Ramadhan yang kita nanti-nantikan akhirnya tiba. Tiba pula kewajiban puasa yang pahalanya luar biasa. Nah, agar puasa Ramadhan kita sah, kita harus memulainya dengan niat puasa Ramadhan yang benar. Meskipun para ulama berbeda pendapat apakah perlu mengucapkan niat tersebut atau cukup di dalam hati.
Pembahasan niat ini akan kita mulai dari apakah harus mengucapkan niat tersebut dan kapan waktu yang tepat membacanya. Hingga, bagaimana bacaan niat tersebut dalam tulisan Arab dan Latin beserta dengan artinya.
Daftar Isi
Haruskah Melafalkan Niat Puasa?
Niat merupakan hal yang sangat mendasar dalam setiap ibadah. Ia merupakan rukun agar ibadah kita sah, agar ibadah kita Allah terima. Pun dalam puasa Ramadhan. Seluruh ulama sepakat, tanpa niat yang benar, puasa Ramadhan menjadi tidak sah. Sedangkan niat yang ikhlas merupakan syarat agar Allah menerima ibadah kita sebagaimana hadits Arbain ke-1.
Imam An-Nawawi menjelaskan, secara bahasa, niat (النية) dalam bahasa Arab berarti mengingini sesuatu atau bertekad untuk mendapatkannya. Imam Al-Baidhawi menjelaskan bahwa niat adalah dorongan hati untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan. Sedangkan Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu menjelaskan bahwa menurut istilah syara’, niat adalah tekad hati untuk melakukan amalan fardhu atau yang lain.
Lebih jauh Syekh Wahbah menjelaskan, semua ulama sepakat bahwa tempat niat adalah hati. Niat dengan hanya mengucapkan di lisan belum dianggap cukup. Melafalkan niat bukanlah suatu syarat. Namun, lanjut beliau, jumhur ulama selain mazhab Maliki berpendapat hukum melafalkan niat adalah sunnah, dalam rangka membantu hati menghadirkan niat.
Sedangkan menurut madzhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafazkan niat karena tidak ada contohnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Baca juga: Doa Buka Puasa
Waktu Membaca yang Tepat
Kapan niat puasa Ramadhan? Haruskah tepat sebelum mulai puasa sebagaimana niat shalat atau niat wudhu? Syekh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan, makna niat adalah keinginan secara umum (al iradah al kulliyah). Sehingga niat tersebut tidak disyaratkan harus berbarengan dengan terbit fajar. Niat dari malam hari tetap sah. Bahkan menurut madzhab Syafi’i, niat puasa Ramadhan berbarengan dengan terbitnya fajar tidak sah. Artinya, niatnya harus sebelum terbit fajar.
Karena sulitnya menepatkan niat puasa menjelang terbit fajar, boleh niat puasa Ramadhan pada malam hari dan boleh pula berniat pada waktu sahur. Yang tidak boleh jika melakukan niat setelah terbitnya fajar. Hal ini berbeda dengan puasa sunnah yang niatnya boleh di pagi hari.
Baca juga: Doa Sahur
Haruskah Niat Puasa Ramadhan Setiap Hari?
Dalam Fikih Empat Madzhab, Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi menjelaskan bahwa menurut mazhab Syafi’i, Hanbali, dan Hanafi, niat puasa Ramadhan harus diperbarui setiap hari puasa, pada malam hari sebelum tiba waktu fajar. Namun, menurut mazhab Maliki, niat ini cukup sekali di awal asalkan tidak terpotong sakit atau safar yang mengakibatkan tidak puasa.
Menurut mazhab Syafi’i, niat puasa Ramadhan tidak bisa diwakili dengan makan sesuatu pada saat sahur kecuali jika saat makan sahur terbetik dalam pikirannya bahwa besok akan berpuasa. Sebaliknya, menurut mazhab Hanafi, niat puasa Ramadhan bisa diwakili dengan makan sahur kecuali jika saat makan itu berniat bukan untuk berpuasa.
Baca juga: Sholat Tarawih
Bacaan Niat Puasa Ramadhan dan Artinya
Bagi yang melafadzkan niat, lafadz niat puasa Ramadhan adalah sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ لِلَّهِ تَعَالَى
(Nawaitu shouma ghodin ‘an adaa-i fardhi syahri romadhooni hadzihis sanati lillaahi ta’aala)
Artinya:
Aku niat puasa pada hari esok untuk melaksanakan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah Ta’ala.
Ada pula yang memfathahkan huruf nun pada kata Ramadhan sehingga lafaz niatnya menjadi sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلَّهِ تَعَالَى
(Nawaitu shouma ghodin ‘an adaa-i fardhi syahri romadhoona hadzihis sanati lillaahi ta’aala)
Artinya:
Saya berniat puasa besok untuk menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah Ta’ala.
Mungkin muncul pertanyaan, mana yang benar di antara keduanya? Kedua bacaan tersebut benar. Perbedaannya hanya pada persepsi apakah kata Ramadhan itu mudhaf dengan “hadzihis sanati” atau tidak mudhaf. Penjelasan lengkap, silakan merujuk artikel Ramadhani atau Ramadhana.
Semoga penjelasan seputar niat puasa Ramadhan ini bermanfaat. Membuat puasa Ramadhan kita semakin berkualitas dengan terpenuhinya rukun puasa, Allah menerima puasa kita dan menganugerahkan keutamaan berupa ampunan atas dosa-dosa di masa lalu. Semoga puasa kita juga menjadikan kita termasuk orang-orang yang bertaqwa yang membuat Allah rida dan memasukkan kita ke dalam surga-Nya. Aamiin. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]