Beranda Kisah-Sejarah Kisah Sahabat Abbas, Paman Kesayangan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam (Bagian 3)

Abbas, Paman Kesayangan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam (Bagian 3)

0
Ilustrasi (aljazeera)

Lanjutan dari Abbas, Paman Kesayangan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam (Bagian 2)

Kata-kata yang singkat, namun sangat jelas dalam menyampaikan maksudnya kepada orang-orang Anshar.

Setelah itu, Ka’ab berkata,

“Kami telah mendengar apa yang engkau katakan, maka berbicaralah wahai Rasulullah, ambillah untukmu dan untuk Tuhanmu apa yang engkau sukai.”

Jawaban ini menunjukkan betapa besar tekad yang mereka miliki, juga keberanian seorang mukmin, dan keikhlasan yang sempurna, dalam memikul tanggung jawab yang begitu besar, serta sekaligus menanggung akibatnya yang sangat berbahaya.

Setelah itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyampaikan penjelasannya, dan bai’at pun dilakukan.

Adapun mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keislaman Abbas Radhiyallahu Anhu, sesungguhnya ia tidak mengumumkan keislamannya sampai sebelum penaklukan kota Mekah (Fathu Makkah).

Ia ikut dalam perang Badar, akan tetapi dalam barisan kaum musyrikin. Ia jatuh ke dalam tawanan kaum muslimin.

Abbas lalu berkata, “Sungguh aku telah menjadi seorang muslim sebelum itu, akan tetapi mereka memaksaku ikut.”

Maksud Abbas adalah bahwa orang-orang musyrik Mekah memaksanya untuk ikut berperang bersama mereka.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Allah lebih mengetahui urusanmu, jika apa yang engkau katakan itu benar maka Allah akan memberimu ganjaran atasnya, namun secara zhahirnya adalah bahwa engkau melawan kami, maka tebuslah dirimu.” (HR. Ahmad)

Abdullah bin Abbas Radhiyallahu Anhu berkata,

“Malam pun datang sementara para tawanan berada dalam keadaan terbelenggu. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tetap terjaga di awal malam dan tidak tidur, sehingga ditanyakan kepada beliau,

“Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak tidur?”

Beliau menjawab, “Sungguh aku mendengar rintihan pamanku dalam belenggunya.”

Subhanallah (Mahasuci Allah), suara rintihan pamannya dalam belenggunya, telah membuat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak bisa tidur, dan membuatnya tidak mampu merasakan tidur sama sekali.

Para shahabat merasa tersentuh oleh itu, sehingga mereka segera melepaskan belenggunya demi menghormati Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

Berlanjut ke Abbas, Paman Kesayangan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam (Bagian 4)