Salah seorang sahabat yang dikenal banyak beribadah. Disebutkan dalam riwayat setiap malam dia keluar dan memandang langit lalu bertafakkur. Setelah itu pulang ke rumah dan sujud kepada Allah subhaanahu wa ta’aala. (Hilyatu Al-Auliya, 2/29)
Diriwayatkan dari Ismail bin Ubaidullah, dia berkata, ”Ketika Abu Al Khusyani dan Ka’ab duduk di antara kami, tiba-tiba Abu Tsa’labah berkata, ’Hai Abu Ishaq, tidaklah seorang hamba menghabiskan hidupnya untuk beribadah kepada Allah, kecuali Allah akan memenuhi segala kebutuhan hidupnya’.”
Khalid Muhammad Al Kindi -ayah Ahmad bin Khalid AI Wahbimendengar Abu Zahrah berkata: Aku mendengar Abu Zahiriyah berkata: Aku mendengar Abu Tsa’labah berkata, ’Aku pernah memohon kepada Allah agar tidak mencekikku sebagaimana aku melihat kalian tercekik’.” (Hilyatu AI-Auliya, 2/3 I )
Seorang putrinya tiba-tiba terbangun dari tidur dan merasa ayahnya sudah meninggal. ”Bunda, di mana ayah?” ibunya menjawab, ”Di mushola.” Putrinya memanggil ayahnya tapi tak ada jawaban. Ayahnya ditemukan sedang sujud dan sudah wafat.
Kisah lain, tentang Musa bin Abu Musa Al-Asy’ari. Saat Musa beserta rombongan Al-Asbahani, ayah dan ibunya termasuk dalam rombongan itu melakukan perjalanan.
Mendadak ada seorang kafir berdiri di benteng pertahanan Abdullah bin Qais. Panah itu menancap di tubuh Musa bin Abu Musa ketika ia dalam kondisi sholat. Meski tampak kesakitan, tapi Musa tetap berusaha menyempurnakan sholatnya. Sampai pada gerakan sujud, ia sujud dalam waktu yang panjang. Ternyata itulah sujud terakhirnya. Musa meninggal dalam keadaan sujud.
Orang-orang menghampirinya dan perlahan mencabut anak panah yang tertancap di tubuhnya. Usai dibersihkan, dimandikan dan disholatkan, mereka menguburkannya bersama luka dan pakaiannya. [Thabaqaat al Muhadditsiin 1/239). [@paramuda/BersamaDakwah]