Abbas bin Abdul Muthalib adalah sahabat sekaligus paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Abbas juga merupakan tokoh Quraisy penyedia minuman bagi jamaah haji. Kelak, keturunannya menjadi para khalifah Bani Abbasiyah. Kepada namanya, kekhilafahan yang memerintah kaum muslimin selama lima abad dinisbatkan.
Daftar Isi
Keluarga Mulia
Abbas lahir sekitar lima tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad. Ayahnya adalah Abdul Muthalib, kakek Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ibunya adalah Nutailah binti Janab. Abdul Muthalib adalah salah seorang pemimpin Mekkah. Sedangkan Nutailah adalah wanita Arab pertama yang menutupi Ka’bah dengan kiswah sutera.
Sewaktu kecil, Abbas pernah hilang. Nuatilah bernadzar, jika Abbas ketemu, ia akan menutupi Ka’bah dengan kain sutera. Ia kemudian menunaikan nadzar itu dan tercatat dalam sejarah sebagai pelopor kiswah sutera.
Mewarisi kepemimpinan ayahnya, Quraisy mempercayakan kepada Abbas untuk mengurus Masjidil Haram dan menyediakan air minum bagi jamaah haji. Dari sini kita bisa tahu bagaimana kedudukan mulia paman Rasulullah ini.
Abbas menikah dengan Lubabah al-Kubra, putri dari suku Bani Hilal, yang sering dipanggil Ummul Fadhal. Ia kemudian memiliki sepuluh anak dan semuanya laki-laki. Lima di antaranya adalah:
- Al-Fadhl bin Abbas. Abbas memiliki nama kuniyah Abu Al-Fahdl karena Al-Fadhl adalah anak tertuanya.
- Abdullah bin Abbas. Seorang ulama di kalangan sahabat. Ibnu Abbas nantinya menjadi Gubernur Basrah pada masa Khalifah Ali bin Abu Thalib. Keturunannya kelak banyak yang menjadi khalifah Bani Abbasiyah.
- Ubaidillah bin Abbas. Ia juga menjadi Gubernur pada masa Khalifah Ali bin Abu Thalib, tepatnya Gubernur Yaman.
- Qatsam bin Abbas. Pada masa Khalifah Ali bin Abu Thalib, Qatsam menjadi Gubernur Bahrain.
- Ma’bad bin Abbas. Pada masa Khalifah Ali bin Abu Thalib, Ma’bad pernah menjadi Gubernur Mekkah.
Baca juga: Sirah Nabawiyah
Paman yang Melindungi Rasulullah
Abbas bin Abdul Muthalib mendampingi Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam dalam Baiat Aqabah kedua. Dalam pertemuan ini, Abbas memberikan sambutan pertama dengan mengingatkan mereka untuk tidak membiarkan Rasulullah menderita, sebab di Makkah ia hidup dalam kemuliaan dan perlindungan.
“Wahai Khazraj, sesungguhnya Muhammad di antara kami memiliki kedudukan sebagaimana yang telah kalian ketahui. Kami membela dan melindunginya dari kaumnya yang memiliki keyakinan seperti kami. Di tengah kaumnya ia mendapat kemuliaan, dan di negerinya sendiri ia mendapat perlindungan. Dan sekarang, ia memilih untuk bergabung dengan kalian,” kata Abbas.
“Jika kalian memang berniat untuk memenuhi janji kepadanya dan melindunginya dari orang yang memusuhinya, kalian dapat membawanya ke negeri kalian. Tetapi jika kalian akan menghinakannya setelah ia bergabung dengan kalian maka dari saat ini juga aku meminta kalian untuk meninggalkannya, karena sesungguhnya ia berada dalam kemuliaan dan perlindungan kaumnya dan negerinya,” lanjutnya.
Kemudian Rasulullah memulai dengan membaca Al-Qur’an, berdoa kepada Allah, menyeru semua orang yang hadir di sana untuk beriman kepada-Nya, dan mengajak mereka untuk memeluk agama Islam. Setelah itu Rasulullah bersabda, “Aku menerima baiat kalian agar kalian melindungiku seperti kalian melindungi istri dan anak-anak kalian.”
Mereka bertanya, “Apa yang akan kami dapatkan jika kami memenuhi janji kami, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab tegas, “Surga.”
Baca juga: Abbas bin Ubadah
Abbas Masuk Islam
Abbas ikut serta dalam Perang Badar meski berada di pihak kaum Quraisy. Walaupun dipaksa berperang, Rasulullah memerintahkan agar Abbas dan beberapa kerabat lainnya tidak disakiti. Abbas akhirnya tertawan oleh pasukan Muslim.
Pada malam hari, Rasulullah tidak bisa tidur. “Bagaimana aku bisa tidur sedangkan aku mendengar rintihan pamanku,” kata beliau menjawab pertanyaan sahabat.
Lalu, sahabat melonggarkan ikatannya sehingga tak terdengar lagi rintihannya. Mengetahui hal itu, Rasulullah memerintahkan kepada pra sahabat untuk melonggarkan ikatan semua tawanan.
Setelah pertempuran usai, Abbas menebus dirinya dan dua saudaranya, lalu menyatakan keislamannya. Beberapa sumber menyebutkan bahwa Abbas sebenarnya sudah masuk Islam sebelum hijrah, tetapi menyembunyikannya. Selama di Makkah, ia terus membantu umat Islam dengan memberikan informasi penting terkait kaum musyrik.
Komitmen keislaman Abbas terlihat saat ia bergabung dalam berbagai pertempuran, termasuk Perang Hunain. Ia tetap mendampingi Rasulullah di medan perang meskipun banyak sahabat yang melarikan diri.
Rasulullah sangat menghormati Abbas dan pernah bersabda, “Inilah Abbas bin Abdul Muthalib, orang Quraisy yang paling dermawan dan paling menjaga hubungan keluarga.” Bahkan, Rasulullah menganggap Abbas sebagai sosok yang menyimbolkan keluarganya yang tersisa.
Baca juga: Abbad bin Bisyr
Kedermawanan Abbas bin Abdul Muthalib
Sejarah mencatat Abbas sebagai sosok yang mulia dan dermawan. Ia pernah membebaskan 70 orang budak sebagai bentuk kebaikan hatinya. Saat Perang Badar, seorang sahabat bernama Abu al-Sair berhasil menawannya. Meskipun bertubuh kecil, ia mampu menawan Abbas yang tinggi besar berkat bantuan seorang malaikat, sebagaimana Rasulullah jelaskan setelah mendengar ceritanya.
Abbas juga merupakan sosok yang dihormati oleh para Sahabat Nabi, termasuk Umar bin Khattab. Ketika terjadi kekeringan yang melanda Madinah, Umar mengajak Abbas untuk berdoa memohon hujan dengan bertawasul kepadanya.
Tidak lama setelah itu, hujan turun, dan orang-orang menyentuh Abbas sambil berkata, “Bahagialah engkau, wahai pemberi minum dua tanah haram.” Setelah Rasulullah wafat, Abbas menjadi sosok terdekat Nabi yang dicintai para sahabat.
Abbas tinggal di Madinah hingga wafat pada usia 88 tahun lalu dimakamkan di pemakaman Baqi. Khalifah Utsman bin Affan turut serta dalam menyalati jenazahnya. Semoga Allah merahmatinya. []