Beranda Kisah-Sejarah Biografi Biografi Imam Muslim, Ulama Penyusun Kitab Shahih Kedua di Dunia

Biografi Imam Muslim, Ulama Penyusun Kitab Shahih Kedua di Dunia

2
biografi imam muslim
Shahih Muslim dan kitab hadits lainnya (pinterest)

Hadits adalah sumber hukum kedua dalam Islam. Bicara hadits, kita tak bisa lepas dari nama Imam Muslim. Ulama ahli hadits penyusun kitab shahih kedua setelah Shahih Bukhari.

Langsung saja kita masuk pada biografi Imam Muslim. Ulama ahli hadits al hafizh yang sangat cerdas, teliti dan luar biasa kontribusinya bagi umat Islam.

Nama dan Nasab Imam Muslim

Nama lengkap beliau adalah Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim bin Ward bin Kausyadz Al Qusyairi An Naisaburi. Kausyadz kadang disebut dengan Kawisyadz.

Imam Muslim juga memiliki panggilan Abul Husain. Ia seorang imam besar, hafizh, hujjah dan shadiq. Hafizh di masa lalu tidak sama dengan istilah hafizh di masa sekarang. Jika di masa sekarang hafizh adalah seorang muslim yang hafal Al Qur’an 30 juz, di masa para ulama terdahulu hafizh adalah seorang ulama yang hafal banyak hadits. Minimal puluhan ribu hadits.

Beliau termasuk Al Qusyairi. Yakni penisbatan kepada kabilah Qusyair bin Ka’ab bin Rabi’ah. Kabilah yang banyak melahirkan ulama.

Kelahiran dan Masa Kecil

Imam Muslim lahir pada tahun 204 hijriyah, tahun wafatnya Imam Syafi’i.  Lahir kota Naisabur, kota terbaik di Khurasan. Karenanya beliau adalah An Naisaburi.

Ayahnya, Al Hajjaj, adalah seorang guru dan termasuk ulama. Maka sejak kecil Muslim bin Al Hajjaj hidup dalam suasana cinta ilmu.

Keluarganya juga termasuk kaya. Keluarga pedagang. Kelak Muslim bin Al Hajjaj juga menjadi seorang pedagang pakaian yang sukses. Pebisnis kaya raya yang hidup berkecukupan dan mampu membiayai perjalanan rihlah serta dakwahnya sendiri.

Sejak kecil, Muslim bin Al Hajjaj tekun belajar. Pada usia 12 tahun ia mulai belajar hadits sehingga meskipun tidak ada tahun pasti kapan ia hafal Al Qur’an, hampir pasti ia sudah hafal Al Qur’an di masa kecil. Sebagaimana para ulama besar lainnya.

Rihlah ke Berbagai Negeri

Ciri khas ulama ahli hadits adalah rihlah. Mereka bepergian ke berbagai negeri dalam rangka mencari dan memvalidasi hadits. Sebagaimana Imam Bukhari melakukannya, Imam Muslim juga melakukannya.

Pada usia 18 tahun, Muslim sudah belajar dari ulama ternama Yahya bin Yahya At Tamimi. Pada usia 20 tahun, ia menunaikan ibadah haji kemudian belajar kepada para ulama di Makkah. Terutama kepada Al Qa’nabi.

Sebelum genap 30 tahun, ia telah melakukan rihlah ke berbagai negeri sehingga mendapatkan banyak hadits dan ilmu dari banyak ulama. Mulai di Kharasan, Ray, Hijaz, Mesir dan wilayah-wilayah lain. Rihlah juga ia lakukan setelah usia itu.

Sifat dan Karakter Imam Muslim

Secara fisik, Imam Muslim memiki postur tubuh yang tinggi dan good looking. Penampilannya rapi, wajahnya tampan. Pakaiannya juga bagus. Sering kali ujung surban terurai di antara kedua pundaknya.

Tidak mengherankan jika pakaiannya bagus sebab Muslim adalah seorang pedagang kain yang kaya raya. Ia juga terkenal sebagai dermawan yang banyak menggunakan kekayaannya untuk sedekah dan membantu orang yang membutuhkan.

Beliau seorang ulama yang dihormati para pembesar kerajaan. Mereka mempersilakan beliau untuk memimpin shalat dan kaum muslimin dalam jumlah besar mengikutinya.

Beliau juga orang yang terkenal sangat jujur dan penuh kemuliaan. “Kami tidak akan pernah sepi dari kebaikan selama Allah masih memberikan kesempatan kepadamu berada di tengah-tengah kaum muslimin,” kata Abu Amr Ahmad bin Al Mubarak.

Keilmuan dan Kecerdasan Imam Muslim

Imam Muslim memiliki ingatan yang sangat kuat. Para ulama mengakui kecerdasan dan kejeniusannya.

“Orang paling hafizh di dunia ini ada empat; Abu Zar’ah di Ray, Muslim di Naisabur, Ad Darimi di Samarkand dan Muhammad bin Ismail di Bukhara,” kata Muhammad bin Basyar.

Muhammad bin Abdul Wahab Al Farra, mengatakan tentang muridnya:  “Muslim adalah ulamanya manusia dan gudang ilmu. Saya tidak mengetahuinya kecuali kebaikan.”

Imam Muslim hafal 300.000 hadits. Dari hadits sebanyak itu beliau kemudian menyeleksinya dan hanya memasukkan sekitar 7.500 hadits dalam Shahih Muslim termasuk pengulangan.

“Aku telah menulis kitab karyaku (Shahih Muslim) ini dari 300.000 hadits pilihan yang masmu’ah,” kata beliau.

Penyusunan kitab Shahih Muslim sendiri memakan waktu 15 tahun. Waktu yang cukup lama untuk menulis sebuah kitab. Namun karena ini adalah kitab hadits yang penyusunannya sangat teliti, ia tergolong cepat. Sebagian ulama menyebutkan, untuk bisa menyusun kitab hadits seotentik Shahih Muslim, butuh waktu 200 tahun.

Iman An Nawawi mengatakan, “Imam Muslim dalam mencantumkan hadits-hadits dalam kitab karyanya Ash Shahih menempuh jalan yang sangat cermat, teliti dan wira’i dengan pengetahuan yang dalam di bidang hadits.”

Guru dan Murid Imam Muslim

Penyusun Shahih Muslim ini memiliki guru yang sangat banyak. Setiap kali rihlah di satu kota, ia berguru kepada banyak ulama di kota tersebut. Ia telah melakukan rihlah ke berbagai kota dan mendapatkan guru-guru terbaik dalam jumlah besar.

Berikut ini sebagian guru beliau:

  • Di Khurasan: Yahya bin Yahya, Ishaq bin Rawahaih, dll
  • Di Ray: Muhammad bin Mahran, Abu Ghassan, dll
  • Di Hijaz: Said bin Manshur, Abu Mush’ab, dll
  • Di Mesir: Amr bin Sawwad, Harmalah bin Yahya, dll

Ia juga berguru kepada Imam Bukhari. Bahkan Imam Bukhari termasuk ulama yang paling berjasa dalam membentuk keilmuannya.

“Kalau tidak ada Imam Bukhari, Imam Muslim tidak akan bisa seperti ini dan tidak akan menghasilkan karya seperti Shahih Muslim ini,” kata Ad Daruquthni.

Imam Muslim juga berguru kepada sebagian gurunya Imam Bukhari. Karenanya tidak mengherankan jika sebagian hadits dalam kedua Shahih itu sama.

Sedangkan murid-muridnya, jumlahnya sangat banyak. Di antaranya adalah nama-nama besar sebagai berikut:

  • Imam Tirmidzi
  • Ibrahim bin Ishaq Ash Shairafi
  • Ibrahim bin Abi Thalib
  • Ibrahim bin Muhammad bin Hamzah
  • Ibrahim bin Muhammad bin Sufyan Al Faqih
  • Abu Hamid Ahmad bin Hamdun Al A’masyi
  • Abu Al Fadhl Ahmad bin Salamah Al Hafizh
  • Abu Amr Ahmad bin Nashr Al Khafaf Al Hafizh
  • Abu Sa’id Hatim bin Ahmad
  • Dll

Antara Shahih Bukhari dan Shahih Muslim

Jumhur ulama sepakat bahwa Shahih Bukhari merupakan kitab paling shahih setelah Al Qur’an. Baru setelahnya adalah Shahih Muslim. Mereka sepakat bahwa Shahih Bukhari lebih unggul daripada Shahih Muslim.

Namun demikian, ada sebagian ulama yang lebih mengutamakan Shahih Muslim. Di antaranya adalah para ulama Maroko.

Al Hafizh Abu Ali An Naisaburi mengatakan, “Tidak ada kitab di kolong langit ini yang lebih shahih dibandingkan Shahih Muslim.”

Di antara keunggulan Shahih Muslim adalah sistematika penyusunannya. Satu hadits ditempatkan dengan berbagai macam sand dan aneka redaksi matannya. Sehingga orang yang mempelajarinya lebih cepat memahami dan mengambil manfaatnya.

Selain itu, ia sangat jeli membedakan haddastana dan akhbarana. Baginya, haddatsana tidak boleh digunakan kecuali seseorang mendengar hadits dari seorang Syaikh secara sendirian. Sedangkan akhbarana jika Syaikh mendiktekan hadits pada banyak orang.

Imam An nawawi mengakui keunggulan ilmu dan sistematika ini. “Melalui Shahih Muslim, dapat diketahui betapa kokoh keilmuan Imam Muslim. Sistematika yang tertib serta periwayatan hadits yang baik dan belum pernah ada sebelumnya adalah bukti nyata.”

Namun beliau meluruskan, meskipun ada keunggulan Shahih Muslim atas Shahih Bukhari, secara keseluruhan Shahih Bukhari tetap lebih unggul. Pertama, kriteria penerimaan hadits Imam Bukhari lebih ketat. Bagi Imam Bukhari, ‘an’anah bukan muttashil sebagaimana sami’tu kecuali terbukti bahwa kedua perawi pernah bertemu.

Kedua, Shahih Bukhari lebih shahih daripada Shahih Muslim sebagaimana pendapat jumhur ulama.

Ketiga, Imam Muslim adalah murid Imam Bukhari dan mengakui keunggulan gurunya. Beliau memilih hadits atas petunjuk Imam Bukhari. Baru setelah itu mengoreksi dan memilih hadits-hadits riwayatnya selama sekitar 16 tahun dari ribuan kitab hadits.

Karya Imam Muslim

Mungkin sebagian kita hanya mengetahui Shahih Muslim sebagai karya beliau. Padahal karyanya sangat banyak. Berikut ini sebagian karya beliau:

  • Al Jami’ Ash Shahih (Shahih Muslim)
  • Al Kuna wal Asma’
  • Al Munfaradat wal Wihdan
  • Rijal Urwah bin Az Zubair
  • At Tamyiz
  • Al Musnad Al Kabir ‘ala Ar Rijal
  • Al Jami’ ‘alal Abwab
  • Al Asma wal Kuna
  • Auham Al Muhadditsin
  • Thabaqatu At Tabi’in
  • Al Mukhdharimin
  • Al ‘Ilal
  • Al Aqran
  • Dll

Wafatnya Imam Muslim

Imam Muslim wafat pada usia 57 tahun. Sebelum wafat, beliau mengalami sakit perut setelah kelelahan dan makan kurma hadiah.

Kisahnya, sewaktu beliau mengajar, ada murid menanyakan sebuah hadits yang beliau belum mengetahuinya. Beliau lantas masuk kamar dan semalaman mencari hadits itu.

Saat meneliti hadits tersebut, beliau disuguhi kurma hadiah dari seseorang. Sambil meneliti semalaman, beliau menghabiskan satu per satu kurma tersebut.

Paginya, Imam Muslim menemukan hadits tersebut. Namun sejak saat itu beliau sakit perut. Sebagian ulama menyebutkan dua hal itu sebagai faktor penyebab sakitnya. Yakni kelelahan dan makan kurma tersebut.

Akhirnya Imam Muslim wafat pada Ahad petang, 4 Rajab 261 Hijriyah. Beliau dimakamkan keesokan harinya, 5 Rajab 261. Begitu banyak orang yang datang untuk turut sholat jenazah dan memakamkan. Beliau tiada, tapi ilmunya ‘abadi’ sepanjang masa. Pahala jariyah terus mengalir saat kaum muslimin terus mempelajari hadits dari Shahih Muslim karyanya. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

Referensi:
1. 60 Biografi Ulama Salaf karya Syaikh Ahmad Farid
2. Syarah Shahih Muslim karya Imam An Nawawi
3. Mushtalah Hadits karya Mahmud Ath Thahhan
4. Mabahits fi Ulumil Hadits karya Manna Al Qaththan

2 KOMENTAR

Komentar ditutup.