah

Tiga Wajah Pahlawan Muslim yang Tak Bisa Dijumpai Lagi dalam Lembaran Rupiah

Dok: Aktual

Presiden RI Joko Widodo alias Jokowi berdiri di depan mimbar podium, di samping kanannya berdiri Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardoyo dan di sebelah kirinya Menteri Keuangan Sri Mulyani. Ketiga orang yang memakai batik itu memencet sirine di mimbar.

Sirine berbunyi, dan layar LCD di belakang mereka menampakkan lembaran Rupiah lama yang berputar-putar. Uang lama berwajah para proklamator dan para pahlawan itu berbaris. Kemudian hilang. Lalu muncul kilatan wajah-wajah para pahlawan yang akan mengisi Rupiah baru.

“Dan saya rasa penting, kalau kita cinta rupiah, kita tidak menyebar gosip aneh-aneh dan kabar bohong tentang rupiah. Karena menghina rupiah sama saja menghina Indoensia. Rupiah tidak akan digantilan dan tidak akan tergantikan,” kata Jokowi di Gedung Bank Indonesia dengan gayanya yang khas, Senin (19/12/2016).

Pecahan kertas, dari Rp 100.000 (bergambar Soekarno dan Moh. Hatta), Rp 50.000 (bergambar Ir. H. Djuanda Kartawidjaya), Rp 20.000 (bergambar G.S.S.J Ratulangi), Rp 10.000 (bergambar Frans Kaisiepo), Rp 5.000 (bergambar K.H Idham Chalid), Rp 2.000 (bergambar Mohammad Hoesni Thamrin) dan Rp 1.000 (bergambar Tjut Meutia).

Sementara untuk pecahan logam, mulai dari Rp 1.000 (gambar utama I Gusti Ketut Pudja), Rp 500 (gambar utama Letjend TNI T.B Simatupang), Rp 200 (gambar utama Tjiptomangunkusumo) dan Rp 100 (gambar utama Herman Johannes).

Dari gambar-gambar utama tersebut banyak nama asing yang jarang kita dengarkan, bahkan konon jarang dibahas di buku-buku sejarah. Yang tetap bertahan yaitu Presiden RI pertama Soekarno dan Moh. Hatta. Keduanya berada di posisi pecahan kertas tertinggi. Lalu, ada para pahlawan muslim yang sebelumnya ada tapi di lembaran baru ini tidak ada. Mengapa? Yang tahu tentang ini hanya Jokowi. Nah, berikut para pahlawan yang wajahnya tidak akan kita jumpai lagi di lembaran Rupiah baru.

1. Pangeran Antasari

Antasari adalah Sultan Banjar. Ia dinobatkan sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar (Sultan Banjar) dengan menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin dihadapan para kepala suku Dayak dan adipati (gubernur) penguasa wilayah Dusun Atas, Kapuas dan Kahayan yaitu Tumenggung Surapati/Tumenggung Yang Pati Jaya Raja 14 Maret 1862.

Antasari dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional dan Kemerdekaan oleh pemerintah RI berdasarkan SK No. 06/TK/1968 di Jakarta, tertanggal 27 Maret 1968.

2. Tuanku Imam Bonjol

Nama aslinya adalah Muhammad Shahab. Lahir di Bonjol pada tahun 1772. Ia mendapat beberapa gelar, antara lain Peto Syarif, Malin Basa, dan Tuanku Imam.

Tuanku diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973.

3. Sultan Mahmud Badaruddin II

Ia adalah anak dari Sultan Mahmud Badaruddin. Ia memimpin pertempuran melawan Belanda, diantaranya yang disebut Perang Menteng.

Selain diabadikan dalam lembaran Rupiah, namanya juga diabadikan sebagai bandara internasional di Palembang.

Pangeran Antasari, Tuanku Imam Bonjol dan Sultan Mahmud Badaruddin II, wajah-wajahnya tak akan menghiasi lagi dalam lembaran rupiah yang kita pegang. [Paramuda/BersamaDakwah]