Beranda Kisah-Sejarah Kisah Nyata Kisah Erdogan Kecil yang Menolak Sholat Beralas Koran

Kisah Erdogan Kecil yang Menolak Sholat Beralas Koran

Erdogan muda. Dok: ismailokan

Erdogan kecil yang berusia 13 tahun belajar di Sekolah Dasar (Ibtidaiyah) bersama anak-anak kota Qasim Pasha dan lulus tahun 1965. Kota tersebut terkenal dengan penduduknya yang kuat, temperamen, memiliki aksen yang menjadi kebanggaan dan kehormatan sebagaimana Erdogan merasa terhormat berada di sana. Di tempat tersebutlah Erdogan kecil belajar tentang tantangan dan kekuatan yang terlihat dalam setiap pernyataan resminya.

Saat duduk di Ibtidaiyah, salah seorang gurunya memberi gelar kepada Erdogan kecil. Tahu kah apa gelarnya? Ia mendapat julukan “Syaikh Recep”. Hal tersebut terjadi dikarenaka saat pelajaran tentang pendidikan keislaman, gurunya bertanya kepada murid-muridnya siapa yang bisa melakukan sholat di dalam kelas untuk dicontoh murid-murid yang lain?

Erdogan kecil pun mengangkat tangan. Ia mau memimpin teman-temannya untuk sholat bersama. Gurunya mengucapkan terima kasih kepadanya, lalu meletakkan koran di lantai sebagai sajadah atau alas untuk sholat.

Apa yang terjadi? Erdogan kecil menampik. Ia tidak mau mengerjakan sholat di atas lembaran koran tersebut dikarenakan ada gambar perempuan yang sedang berjalan.

Sang guru tersebut pun heran, juga takjub terhadap Erdogan kecil. Ia memuji kecerdasan Erdogan kecil dan kesalihannya. Oleh sebab itu Erdogan kecil disapa “Syaikh”.

Setelah lulus dari Ibtidaiyah, Erdogan kecil melanjutkan studinya di Sekolah Menengah Imam Hatib dan lulus tahun 1973. Di sekolah ini, ia belajar fiqih, aqidah dan tajwid sehingga sedikit demi sedikit meningkatkan kemampuannya dalam bertindah dan berpikir.

Selama menempuh pendidikan yang berbeda-beda, Erdogan kecil membantu kedua orangtuanya untuk mencari nafkah dan mengajar saudara-saudaranya. Ia berdagang jus lemon dan semangka sepanjang jalan kota Istanbul ketika masih di Ibtidaiyah dan Sekolah Menengah. Ketika tingkat Sekolah Menengah Atas, ia berjualan kue yang terkenal di Turki yaitu kue Semolina. Ia membeli kue tersebut dalam keadaan kering dengan harga murah, lalu memanaskannya kembali di rumah sehingga lembut dan enak. Kemudian menjualnya dengan harga yang sesuai sehingga cukup bisa membantu kedua orangtuanya. [Paramuda/BersamaDakwah/Berbagai Sumber]