“Mohon maaf, sepertinya nanti saya tidak bisa khutbah, kena batuk,” saya menelepon takmir Masjid PT KAS sambi terbatuk-batuk.
Batuk sejak Kamis malam, rupanya makin menjadi pada Jum’at pagi. Sebagai konsekuensinya, saya pun mencarikan khatib pengganti. Alhamdulillah, seorang teman berbaik hati menggantikan.
Jum’at malam, saat rapat yayasan, saya masih batuk. Padahal besok paginya diamanahi sambutan mewakili ketua yayasan yang sedang berada di Jakarta.
“Hanya 10 menit, insya Allah siap,” demikian komitmen saya dan Alhamdulillah esoknya lancar.
Sabtu siang, batuk belum juga reda.
“Adakah yang bisa menggantikan?” Saya bertanya pada pengurus Ikadi yang menjadwalkan Pengajian Ahad Pagi.
Hingga sore, tak ada yang bisa menggantikan. Mungkin semuanya ada kesibukan yang tak bisa ditinggalkan.
“Kalau nggak ada yang bisa menggantikan, tetap saya saja ustadz. Mohon doanya besuk sudah nggak batuk,” pesan WA itu kemudian diaminkan dengan doa.
Alhamdulillah, saat Pengajian Ahad Pagi berlangsung lebih dari 1 jam, saya tidak batuk sama sekali. Begitu selesai, saya langsung mengambil minum. Terbatuk-batuk.
Hanya batuk. Kita merasa terkendala di banyak hal. Padahal nikmat Allah demikian banyak. Menjadi pengingat, bahwa saya memang harus memperbanyak mensyukuri nikmat sehat.
Sekaligus menjadi pengingat kita, bahwa pertolongan Allah akan datang tepat pada saatnya. Setelah ikhtiar kita memuncak. Setelah usaha kita mentok. Saat itulah Allah memberikan pertolongan terbaiknya.
Pertolongan Allah
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami” (QS. Al Ankabut: 69)
Saya sering menyampaikan kepada teman-teman, ketika kita mentadabburi ayat ini, subulana juga bermakna pertolongan Allah. Dan pertolongan Allah itu hadir di saat yang benar-benar tepat.
Dulu sewaktu menjadi Ketua LDK, saya dan teman-teman khawatir acara besar saat itu gagal. Hari H sudah dekat namun dananya masih belum jelas. Padahal proposal sudah jauh-jauh hari disebar dan banyak pihak yang dikontak. Alhamdulillah menjelang hari H, beberapa sponsor dan donatur menghubungi. Dana pun surplus hingga Rp 4 juta. Cukup banyak untuk ukuran organisasi mahasiswa di tahun 2002.
Pernah dalam waktu lama saya kesulitan membentuk halaqah baru. Cukup banyak cara ditempuh, cukup banyak teman yang dihubungi. Hasilnya tidak juga menggembirakan. Beberapa bulan kemudian, Allah memberikan pertolongan-Nya. Hanya dengan pesan singkat, beberapa orang bergabung untuk secara intens bersama-sama berproses dalam Tarbiyah Islamiyah.
Pertolongan Allah dalam skala yang jauh lebih besar telah dirasakan oleh generasi terdahulu. Pertolongan yang datang di saat yang tepat, setelah ikhtiar memuncak. Nabi Musa berjuang melawan tirani Fir’aun yang mendeklarasikan diri sebagai tuhan. Segala ikhtiar dikerahkan, dan saat benar-benar terdesak, pertolongan Allah datang. Nabi Musa dan kaumnya diselamatkan Allah dengan mukjizat terbelahnya lautan sementara Fir’aun dan bala tentaranya ditenggelamkan.
Rasulullah dan para sahabat dikepung 10.000 pasukan dari depan gerbang Madinah. Segala ikhtiar dikerahkan; membangun parit sebagai pertahanan, berjaga-jaga dan tidak tidur berhari-hari. Lalu Allah yang mengakhiri perang Ahzab itu dengan pertolongan-Nya berupa angin kencang. Tenda pasukan Ahzab porak poranda, hawa dingin menyusup ke kulit hingga tulang, ketakutan mencekam. Mereka pun akhirnya pulang sebagai pecundang. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]