Lanjutan dari Abbas, Paman Kesayangan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memuliakan pamannya, Abbas sebagaimana beliau mencintainya. Beliau sering memuji dan menyebutkan berbagai kebaikan budinya, hingga beliau pernah berkata,
“Inilah Abbas bin Abdul Muththalib, orang yang paling dermawan di Quraisy, dan paling suka menyambung silaturahim di antara mereka.”
Abbas adalah orang yang suka berbuat baik kepada kaumnya. Pikirannya cemerlang, akalnya luas, suka memerdekakan hamba sahaya, dan tidak menyukai perbudakan. Ia berperan dalam memberi minum jamaah haji dan menjaga masjidil haram dengan tidak membiarkan seorang pun memaki di dalam masjid atau mengucapkan kata-kata yang buruk.
Abbas Radhiyallahu Anhu memiliki peran yang diakui pada peristiwa bai’at Aqabah yang kedua, ketika delegasi Anshar datang ke Mekah pada musim haji, yang terdiri dari tujuh puluh tiga laki-laki dan dua orang wanita.
Mereka datang untuk memberikan bai’at mereka kepada Allah dan Rasul-Nya, serta untuk membuat kesepakatan bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam agar beliau dapat berhijrah ke Madinah.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyampaikan beita tentang delegasi ini dan juga tentang bai’at yang akan mereka lakukan kepada pamannya, karena beliau sangat mempercayai pamannya Abbas yang saat itu masih memeluk agama kaumnya.
Orang-orang Anshar berkumpul di luar kota Mekah secara sembunyi-sembunyi, lalu datanglah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersama pamannya Abbas bin Abdul Muththalib Radhiyallahu Anhu yang sangat ingin menghadiri urusan keponakannya dan memastikannya untuk beliau.
Abbas adalah orang yang pertama kali berbicara saat itu. Ia berbicara kepada mereka untuk menjelaskan dengan terus terang tentang betapa besar tanggung jawab yang akan dipikul oleh mereka sebagai konsekuensi dari perjanjian itu, ia berkata,
“Wahai orang-orang Khazraj, sesungguhnya kedudukan Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam bagi kami adalah sebagaimana yang telah kalian ketahui.
Kami telah melindunginya dari kaum kami, dari orang-orang yang berpendapat sama dengan kami tentangnya, maka ia berada dalam perlindungan dari kaumnya dan jaminan keamanan di negerinya.
Akan tetapi, ia lebih suka untuk bergabung dengan kalian dan bersama-sama dengan kalian.
“Jika kalian yakin bahwa kalian dapat memenuhi apa yang kalian janjikan kepadanya, dan melindunginya dari orang-orang yang menentangnya, maka kalian akan menanggung apa yang kalian janjikan.
Jika kalian merasa bahwa kalian akan menyerahkannya dan mengkhianatinya setelah membawanya bersama kalian kelak, maka tinggalkanlah ia dari sekarang.
Sesungguhnya ia berada dalam perlindungan dari kaumnya dan jaminan keamanan di negerinya sendiri.”
[Abu Syafiq/BersamaDakwah]
Berlanjut ke Abbas, Paman Kesayangan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam (Bagian 3)